Blog Konten Islam: PINTAR DI DUNIA PINTAR DI AKHIRAT

Saturday 19 May 2018

PINTAR DI DUNIA PINTAR DI AKHIRAT

PINTAR   DI DUNIA PINTAR DI AKHIRAT

PINTAR DI DUNIA PINTAR  DI AKHIRAT  


“Apabila dikatakan kepada mereka : “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang telah beriman,”mereka menjawab : “Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang itu beriman..?”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu “. (QS. Al-Baqarah :13).


Sebut namanya Rozak, pekerjaannya sehari – hari sebagai sopir taksi di Jakarta. Meskipun hanya seorang sopir taksi , tetapi wawasan keagamaan lelaki berusia 30 tahun itu lumayan luas. Maklum, ia jebolan sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.

Bukan hanya wawasan keagamaannya saja yang luas , yang membuatnya berbeda dari rekan seprofesinya , tetapi ia terkenal sebagai lelaki yang shaleh yang pandai mengamalkan agama yang dimilikinya , terutama untuk urusan ibadah sholat.

Meskipun profesinya sebagai seorang sopir taksi mengharuskan dirinya untuk selalu mobile, tetapi jika waktu sholat tiba, ia selalu berusaha menunaikan tepat waktu. Bahkan jika bisa ia menyembpatkan sholat jamaah di masjid terekat yang dilaluinya. Kecuali jika ia terlanjur sedang membawa penumpang.

Kebiasaan yang selalu menyempatkan diri mampir di masjid begitu waktu sholat tiba ketika belum ada penumpang di taksinya membuat teman-teman seprofesinya geleng-geleng epala. Bahkan, Rudi , teman satu pullnya sering protes dan justru mengingatkan Rozak agar lebih mendahulukan mencari penumpang ketimbang buru-buru mencari masjid begitu waktu sholat tiba.

“Kayak gak ada waktu lain aja, Zak. Cari rezeki dulu yang banyak , baru ibadah Tuhan juga tahu kita sedang bekerja mencari nafkah. Kan ibadah juga, “Kata Rasulullah saw teman satu pullnya yang juga teman semasa di pondok dulu.

“Bukan begitu Rud,. Kalau memang belum ada penumpang , apa salahnya mampir dulu ke masjid , bukankah lebih utama sholat di awal waktu dengan berjamaah ..?. Toh rezeki sudah diatur Allah swt.Kalau kita ngoyo cari penumpang terus , aku khawatir justru kita gak sempat sholat , karena mengejar setoran terus, “ Begitu alasan Rozak.

“Kalau gak sempat ya maklum aja. Tuahn juga bisa memaklumi kesulitan kita.yang penting kita punya niat untuk sholat. Kalau memang waktunyamempet, buat apa dipaksa –paksain..?. Cari penumpang itu susah , zak, jadi kalau lagi dijalan, yaudah cari penumpang sebanyak-banyaknya. Nanti kalau sudah selesai baru mikir sholat “, timpal Rudi.

Pandangan kdua sahabat diatas sebenarnya pandangan yang umum dalam masyarakat. Rudi mewakili golongan yang lebih mementingkan dunia dan menyepelekan urusan akhirat. Sementara Rozak mencoba mengimbangi aktivitas duniawinya dengan menyempatkan diri menunaikan kewajiban yang beruhubungan dengan kehidupan akhirat.

Orang-orang seperti Rudi umumnya terbiasa mengolok-olok manusia seperto Rozak sebagai manusia malas , tak punya otak, gak pecus kerja atau sok suci.Padahal apa yang dilakukan oleh Rozak adalah bukti kecerdasan akalnya untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.

Ayat diawal tulisan ini mengutarakan perihal oknum kaum munafik dan fasik terhadap kaum beriman. Munafik adalah orang yang bermuka dua. Perkataan dan perbuatan tak pernah sesuai. Sementara fasik adalah orang yang senang mencampur adukkan perkara haq (benar) dan bathil (jahat).

