BERSAHAJA DENGAN
ZUHUD
Salah satu hiburan hati adalah melihat orang yang bersikap sederhana
dalam hidup. Hidupnya bersahaja. Mereka berada dalam kekurangan rezeki, tapi
menghindari sikap menghiba-hiba. Tidak berusaha menunjukkan kemiskinannya agar mendapat
simpatik manusia.
Sikap bersahaja juga ada pada mereka yang diberi kecukupan rizki , tapi
hidup dengan sederhana dan tidak berlebihan. Kita akan selalu menyukai dan
mencintai perihidup mulia ini. Sangat sesuai dengan hati, lebih sesuai lagi
dengan tuntunan Illahi.
Ke Dasbor >>>"Siraman Ruhani"
Ke Dasbor >>>"Siraman Ruhani"
Cobalah simak petikkan kisah berikut ini, lalu bagaimana hati kita
berdesir kagum dan menyukai. Tentang kesederhanaan Amirul Mukminin Sayyidina
Umar bin Khathab, saat mereka menjabat sebagai Khalifah, sekelas raja atau
presiden pada saat itu.
Adalah Hafs, sahabat sang Khalifah, menolak makan bersama beliau.
Ia mengkritik makanan khalifah yang
dilihatnya terlalu sederhana bagi sekelas raja. Ia menyarankan agar Umar
menaikkan selera menunya, lalu membandingkan makanan keluarganya saja jauh
lebih baik dari makanan Umar bin Khattab.
Umar menghargai nasehat kawannya itu.Lantas beliau berkata, “Kalau aku
mau, aku dapat menikmati makanan terbaik dan makan terindah. Tetapi tidak, aku
ingin menyisakan kesenanganku di hari akhir. Cukup ini saja bagiku, sudah
sangat baik bagiku “. (dikisahkan dalam kitab Hayat AL-Shahabah).
Baca Juga >>> "MELURUSKAN MAKNA ZUHUD"
Baca Juga >>> "MELURUSKAN MAKNA ZUHUD"
Maa SyaaAllah, diaduk-aduk rasanya hati kita oleh kemuliaan sikap
Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Tidakkah kita ingin memilikikeagungan akhlaq
seperti beliau..?. Kita tidak ingin kesenangan-kesenangan itu kita ambil semua
di dunia, lalu di akhirat mendapati diri kita sebagai seorang yang kehabisan
bekal. Belum lagi kita akan ditanya tentang nikmat-nikmat yang menyenangkan
itu.
“Kemudian kamu akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang
kamu megah-megahkan didunia itu) “. (QS. At-Takatsur:8). Maka pilihan yang
paling indah dan selamat dalam hidup adalah bersikap zuhud pada dunia.
Dengannya hidup kita lebih bersahaja. Lebih dekat dengan kehidupan Rasulullah
saw, para sahabat dan para wali Allah di sepanjang masa.
Kita memilih zuhud bukan karena keterpaksaan. Bukan karena putus asa terhadap
mimpi-mimpi kesuksesan.Bukan karena minder menghadapi kompetisi dunia. Bukan
pula terpaksa dengan berkata, “Mau bagaimana lagi, zuhud tidak zuhud saya tetap
miskin ‘. Bukan itu, karena kalau seperti itu, kelak kalau Allah bukakan pintu
kekayaan dia akan lupa dengan zuhudnya.
Sering terjadi para OKB (Orang Kaya Baru ), gayanya sering berlebihan
daripada mereka yang sudah “lelah” jadi orang mampu (orang Kaya). Kita
menjadikan zuhud sebagai prinsip hidup, karena kita tahu betul hakikat dunia.
Betapa kecil dan tidak bergunanya dunia dibandingkan dengan akhirat.
Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan
akhirat kecuali seperti salah seorang diantara kalian mencelupkan jarinya
kedalam laut. Maka lihatlah apa yang
mereka bawa dengan jarinya itu.(itulah dunia) “. (HR. Muslim).
Maka zuhud bukan untuk siap-siapa, tapi untuk kita. Zuhud lebih dari
sekedar tips menhemat pengeluaran. Zuhud bukan keputusan akibat kemiskinan,
sementara hati masih berangan-angan terhadap kekayaan. Kita butuh zuhud, agar
kita semakin lapang, agar Allah melihat kita dengan penuh kecintaan.
