Blog Konten Islam: PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK
Showing posts with label PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK. Show all posts
Showing posts with label PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK. Show all posts

Thursday 26 July 2018

RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK

AFI’BIN KHUDAIJ,   PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"




RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK 


“Wahai Rasulullah, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan ujungnya, dan bersaksilah padaku kelak di hari kiamat bahwa aku syahid ”.

Hidup dengan rasa sakit adlah hal yang sudah biasa bagi seorang haba yang shaleh. Ini pula yang dialami oleh remaja yang satu ini. Sejak remaja hinggakematian merenggutnya, a hidup dengan sisa ujung panah didadanya. Ia erasakan sakit , tentu saja. Tetapi ia berusaha melawannya dan menikmatinya. Hingga ia tumbuh menjadi seorang ulama dan mufti besar di zamanya.


Namanya adalah Rafi’ bin Khudaij. Ayahnya bernama Khudaij dan ibunya bernama Haliah. Saat endengar Nabi saw, akan datang ke adinah untuk Hijrah , Rafi’ yang masih remaja saat itu begitu girangnya. Ia dan keluarganya sudah tahu bahwa Muhammad saw adalah seorang Nabi dan utusan Allah swt.


Ia bersama ribuan orangpun berkerumun menyabut kedatangan Nabi saw bersama Abu Bakar. Ia memanjati salah satu batang kurma yang tumbuh rapat dijalur masuk Yasrib dari arah selatan. Seluruh penduduk tumplek. Tua uda, pria wanita, bahkan anak-anak semua berdendang menyabut kedatangan Nabi saw dan sahabatnya itu.


Telah terbit bulan purnama
Dari celah bukit ketengah-tengah kita
Kita wajib bersyukur senantiasa
Selama penyeru Allah masih ada


Remaja Rafi’ berbaur dengan segenap warga Suku Aus. Semua bahagia dan mengucap selamat datang kepada sang Rasul tercinta.Begitupun dengan ayah dan ibunya. Mereka merasakan kebahagiaan yang menggetarkan seluruh penjuru Yasrib it. Lekas-lekas seluruh keluarga Khudaij menghadap Rasulullah saw dan berbaiat kepadanya untuk masuk islamdan siap membantu menyebarkan dakwah beliau.


Sejak hari itu, resmilah Rafi’ bin Khudaij menjadi salah satu murid di Madrasah Rasulullah saw. Tak lepas-lepasia dari beliau, rutin menghadiri majelis ilmu yang digelar beliau, mengikuti ceramah-ceramah beliau, merekam sikap dan perilaku beliau dalam berbagai situasi dan kesempatan.


IKUT BERPERANG

Suatu ketika di masjid Rasulullah saw para sahabat berkumpul. Ternyata mereka sedang bersiap-siap untuk melakukan suatu peperangan yang dahsyat bernama Perang Badar. Dengan gesit Rafi’ yang masih remaja menyelinap kecelah barisan kaum Muslimin yang tengah berkemas meluncur ke medan perang. Sayang begitu menawarkan diri kepada Nabi, ia tidak diperbolehkan. Usianya yang masih 12 tahun lebih belum memungkinkan untuk mengenal medan perang.


Tentu saja Rafi’menyayangkan penolakkan Nabi itu. “Kenapa aku tidak dilahirkan lebih awal”, batinnya penuh sesal. Ia tertunduk sedih, persis remaja-remaja sebaya yang bernasih serupa; ditolak ikut perang oleh Nabi. Tetapi tak mengapa, besok masih ada harapan.


Perang Badar usai dan kaum Muslimin meraih kemenangan yang gemilang. Padahal saat itu jumlahnya hanay 1/3 dari jumlah orang-orang kafir Quraisy. Namun, atas izin Allah, pasukan kafir dibuat kocar-kacir.


Merekapun melakukan pembalasan untuk melakukan perang ulang yang kemudian dikenal dengan perang Uhud. Kali ini Rafi’ tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia kembali menawarkan diri kepada Nabi saw untuk menjadi salah satu prajurit perang, dan dibolehkan. Tak kepalang bahagai Rafi’ karena mimpi yang lama dinanti ini mewujud jadi kenyataan. Dan inilah medan pertama baginya berjihad di jalan Allah swt.


