Dasbor 'Rahasia Illahi 2"
KISAH KEAJAIBAN
SHOLAT HAJAD
“
Sholat tahajjud dan hajat yang dulunya tidak pernah ia lakukan dengan
sungguh-sungguh kini ia mulai kerjakan kembali. Kejajaiban pun terjadi…? “.
Suara berisik
terdengar seperti layaknya orang-orang yang sedang bertransaksi di pasar. Para
siswa tengah berlarian , bercanda dan saling mengganggu. Kegiatan mengajar hari
itu benar-benar menyita seluruh energynya. ANak-anak juga susah ditertibkan.
Ada yang berjalan seenaknya ada yang mengobrol dan ada yang bercanda. Sudah
beberapa kali ia menegur dan memberi peringatan, tapi mereka hanya berhenti
sebentar, kemudian mengulangi lagi kegaduhan itu.
Firman tidak begitu konsentrasi, karena kakinya mulai berdenyut –
denyut. Ia khawatir serangan reumatiknya kambuh lagi. Ia benar-benar tidak
tahan lagi setiap kali penyakit itu kambuh. Persendiannya seperti digergaji ,
sakitnya sampai keubun-ubun. Saking sakitnya sedikit saja kena senggol, ia
sudah menjerut dan mengeluarkan air mata.
Firman bergegas pulang, rasa sakit itu semakin menghujam. Ia tahu ini
permulaan dari rasa sakit itu. Biasanya virus reumatik arthritis yang
menyebabkan reumatik, berinteraksi selama dua malam, dan itu puncak segala rasa
sakit. Kalau sudah sampai tahap itu biasanya ia tidak berdaya, menggeletak, dan
tidak bisa berbuat apa-apa.
Sungguh, hal ini rasakan sebagai penderitaan yang luar biasa. Dan itu
akan selalu berulang ketika daya tahan tubuhnya terabaikan makan tidak teratur,
bekerja tanpa istirahat, dan stress yang berlebihan. Sudah berbagai cara ia
tempuh agar penyakit itu sembuh. Beberapa dokter ahli menjadi langganannya,
tapi penyakitnya tidak kunung sembuh, Beberapa pengobatan alternatifpun ia
coba, namun hasilnya juga tidak memuaskan.
Penyakit nampaknya seperti tidak pernah lepas dari kehidupannya. Pada
awalnya, Firman menderita penyakit maag sejak tahun 2001. Itu akibat pola
makannya tidak tertur. Juga akibat kegemarannya yang sering mengkonsumsi
makanan yang merangsang prosuksi asam lambung, seperti makanan pedas, asam,
atau yang berminyak-minyak.
Ia biarkan saja penyakit itu bersarang di lambung kirinya. Firman
merasa tidak berkesempatan untuk mengurusnya. Sebagai guru, ia selalu
dikejar-kejar waktu, karena ia mengajar di beberapa tempat. Disamping itu
banyak tugas tambahan yang harus diselesaikan. Ini terus berlangsung hingga
berbilang tahun.
Setelah menikah istrinya dengan telaten memperhatikan menu, gizi dan
jadwal makannya. Tapi itu kalau mereka bersama dirumah, sedangkan kegiatan
sering banyak diluar rumah.
“Mas, jangan lupa makan! Kesehatannmu jauh lebih berharga disbanding
kesibukkan yang tidak akan pernah selesai itu”, begitu istrinya sering
mengucapkan.
Pernah suatu hari, ketika firman sedang mengajar di kelas tiba-tiba
kepalanya terasa pusing, pandangannya berkunang-kunang, dadanya sakit luar
biasa, dan tubuhnya gemetar. Ia berusaha tenang dan tegar didepan puluhan
siswa. Namun ia tidak kuat. Tiba-tiba sekelilingnya terasa gelap, dan lantai yang
diinjaknya terasa bergoyang. Ia pun kehilangan keseimbangan. Akhirnya, ia jatuh
terkulai dilantai, tak sadarkan diri.
Setelah sadar, Firman telah terbaring dirumah sakit. Di sekelilingnya
ia melihat istri dan dua anaknya, serta sanak keluarga serta siswa-siswanya.
Kesedihan tergambar diwajah mereka.
Hanya dua hari firman terbaring dirumah sakit itu. Ia minta pulang,
karena ia tidak betah. Mulanya dokter yang merawat enggan memberi izin pulang.
Alasannya ia baru dua hari diopname. Sedangkan kesehatannya belum pulih benar.
Tetapi ia bersikeras ingin pulang, akhirnya permohonannya dikabulkan. Dengan
syarat ia harus mengikuti rawt jalan.
Berminggu-minggu firman berobat secara rawat jalan. Setiap hari dokter
datang kerumah. Mengontrol perkembangan kesehatannya. Terkadang ia diberi obat
tidak jarang pula ia hanya diberi nasehat. Segala nasehat dan ajnuran dokter
selalu ia laksankan sesuai dengan kemampuannya. Namu, rasanya kesehatannya
belum juga pulih. Penyakit yang
bersemayam di tubuhnya belum ada tanda – tanda hilang. Bahkan menurut dokter
yang merawatnya penyakit maagnya semakin berat saja.
Indikasi beratnya penyakit maag juga ia rasakan dengan seringnya ia
muntah bila perutnya kemasukkan makanan. Di lambung kirinya bahkan timbul
benjolan sebesar telur ayam kampung, terasa sakit sekali dan kedua matanya
berwarna kekuning-kuningan.
