Dasbor"Rahasia Illahi 2"
Perjalanan
Spiritual
Office
Boy Dapat Umrah Gratis
“
Jangan pernah menganggap sebelah mata orang-orang yang bekerja seperti mereka.
Bisa jadi, mereka justru jauh lebih beruntung dibandingkan kita yang bekerja
kantoran atau kita yang merasa lebih baik dari mereka ”..
Apakah Anda mengira
bahwa petugas cleaning service, pembantu rumah tangga, office boy (OB) dan
sebagainya tidak bisa pergi ke tanah suci ..? Jika Anda meragukan berarti Anda
keliru. Mereka memang tidak memiliki banyak uang untuk pergi ke Tanah suci –
Jika mengandalkan uang gaji. Tapi kita harus menyadari, bahwa yang bisa
memberangkatkan seseorang ketanah suci atau semata-mata atas kehendak
Allah swt. Jika Allah sudah berkata kun fayakun, jadilah. Jadilah ia berangkat
ke Tanah Suci. Jalannya dari mana saja.
Baca Juga "Benarkah sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas..?"
Baca Juga "Benarkah sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas..?"
Ini juga dialami oleh pria bernama Harits Fadilah (22) dalam benaknya
mungkin tidak pernah terpikirkan bisa berangkat ketanah suci untuk untuk
melihat megahnya Masjidil Haram, Agungnya ka’bah dan sebagainya. Ia harus
berpikir realitas untuk itu ia hanyalah anak seorang pria sederhana (bahkan
miskin), yaitu pedagang ikan keliling. “Ayah pakai sepeda kalau jualan “, kisah
Harits penuh haru.
Dengan sepeda ayah, berkeliling kampung dari satu tempat ke tempat
lainnya, dan dari satu jalan ke jalan yang lain. Hanya untuk satu tujuan,
bagaimana agar ikan-ikan itu laku terjual. Semuanya demi istri dan anak-anak
agar mereka bisa makan. Harits yang menyadari dirinya adalah orang yang tidak
mampu pantang untuk berpikir bisa pergi ke Tanah Suci.Jangankan bisa pergi
kesana, memikirkannya saja mungkin hampir tidak pernah, meski keinginan itu ada
dalam benaknya.
Sekali lagi, Harits harus berpikir realitas. Kesederhanaan keluarga
Harits tampak pada bangunan rumahnya yang masih pakai bambu, dan alasnya
bertanah alias belum berkeramik. Kalau kita mau jujur, adakah rumah dizaman
sekarang yang alasnya masih setia dengan tanah, jika tidak karena kesederhanaan
atau ketidakmampuannya.
Namun, sebagai lelaki, Harits pantang untuk pasrah diri pada takdir. Ia
memang ditakdirkan Allah untuk hidup dan besar dalam keluarga yang sederhana.
Tapi, baginya sangat berdosa jika ia terus berada dirumah bermalas-malasan.
Karena itu saat menyadari bahwa kedua orang tuanya tak mampu lagi membiyayai
sekolahnya hingga SMA, ia pun tidak protes, bahkan ia membuktikan pada kedua
orang tuanya kalau ia bisa berkembang menjadi Lelaki yang mandiri.
Segala pekerjaan dilakukannya seperti menjadi kuli bangunan, dan
pekerjaan serabutan lainnya. Yang penting, bisa untuk jajan hingga tak lagi
banyak meminta pada orang tua yang memang pas-pasan.
Setahun bergelut dengan bekerja serabutan ia pun mencoba hijrah ke
Jakarta. Kebetulan, suami tantenya memiliki usaha Steam Motor di daerah duren
Sawit. Jadinya, ia pun diajaknya untuk bekerja di sana. Sistem gajian disini
adalah dibayar 2500 percucian / motor. “Jika lagi sepi Cuma dapat 5 ribu. Tapi,
kalau lagi ramai bisa dapat 30-40 ribu sehari”, ujar Harits.
Baca Juga "Adakah Jin Islam..?"
Baca Juga "Adakah Jin Islam..?"
Merasa kurang ada tantangan, setelah dua tahun bekerja di Steam Motor,
ia pun menerima ajakan tetangganya, Bapak Syamsul Riadi, untuk bekerja di
Restouran Arab. “Dia sendiri bekerja di travel “, katanya.
Selama bekerja di Restouran itu ia mendapat gaji 600 ribu sebulan dan
uang makan 10 ribu sehari. Namun, hanya bertahan sebulan di situ. “Saya nggak
betah “, kisahnya sedih.Keluar dari Pramusaji, ia melamar bekerja sebagai
Cealing Service di sebuah perusahaan outsourcing di Kelapa Gading.Namun
lagi-lagi ia tak bertahan lama, hanya tiga bulan.
Dalam hal ini ia pun mengemukakan alasannya , “waktu habis di jalan. Berangkat pagi-pagi dan
pulang larut malam. Begitu setiap hari “, Kisah Harits dengan jujur.