Di Zaman Nabi , ketika Nabi dan para sahabat tinggaldi Madinah , banya kaum munafik Madinah menyebut kelompok Islam sebagai orang bodoh. Ketika para sahabat mengajak kaum pribumi Madinah untuk meninggalkan agama terdahulu dan kemudian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tak pernah menggubris. Bahkan, mereka menganggap bahwa ajakan itu adalah seruan kebodohan.

Jadi, Apabila dikatakan kepada mereka “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman “, maka mereka tetap saja tak beriman. Menurut mereka, Islam adalah agama baru yang tak diajarkan para pendahulu mereka. Bahkan, mereka justru menjawab, ajakan itu dengan olokan, “Akankah kami berima sebagaimana orang-orang (as sufaha’) itu beriman..?”.

Tetapi jawaban mereka itu dibalas oleh Allah secara tegas, “Ingatlah , sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu “. (QS. Al-Baqarah :13).
SIAPA YANG BODOH..?
Kata as-sufaha, yang berarti orang-orang bodoh dalam konteks QS. Al-Baqarah :13 ini adalah bentuk jamak dar kata tunggal safihum sama seperti kata ulama , yang berarti “orang-orang pintar” , yang merupakan bentuk jamak dari kata alimun.

Secara bahasa kata safihun (bodoh) berarto bodoh secara akal , lemah pikiran dan tidak banyak mengetahui mana yang berguna adan yang berbahaya. Adapun masuknya Alif , lam ta’arif (tanda ma’rifat) pada kata sufaha menunjukkan bahwa orang bodoh yang dimaksud tidak keseluruhan, melainkan hanya sebagian.

Kata as0sufaha juga disebutkan dalam Al-Quran pada surat An-Nisa : 5. Namun, di ayat ini, ulama tafsir sepakat bahwa kata as-sufaha ditujukan kepada kaum wanita dan anak-anak kecil , karena mereka lemah akal dan tak banyak tahu tentang baik dan buruk dalam mengelola harta kekayaan. Tapi, paa ayat yang dibahas ini sangat beda. Kata as-sufaha ditujukan pada para sahabat Nabi Muhammad saw, sebagai sindiran dan olok-olokan dari kaum munafik dan fasik di Madinah.

Pendapat ini diantaranya dikemukakan Iu Katsir. Ulam tafsir yang satu ini dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa yang dimaksud orang-orang bodoh dalam QS.Al-Baqarah : 13 ditujukkan pada para sahabat Nabi. Mereka yang mengucapkan tuduhan itu adalah orang munafik yang tinggal di kota Madinah.

Bagi mereka, para sahabat Nabi dianggap membelot dari ajaran nenek moyang kaum Arab. Itulah sebabnya umat islam dianggap bodoh. Senada dengan pandangan ini adalah Ibnu Abi Hatim dalam Kitab Tafsirnya , As-Suyuthi alam Kitab Al-Durr Al – Mantsur, dan Asy-Syaukani dalam Kitab Fath Al-Qadir.

Pendapat tersebut bersumber dari beberapa riwayat hadits. Salah satunya adalah riwayat dikemukakan Ibnu Abbas. Kata Ibnu Abbas , yang dimaksud “Orang-orang bodoh” pada ayat tersebut adalah tuduhan orang munafik kepada para sahabat Nabi, lantaran mereka iri terhadap perkembangan umat islam yang begitu pesat di Madinah.

Salah satu orang yang menjuluki para sahabat Nabi dengan sebutan bodoh adalah Abdullah Ibnu Salam. Ia dan kawan-kawannya dalam komunitas rahib di Madinah menyebut kaum mukmin dengan sebutan orang bodoh. Mereka menilai bodoh dan dungu kaum Mujahirin karena dianggap terlalu sembrono memusuhi kaum dan keluarga di Mekkah , serta rela meninggalkan kampung halaman hanya untuk ikut Muhammad. Kaum Anshar juga dijuluki kaum bodoh dan dungu karena telah membagikan harta benda dan rumah mereka untuk menolong kaum Mujahirin.