Di medan ini, Rafi’ benar-benar teruji, ia tegar membentengi Rasulullah saw tatkala pasukan penjaga mulai meninggalkan posisi mereka. Ia bertempur dengan gagah berani, berusaha sekeras mungkin untuk memetikkan kemenangan bagi islam dan kaum Muslimin.


Di tengah-tengah Herisme Rafi’ , tiba-tiba sebuah panah melesat kencang dan mengenai dadanya. Namun ia terus bertempur tak dirasakan sakitnya. Ia tak peduli dengan anak panah yang menancap di dadanya dan darah yang keluar tersu-menerus dari dadanya itu. Ketika perang usai , barulah Rafi’ merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.


Ia pun kemudian mendekati Nabi yang juga terluka dengan kondisi anak panah yang masih menancap didadanya. Sambil memegang anak panah yang menancap itu Rafi’ berkata, “Wahai Rasulullah saw tolong cabutkan anak panah ini dariku”.


Dengan penuh cinta, salut dan respek pada kepahlawanan Rafi’ Rasulullah saw bersabda, “Wahai Rafi’ apakah akan kucabut anak panah itu hingga ke ujungnya, ataukah kucabut anak panahnya saja dan kubiarkan ujungnya sehingga kelak di hari Kiamat Aku akan bersaksi bahwa engkau syahid..!”.


“Wahai Rasulullah saw, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan ujungnya , dan bersaksilah kepadaku kelak di hari Kiamat bahwa aku syahid”, jawab Rafi’ mantap.


Maka, dicabutlah oelh Rasulullah saw anak panah itu dari dada Rafi’ dan dibiarkan ujungnya. Demikianlah seterusnya aksi jihad kegagahan dan kepahlawanan Rafi’ ia tidak pernah absen dalam berbagai peperangan mulai dari perang Ahzab (Khandaq) hingga perang-perang selanjutnya seperti Perang Hudaibiyah, Pengepungan Khaibar, Penakhlukkan Mekkah, Pertempuran Hunain. Pengepungan Thaif dan peperangan serta peristiwa lain yang diterjuni langsung bersama Rasulullah saw.


Meski dadanya didera rasa sakit menyengat akibat ujung anak panah yang tertancap, Rafi’ tetap tampil sebagai pejihad yang gagah berani dan kesatria. Semua ia tanggung dengan kesabaran maksimal, demi untuk dirinya dipersaksikan sebagai syahid kelak di hari Kiamat.


Ia juga berusaha tetap menjadi salah satu pemuda di sekolah Rasulullah saw yang merekam apapun yang terjadi dan dilakukan oleh Beliau serta menyimak setiap butir materi yang diajarkan beliau.


Sejarah mencatat bahwa Rafi’ bin Khudaij termasuk salah satu mufti pada masa pemerintahan Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan bersama mufti-mufti besar lainnya seperti Abdullah bin Abbas , Hurairah, Abu Sa’id al Khudri, dan Salamah bin Akwa.


Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, tahun 74 hijrah, ia meninggal dunia. Rupanya luka didadanya akibat tusukkan anak panah pada perang Uhud  itu membusuk. Jiwanya pun tak tertolong lagi. Beliau meninggal pada usia 86 tahun. Jenazahnya disaksikan Abdullah bin Umar. Ketika mendengar perempuan-perempuan menangis , ia berkata, “Diamlah ia sudah sangat tua dan ia tak kuasa lagi menanggung siksa Allah.


Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat –Nya kepada rafi’ bin Khudaij pahlawan ,penyebar, ahli fikih, ulama yang mengetahui hakikat islam, sahabat yang dipersaksikan langsung oleh Nabi saw. Bahwa ia syahid.


Namun, satu hal yang tak terlupakan dari Rafi’ bahwa sejak remaja ia sudah inginmenjadi syahid di medan perang. Adakah remaja-remaja masa kini yang seperti Rafi’..?. Mungkin hanya satu diantara sekian banyak remaja-remaja kita yang bisa belajar dari keberanian , ketekadan, dan kesabaran yang luar biasa dari Rafi’ Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.


[Sumber; fathi Fauwzi Abd al-Mu’thi , sahabat Remaja Nabi ;Kisah Hidup Pemuda-pemuda Kader Rasulullah saw].

(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...