Baca Juga>>>"Perempuan dan lubang kuburnya melebar"
Jerit pasien kesakitan sesekali menambah suasana di rumah sakit Kabupaten
seperti sebuah penjara. Wajah sebagian besar orang di rumah sakit tak
bergairah, sedih, cemas dan gelisah.Sebagian pasien sudah ada yang tidur di
pembaringan di jaga oleh keluarga.
Sebagian lain, terjaga karena tidak bisa memejamkan mata. Sementara
itu, dr. Mawar ( bukan nama sebenarnya, 35 thn ) yang malam itu mendapatkan
tugas jaga di Unit Gawat Darurat (UGD) seperti khusuk membaca berkas di kantor
dengan mata yang nyaris ditikam kantuk.
Baca Juga>>>"Jenazah tidak bisa dikuburkan"
Baca Juga>>>"Jenazah tidak bisa dikuburkan"
Maklum tugas jaga malam kerap kali tidak bersahabat.Jika tidaksebagai
tugas sebagai seorang dokter, mungkin ia akan memilih terlelap dalam tidur.
Malam mulai dingin, tetapi suasan rumah sakit seperti tidak pernah sepi. Orang
sakit silih berganti tiada henti.
Dan malam itu ada mobil dinas memasuki halaman rumah sakit, bergerak
pelan dan setelah sampai didepan ruang UGD, mobil itu berhenti. Sang sopir,
lelaki yang sudah tua membuka pintu, lalu berjalan ke loket.
Tidak lama kemudian empat orang berpakainputih keluar dari ruangan rumah
sakit menuji mobil dinas dengan membawa meja dorong untuk pasien. Dari dalam
mobil, si pasien yang sudah tidak berdaya diusung ke meja dorong untuk dibawa
ke Unit Gawat darurat (UGD).
dr. Mawar yang mendapat kabar segera datang ke UGD dan menyabut
kedatang pasien dengan cepat dan cekatan. Tiga tahun bekerja sebagai dokter
telah mengajarkan kepada dokter Mawar bagaimana menangani pasien.
Tapi kali ini, ia harus berjuang keras untuk memulihkan kesehatan si
pasien. Maklum si pasien terkapar tidak
berdaya, terserang stroke. Dan pasien datang sudah dalam keadaan koma, kedua
matanya tertutup rapat seakan dia sedang tidur.
Hanya perutnya saja yang naik turun menandakan bahwa ia mash hidup. Dia
mendekur keras kedua kaki dan tangannya, sesekali bergerak tanpa kontrol.
“ Sang pasien datang dengan
tekanan darah yang sangat tinggi
250/150 mmHg. Aku berusaha memberikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan
darahnya sesuai prosedur rumah sakit. Aku tidak tidur semalam untuk memonitor
keadaan pasien. Segala upaya sudah aku lakukan tetapi tekanan darahnya tidak
kunjung turun cerita dr. mawar.
Kondisi itu membuat dr. Mawar seperti dihadapkan jalan buntu. Apalagi
meliahat kantong penampung untuk air kencing ternyata tidak ada setetespun
urine menggenangi kantong penampung.
Tak ragu lagi dr. Mawar berkesimpulan organ ginjal
pasien sudah tidak normal alias sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ia
periksa lagi kondisi pasien yang sudah
tidak berdaya lagi di atas ranjangrumah sakit.
Dalam hati dr. Mawar merasa kasihan padapasien yang menurutnya kondisi kritis,
tetapi tak ada satu keluarga pun yang mendampingi. Ia amati lelaki yang
terkapar itu dan ia tidak ragu lagi bahwa lelaki yang terserang setroke itu
adalah Pak Burhan (55 thn bukan nama sebenarnya). Orang terhormat di kota
tempat tinggalnya.
Malam pub berganti pagi tepat menjelang subuh, tibaitiba dr.Mawar
dikejutkan kedatangan wanita setengah baya. Wanita itu datang ke rumah sakit
denganmata merah. Juga terlihat gelisah. Mukanya cemas setelah berada di
hadapan pasien, ia menumpahkan isak tangis.