Olokan dan cacian Abdullah Ibnu Salam ini sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan kaum jahil Murakkab (sangat bodoh) di Kota Mekkah. Sebab, pikiran mereka sebenarnya tidak waras. Pikiran mereka membalikan pengertian sebenarnya. Akibatnya masalah yang baik dianggap buruk, dan maslah yang buruk dianggap baik. Padahal hakekatnya, mereka ini bodoh (safih), bukan orang yang mereka tuduhkan itu.

Ini disebabkan karena mereka tak tahu apa manfaatnya iman. Yang mereka lihat hanya apa yang tampak dimata. Ketika kaum Mujahirin rela meninggalkan kota Mekkah demi mengikuti jejak Muhammad untuk hijrah ke Madinah, maka itulah sikap bodoh menurut mereka. Begitu juga dengan apa yang dilakukan kaum Anshar yang rela berbagi kehidupan dengan kaum Mujahirin itupun dianggap tindakan bodoh.

Padahal itu salah besar. Ahmad Mustafa Al-Marghi dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi justru menyebutkan bahwa kaum Mujahirin naupun Anshar adalah orang beriman yang sangat pandai. Mereka adalah orang yang mengikuti akal sehat , sebab telah mengambil jalan kebenaran hakiki. Orang seperti ini didadanya penuh dengan perasaan iman, yang menjadi tumpuan segala persbuatan. Mereka tergolong cerdas dan pintar karena memilih islam sebagai jalan hidup.

Menjawab Tuduhan Bodoh
Orang bodoh, menurut para sufi, ada dua macam. Pertama, orang yang menjual agama dengan dunia, dan menjual kekekalan kerusakkan karena kebodohan dan ketidak tahuan mereka. Kedua, orang-orang yang memperbodoh diri sendiri. Mereka tidak mengetahui kesiapan mereka untuk memperoleh derajat yang lebih tinggi disisi Allah. Mereka lebih menyukai kehidupan dunia, membenci orang-orang yang taqwa bermartabat dan menyukai orang yang melanggar larangan.

Dimata orang munafik dan fasik,orang beriman itu bodoh. Hal ini sebenarnya bisa dimengerti. Sebab, kebanyakkan kaum mukmin di zaman Nabi banyak berstatus ekonomi lemah atau miskin. Bahkan, ada berstatus masih hamba sahaya seperti Suhaib dan Bilal bin Rabah.

Hal ini dibenarkan oleh Muhammad Mutawalli Sya’rawi. Pengarang KItab tafsir Sya’rawi ini berpandangan bahwa tuduhan bodoh yang dilontarkan kaum munafik kepada kaum mukmin kala tu tidak serta merta meunjuk pada akal pikiran saja. Namun, hal itu merujuk pada kondisi umat islam kala itu Lebih jelasnya adalah bahwa umat islam kala itu tergolng miskin. Terutama pada masa-masa awal kedatangan Nabi di Kota Madinah.

Kenapa orang mukmin dianggap miskin..?. Pertama ,karena pengikut Nabi banyak berstatus lemah atau miskin. Hanya beberapa sahabat saja yang kaya. Sewaktu berdakwah di kota Mekkah, parapemimpin Quraisyyang kaya tak mauberiman.Akibatnya, yang mengikrarkan diri mengikuti Nabi berasal dari kalangan ekonomi bawah.Kedua, kaum Muhajirin meninggalkan begitu saja kekayaan mereka di kota Mekkah sewaktu hijrah dengan Nabi ke Kota Madinah.

Kondisi sosial seperti ini lalu menjadi olok-olokkan kaum munafik. Mereka menyebut umat Islam sebagai kelompok miskin. Namun begitu, ketika mereka mengecap orang mukmin bodoh , sebenarnya mereka mengecap diri mereka dengan sifat bodoh. Bahkan , mereka lebih pantas dicap orang bodoh.