Atas saran dokter, Firman kembali masuk rumah sakit, setelah seminggu
dirawat inap penyakit mulai sembuh. Hari kesepuluh ia diperbolehkan pulang.
Anehnya, setelah dua hari dirumah, Firman kembali muntah-muntah. Ia merasakan
perih di lambung , dan demam sebelum dan sesudah makan. Terkadang nyeri
dipinggang dan ditulang. Ia takut kalau itu batu empedu iapun segera
memeriksakan diri kembali ke dokter. Firman bersyukur ternyata bukan batu
ginjal tetapi reumatik.
Menurut dokter, penyakit reumatiknya disebabkan oleh infeksi virus.
Penderita biasanya demam. Beberapa hari kemudian terasa nyeri pada persendian ,
tulang, dan otot, disertai bercak,bercak merah di kulit mirip penyakit demam
berdarah.
Dan disinilah penyakit yang kahir-akhir ini datang secara berkala.
Terutama bila kondisi tubuhnya tidak fit. Kesibukkan menumpuk, istirahat
kurang, dan sering lupa memperhatikan gizi makanan. Keluarganya juga
mengingatkan agar hidup dengan santai tidak tegang.
“Pak Firman harus hidup mencontoh Rasulullah saw yang tidak
berlebih-lebihan. Sesuatu yang berlebih-lebihan itu aka nada dampaknya “,
begitu nasehat salah seorang sahabatnya. Menurutnya, segala sesuatu ada
takaranya. Kalau melewati takaran itu, akan luber kemana-mana, dan menjadi
bibit penyakit.
“Serius mencari nafkah adalah anjuran agama dan kewajiban setiap
laki-laki, tapi itu juga ada batasannya dan waktunya. Ada saat istirahat, ada
waktu untuk makan, dan ada waktu untuk beribadah”, tambahnya lagi. Masukkan itu
sangat berharga. Firman mencerna semua itu dengan hati terbuka.
Sebelum penyakitnya bertambah parah, firman berusaha untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah swt. Tuhan,Pencipta dirinya yang kepada-Nya nanti
ia akan kembali. Ia memutuskan untuk tidak berobat lagi kerumah sakit,
mengingat biaya pengobatan yang mahal, sementara kebutuhan hidup dan
keluarganya semakin membengkak ia berharap, dengan lebih mendekatkan diri
kepada_Nya , akan ringanlah segala penderitaanya selama ini.
Firman melakaukan perenungan secara jujur tentang hidup dan masa lalunya. Ia menyadari
sepenuhnya selama ini ia sering melalikan kewajibannya sebagai hamba Allah swt.
Melalikan bukan arti ia tidak melakukannya. Tapi perhatiannya sebagai hamba
Allah swt lebih condong pada duniawi, sehingga kewajiban akhirat ia lakukan
separuh hati. Seperti sholat yang sering ia kerjakan sambil lalu dan akhir waktu.
Kadang sholatnya juga layak dipertanyakan kualitasnya. Ia bukan
berkomunikasi degan allah swt sebagai hamba dan penciptanya yang penuh cinta
dan harap, tapi lebih kepada beban yang harus selalu dituntaskan secepat
mungkin. Sehingga kadang ayat-ayatnya ia baca dengan tergesa-gesa, saking
cepatnya. Astagfirullah.
Selama ini Firman juga merasa enggan bersedekah. Rasanya berat sekali
mengeluarkan harta , karena masih banyak kebutuhan lain. Ia pun sering merasa
dendam , iri hati, dengki, marah-marah, tanpa sebab yang jelas. Ia mudah
tersinggung pada sesuatu hal yang sebenarnya sepele.
Karena itu, ia merasa wajar bila sekarang Allah swt menipakan semacam
ujian kepadanya dengan penyakit reumatik dan maag kronis yang dideritanya.
Foirman segera berbenah diri, menyesali kealpaannya, dan memohon ampun
kepada Allah swt. Ia ingin menebus semua itu semua kelalain dan sifat-sifat
jeleknya. Ia ingin bertaubat. Pertobatan yang ia lakukan dengan sungguh-sungguh
kepada_Nya.
Firman membuktikan pertobatannya itu dengan banyak membaca
amalan-amalan, rajin sholat diawal waktu. Disamping itu ia juga mulai rajin
kembali membaca Al-Quran, berdzikir , bershalawat, dan memperbanyak istigfar.
Sholat hajat dan Tahajud , yang dulu tidak pernah ia lakukan dengan
sungguh-sungguh kini ia senantiasa lakukan.
Oleh seorang ulama kharismatik didaerahnya, Firman dianjurkan
mengerjakan sholat hajat 41 malam berturut-turut, untuk kesembuhan penyakitnya.
Waktunya pada malam hari dan lebih afdhal lagi kalau di lakukan ditengah malam.
Pada awalnya terasa berat. Tetapi dia tidak berputus asa. Ia terus
mencoba dan dicobanya lagi. Akhirnya sholat hajat 41 malam yang dimulai malam
Jum’at ia selesaikan juga.
Firman mengucap syukur, beberapa hari kemudian penyakit maag dan
reumatiknya sembuh. Subhanallah, Allah swt berkenan menerima taubat dan
mengabulkan permintaannya.
(Demi
menjaga kerahasiaan dan nama baik, semua nama pelaku (kecuali nama tempat) yang
tercantum dalam kisah ikhtibar ini telah disamarkan)