Tangisnya pecah, membuat subuh yang sunyi jadi sedih. Beberapa saat dr.
Mawar membiarkan hal itu. Setelah keadaan menjadi tenang dr. Mawar mendekati
wanita itu “ Apakah ibu istri Pak Burhan ?”.
Ya
Jawab wanita itu kemudian emperkenalkan diri kepada dr. Mawar bernama ibu Retno
( bukan nama sebenarnya 50 thn). “ Maaf bu BaPak Burhan harus mendapat
perawatan dengan alat dan obat-obatan yang memadai. Sementara itu di rumah sakit
Kabupaten ini tidak lagi mungkin kami merawat Bapak dengan maksimal karena
keterbatasan obat dan peralatan medis.
Untuk itu saya sarankan bapak dirujuk kerumah sakit Propinsi yang lebih
baik. Wanita yang dilanda sedih itu mengangguk. Dari wajahnya dr. Mawar melihat
wanita itu tidak ingin suaminya koma untuk selama-lamanya. Maka pagi itu pak.
Burhan yang sudah tak berdaya langsung dibawa kerumah sakit swasta di ibu kota
Propinsi.
Pagi itu setelah jadwal jaga dr. Mawar selesai segera pulang kerumah, tetapi
sepanjang perjalanan pasien yang sempat dirawat beberapa jam sepanjang malam
itu membuatnya dihinggapi rasa penasaran. Maklum orang itu pejabat penting di
Kabupaten.
Dan Pejabat itu tidak asing lagi bagi dr. Mawar. Pejabat ini cukup
dikenal, dihormati bahkan disegani lapisan masyarakat. Setelah tiba dirumah
seperti biasa ia menceritakan kejadian di rumah sakit kepada ibunya ( Melati
bukan nama sebenarnya 42 thn ).
Apalagi jika dr.Mawar menerima pasien yang dikenal seperti tetangga
atau orang-orang penting di Kecamatan atau Kabupaten yang dikenal oleh dr.
Mawar. Maka setelah ganti baju dr. Mawar duduk dimeja makan bersama sang ibu.
“ Bu semalam Pak Burhan masuk UGD dan kebetulan aku yang merawatnya.
Tetapi keadaannya sungguh menyedihkan!” tutur dr. Mawar sambil mengambil piring
dimeja makan untuk sarapan pagi.
“ Apa Pak Burhan Masuk rumah sakit ?”. Tanya ibu Melati nyaris tidak
percaya ibu Melati terperajat kaget elihat cerita anaknya tentang keadaan Pak
Burhan. “ Ya Bu bahkan Pak Burhan juga terkena stroke dan koma “ tak sadarkan
diri hingga subuh tadi, dan aku sarankan kepada istrinya untuk membawa ke rumah
sakit swasta di propinsi.
“ Padahal sebulan yang lalu ibu bertemu dengan beliau. Ibu dipanggil
kekantor Dinas beliau, dan ibu lihat waktu itu tampak sehat dan tak kurang satu
apapun.
Kini justru ganti dr. Mawar yang kaget. Lantaran ibunya tidak pernah
cerita kalau ibunya pernah dipangil oleh Pak Burhan di kantornya.
“Ada urusan apa ibu dipanggil kekantor dinas Bu?”.
“ Saya dipanggil ke kantor Dinas Pak Burhan karena saya membangkang
tidak mau menyediakan uang kenaikan jabatan Kepala Sekolah yang harus ibu
penuhi kepada beliau.
Makanya Pak Burhan kemudian memanggil ibu kekantor Dinasnya. Tetapi ibu
tak mau menyerahkan uang sebagai persayaratan khusus yang ditentukan oleh Pak.
Burhan itu sebagai persyaratan agar saya naik jabatan sebagai Kepala Sekolah.
Karena bagaimanapun bagi ibu, orang yang menyuap dan orang yang disuap
sama-sama dosa ……sama-sama dilaknat Allah ! ”.