Hal ini sangat logis, karena mereka ketika mencap umat mukmin dengan kebodohan dan kemiskinan , sebenarnya mereka telah mencap mereka sendiri. Ayat ini menunjukkan bahwa pada diri mereka terdapat banyak kontrasiksi (tanakudh), baik antara diri mereka dengan logika maupun diri mereka dengan jiwa. Hatimereka bertentangan dengan lidah. Perbuatan mereka juga bertentangan dengan akidah.

Sifat bodoh menunjuk arti lemah dan kurang akal, sehingga kelembutan kadang dipadu dengan kekerasan,perilaku baik dicampur dengan jahat, dan yang benar diaduk dengan yang salah. Inilah yang terjadi pada orang – orang munafik pada masa Nabi di kota Madinah. Lantas, bagaimana kalau ternyata orang munafik tersebut kemudian bertanya seperti ini;, “Kenapa kami harus beriman seperti orang bodoh itu..?”.

Nah, dalam konteksini, beberapa ulama’ tafsir menjawab dengan beragam pandangan. Pertama, sebenarnya orang yang mengucapkan perktaan itu tidak langsung dengan mulut ,melainkan dalam hati. Tetapi, Allah mengetahui hal itu lantaran, Allah membuka tirai mereka dan menampakkan rashasia mereka sebagai hukuman atas sikap permusuhan mereka dengan orang mukmindi Kota Madinah.

Kasus seperti ini terjadi seperti halnya Allah menampakkan apayang disembunyikan orang-orang ikhlas, yaitu berupaperkataanyang baik. Niat yang tersimpan dalam hati kemudian ditampakkan oleh Allah demi memuliakannya. Pandangan ini dikemukakan oleh Ismail Haqqi Al-Burusywa. Dalam Kitab ruhul Bayan. Tapi sebaliknya, jika hal tersebut terjadi pada orang munafik, maka tujuannya untuk merendahkan mereka.

Kedua, sesungguhnya kaum munafik melontarkan tuduhan itu dikalangan mereka sendiri, dan bukan pada kalangan mereka sendiri, dan bukan pada kalangan kaum mukmin. Kemudian Allah mengabarkan itu kepada Nabi dan kaum mukmin. Pendapat ini dikemukakan Al-Baghawi. Dalam Kitab Tafsirnya. Artinya, senidiran dan olokkan tersebut tak lain bersumber dari orang munafik senidir, dan hakikatnya ditujukan bagi komunitas mereka.

Ketiga, ini merupakan pendapat Abu Su’ud  dalam Kitab Al-Irsyad. Ia berkata, tuduhan itu terlontar dikalangan kaum mukmin yang memberikan nasehat kepada mereka. Artinya, perkataan itu menunjukkan sifat pembakangan mereka terhadap ajaran Nabi. Perkataan itu merupakan sejenis kekafirandan kemunafikan yang mungkar.

Lengkapnya seperti ini, “Apakah kami mesti beriman seperti imannya orang-orang bodo dan gila yang keimanannya tidak dianggap sah ..?. Kalau mereka sudah menyatakan beriman dan kami belum beriman seperti imannya orang-orang bodoh itu, tak sepatutnya kalian (kaum mukmin) menyuruh kami beriman!”.

Namun begitu, menanggapi kata seperti ini Allah swt tentu membela kaum mukmin. Allah member kecaman keras keapada yang menghina para pengikut Nabi.Firman Allah, “Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu (QS. Al-Baqarah :13). Artinya, kaum munafiklah yang bodoh , dan bukan orang beriman. Orang beriman adalah orang serba pintar, baik untuk urusan dunia, maupun urusan akhirat. Sebab, mereka tahu apa hakikat hidup di dunia dan apa hakikat hidup di akhirat.

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 20 Mei 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...