Agar kita tidak terhina dihadapan manusia lantaran wajah kita yang
tampak “kedunyan” ingat ulang pesan Nabi, “Zuhudlah terhadap dunia, niscahya
engkau dicintai Allah dan zhudlah terhadap apa yang dimilki manusia, niscahya
engkau akan dicintai manusia”. (HR. Ibnu Majah).
Diantara banyak pengertian Zuhud, ada satu pemahaman mendalam tentang
zuhud yang bisa kita jadikan prinsip hidup. Zuhud yang dijelaskan oleh Hasan
bin Ali Raadhiyallahu anhu, aatau dalam literature lain disampaikan oleh Abu
Muslim Al-Khaulani rahimahullah.
“Zuhud itu” kata Al-Hasan bin Ali, “bukanlah berarti mengharamkan yang
halal dan menyia-nyiakan harta, tetapi zuhud adalah engkau LEBIH MEYAKINI apa
yang ditangan Allah daripada apa yang ditanganmu, dan jika musibah menimpamu ,
maka pahala atas musibah itu lebih engkau sukai daripada musibah itu diangkat
darimu”.
Ibnu Qayyim mengatakan inilah pengertian terbaik dari zuhud. Dari
pengertian tersebut paling tidak ada 3 kaidah zuhud :
1. Tidak mengharmkan apa yang dihalalkan
Allah dengan menyia-nyiakan harta. Artinya, apabila sumber-sumber rizki itu
Allah alirkan kepadanya, ia menerimanya dengan sikap terbaik. Mengambil yang
memang haknya, dan mengeluarkan yang bukan haknya, sembari ia terus mengawasi
diri agar tidak berlebihan dalam menimati yang mubah (dobolehkan).
2. Meyakini apa yang ada ditangan Allah
daripada yang ada ditangannya. Maksudnya meyakini bahwa ketetapan dan kehendak
Allah lebih pasti berlaku pada setiap manusia.Dunia itu bisa diambil oleh Allah
dalam sekejap. Dia yakin bahwa dunia itu bisa kapan saja Allah cabut darinya,
semudah mencabut rumput yang tumbuh diatas pasir. Kalau Allah berkehendak
menimpakan sesuatu padanya , ia sadar bahwa harta, kedudukan dan dunianya tidak
akan bisa menghalangi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “apa yang disisimu
akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah akan kekal “. (QS. An-Nahl :96).
Baca Juga >>> "ZUHUD MENDUDUKKAN DUNIA SEBAGAI HAMBA"
Baca Juga >>> "ZUHUD MENDUDUKKAN DUNIA SEBAGAI HAMBA"
3. Jika mendapat musibah atau ujian, ia
lebih menyukai pahala yang dijanjikan atas ujian tersebut daripada musibah itu
cepat-cepat diangkat darinya. Memang ia suka kalau ujian itu diangkat darinya.
Tapi ialebih suka andai ia bisa meraih pahala kesabaran atas ujian tersebut.
Sehingga berharap pahala ujian itu mengalir untuknya terus menerus selama ujian
itu belum diangkat oleh Allah swt. Karenanya dia tidak tergesa-gesa menuntut
Allah swt agar segera mengangkat ujiannya. Ia tenang dalam kesempitan dunia
yang ia hadapi.
Dalam lanjutan surat An-Nahl 96 diatas,
Allah berfirman “…Dan sesungguhnya Kami akan member balsan kepada orang-orang
yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang telah mereka
kerjakan “. Dari sinilah kita tahu, bahwa ujian dan musibah tidak selalu
mengundang kesedihan. Sebagaimana kebahagiaan tidak identik dengan kelapangan
dan terpenuhinya semuakeinginan-keinginan.
Orang-orang yang menekuni zuhud pada
dunia sangat mengerti hakikat ini. Inilah keadaan seseorang apabila zuhud telah
merasukkedalam jiwanya.Manisnya zuhud telah tercapai kedalam hatinya. Tidak
heran mereka tampil menjadi sosok bersahaja. Dicintai Allah swt, disukai
malaikat-malaikat penghuni langit dan dan disukai manusia-manusia di dunia. Mari kita bersama-sama belajar dan semoga bisa menjadi
orang yang zuhud pada dunia amiiin.
Lanjut Ke>>>"MELURUSKAN MAKNA ZUHUD"
Wallahu a’lam Bis-shawab
Lanjut Ke>>>"MELURUSKAN MAKNA ZUHUD"
Wallahu a’lam Bis-shawab