Mendengar cerita dari ibunya dr. Mawarseperti tak percaya. Seketika itu
dr. Mawar diam. Ia nyaris ragu dengan apa yang diceritakan ibunya.
Tetapi ia tak bisa menepis apa yang diceritakan ibunya itu bisa
sepenuhnya benar. Apa lagi melihat perjalanan karier ibunya bertahun-tahun
sebagai seorang guru senior ia tidak
memungkiri bahwa ibunya masih sebagai guru dan belum mendapatkan kenaikan
jabatan sebagai Kepala Sekolah.
Padahal guru-guru lain seusia dengan ibu bisa dikatakan
sebagian besar sudah menjadi Kepala Sekolah. Nyaris tak ada orang atau penduduk
di kota kelahiran dr. Mawar yang tak kenal Pak Burhan. Maklum Pak. Burhan itu
tergolong Pejabat Penting di Kabupaten.
Dengan jabatan itu Pak.
Burhan dapat membangun rumah mewah dan mentereng. Tidak salah, jika rumahnya
tergolong paling bagus diantara tetangganya yang lain. Dengan jabatan itu Pak
Burhan dianggap sebagai salah satu orang yang terhormat di Kabupaten.
Orang-orang sama segan dan menaruh hormat. Selain itu nyaris tak ada
kabar miring tentang Pak Burhan ditengah masyarakat. Ia memiliki istri cantik
dan dikaruniai 3 orang anak yang bisa dikatakan kelak kemudian hari akan
mengangkat derajat keluarganya.
Maklum, tidak ada anak-anak Pak Burhan yang tidak sekolah sampai
pendidikan tinggi bukti itu jelas-jelas menandakan bahwa Pak Burhan sukses
mendidik anak-anaknya.
Sementara itu ditengah-tengah masyarakat tempat tinggalnya,Pak Burhan tidak
tergolong orang yang kurang bersosialisasi. Ia mudah bergaul dan berpendidikan
tinggi dan bisa berkomunikasi dengan semua orang dari kalangan manapun.
Pantas jika reputasi Pak
Burhan dihormati dan disegani banyak orang. Tapi apakah kemuliaan dan
kehormatan orang itu hanya ditentukan pandangan sekilas yang dilihat orang dari
permukaan ?....
Tentu saja tidak, seseorang
bisa jadi terhormat dimata orangtetapi belum tentu dia terhormat dimata Allah.
Apalagi, jika ia menyalahgunakan kekuasaan dengan cara korupsi !. Padahal,
dalam sebuah hadist disebutkan, Rasulallah s.a.w melaknat orang yang member
suap, menerima suap dan pernatara suap. (HR. Ahmad)
Dua bulan kemudian dr. Mawar
mendengar kabar bahwa pejabat yang pernah meminta syarat khusus pada ibunya
jika ingin naik jabatan itu meninggal dunia di rumah sakit swasta di ibu kota
Propinsi.
Selama 2 bulan itu, Pejabat
yang mungkin bisa dikatan rakus itu tetap tidak sadarkan diri dan terkapar tak
berdaya diatas ranjang rumah sakit, meski dia dirawat oleh dr. Handal dan
perawat yang telaten.
Peralatan medis yang canggih,
obat yang mahal, dan perawatan yang ekstra hati-hati dirumah sakit terkenal itu
ternyata tak mampu menyelamatkan pejabat rakus itu sadar dari koma.
Uang ratusan juta rupiah
telah dihabiskan untuk membiyayai pengobatan dirumah sakit swasta itu, tetapi pejabat
rakus itu tidak kunjung bangun bahkan, setelah terkapar tidak berdaya selam dua
bulan, dia menghebuskan nafas terakhir dengan teragis.
Mungkinkah uang ratusan juta
itu sebagian besarnya uang haram yang pernah dikumpulkan dulu melalui jalan
korupsi dengan cara mensyaratkan guru yang ingin naik jabatan harus setor
setumpuk uang padanya ?
Wallahu
‘alam Bhisawab
DIKUTIP dari Majalah Hidayah