Jadi, selama kerja di Kelapa Gading Harits masih tinggal tempat kerjaan yang dulu (Steam Motor) di
Duren Sawit. Sambil kerja sebagai Cleaning Service setiap minggu atau hari
libur ia ikut membantu kerjaan milik suami tatenya itu, yang Steam Motor.
Dalam kondisi yang tidak menentu, inilah. Harits mendapatkan tawaran
lagi dari orang yang dikenalnya saat kerja di Steam Motor, yaitu Bapak Syamsul
Riadi, “Gimana Kerjaanya..?. tanya Pak Syamsl kepada Harits saat itu.
“Alhamdulillah, tapi saya tidak betah pak”, jawab Harits jujur.
“Ya sudah. Mau gak mau bantu saya..?. Saya punya persahaan sama Bapak
Hambali sekarang, “pinta pak Syamsul pada Harits Seketika it Harits
mengiyakannya.Harits bekerja di PT Damtour milik Bapak Ustadz Hambali Abbas dan
Bapak Ustd Syamsul Riadi.
Inilah titikbalik dimana hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Harits
akhirnya menjadi kenyataan, yaitu pergi umrah. .
MIMPI
ADA DI MEKAH
Harits bekerja sebagao office
boy (OB) PT. Damtour. Pekerjaan ini seolah mengulangi apa yang pernah
dilakukannya saat menjadi cleaning service di perusahaan outsoucing. Bedanya,
kalau dulu berkelompok, sekarang ia sendiri. Namun kali ini lebih menyenangkan.
Sebab ia, tak perlu bolak-balik dari tempat tinggalnya ke tempat pekerjaannya.
Di Damtour ini, ia diperbolehkan untuk tinggal di kantor, hitung-hitung sambil
ikut menjaga perusahaan itu.
Diakui oleh Harits bahwa
suasan kerja dan juga orang-orangnya di kerjaannya sekarang ini jauh lebih
menyenangkan. Karena itu ia betah kerja disitu hingga usianya yang keempat
tahun ini.”Suasananya bersahabat. Pemiliknya juga baik dan sabar”. Cerita
Harits blak-blakkan tanpa bermaksud memuji orang yang menggajinya.
Dua tahun sebelum
keberangkatannya ke Tanah Suci , Harits bermimpi berada di Mekkah Al-Mukaramah.
“Disitu saya melihat Ka’bah. Saya sedang sholat dan didepan saya ada Ka’bah “,
cerita Harits tentang mimpinya.
Namun, saat itu Harits tidak
sekalipun berpikir bahwa suatu hari hal itu akan menjadi kenyataan. Ia tidak
pernah membayangkan bahwa hal itu sebenarnya adalah gambaran tentang dirinya
dua tahun kemudian. Karena itu, meski mimpi itu menyenangkannya tetapi tetap
dianggap sebagai bunga tidur saja.
Tidak lama setelah mimpi itu,
tiba-tiba pimpinan kantor berbicara padanya bahwa ia akan diberangkatkan umrah jika
usia kerjanya sudah empat tahun. Ini adalah kebijakan perusahaan. Meski belum
menjadi kenyataan, tapi Harits mensyukurinya kala itu.Semoga hal itu menjadi
kenyataan. Mudah-mudahan ia betah dan bisa kerja hingga usia diamana ia berhak
untuk mendapatkan jatah umrah gratis dari kantor.
Benar saja, karena pola kerja
Harits yang bagus sehingga waktu yang dijanjikan itu tiba saatnya,”Saya
akhirnya dikabari akan pergi umrah pada bulan pebruari ini”, kisahnya dengan
haru.
Setelah dipastikan akan pergi
umrah Harits pun mengucap syukur kepada Allah. Sang ayah dikampung (Bekasi) pun
merasa senangsetelah dikabari sang anak tercinta tentang berita yang sangat
membahagiakan ini. Akhirnya hal yang sulit dicapai oleh seorang office boy
(bahkan pekerja kantoran sekalipun) bisa didapatkannya. Ini adalah anugerah
dari Allah swt. Tidak semua orang bisa mendapatkannya. Bahkan, orang yang
bergaji diatas 5 juta pun tidak menjamin bisa pergi umrah. Selain adanya
keinginan, kesempatan, dan juga kehendak Allah swt. Tiga hal ini ternyata
berlaku buat Harits tidak bagi kebanyakkan orang.
Sekali lagi, kisah Harits,
seorang office boy yang bisa pergi umrah, menjadi bukti nyata bagi kita bahwa
siapapun bisa pergi ke Tanah Suci jika Allah sudah berkehendak. Jalannya dari
mana saja , bisa diumrahan sama orang atau sama Bosnya sendiri. Jadi, jangan
pernah menganggap sebelah mata orang-orang yang bekerja seperti mereka. Bisa
jadi, mereka justru jauh lebih beruntung dibandingkan kita yang kerja
dikantoran atau kita yang merasa lebih baik dan mempunyai gaji lebih tinggi
dari mereka
Good Job Harits..!.