Dasbor "Rahasia Illahi 2"
SHOLAT SUBUH
“
Saat Haji Ahmad bilang mau pulang itu, aku baru sadar bahwa itu sebagai tanda
bahwa beliau mau pulang ke Ramatullah untuk selama-lamanya “.
Siang itu pagi
cukup cerah. Hambali (45 Thn) mendatangi rumah haji Ahmad (55 Thn) dengan
menggenggam setangkup harapan. Sepanjang perjalanan, hati Hambali berbinar. Dia
membayangkan anaknya tersenyum karena dia pulang membawa sepatu. Beberapa hari
yang lalu H. Ahmad berjanji akan membelikannya sepasang sepatu.
Tiba dirumah Haji Ahmad , Hambali tidak merasa ada firasat apapu. Dia
memandang sekeliling. Sepi, dia mengetuk pintu; mengucapkan salam. Satu menit
berlalu lima menit terlewati.
Hati hambali bimbang. Tak mungkin dia pulang tanpa membawa sepatu.
Untung sepuluh menit kemudian dia mendengar suara salam dari dalam rumah,
langkah seorang berjalan kearah pintu. Tapi Tapi saat pintu terbuka , Hambali
sedikit terperanjat. Sebab yang membuka pintu kali ini Hj Aisyah (50 Thn) bukan
Haji Ahmad.
Baca Juga "Wasiat Terakhir Nabi Yakub"
Baca Juga "Meniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure Sederhana"
Baca Juga "Wasiat Terakhir Nabi Yakub"
Baca Juga "Meniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure Sederhana"
“Haji Ahmad ada bu..?” tanya Hambali
Hj Aisyah mempersilahkan Hambali duduk diteras rumah Hj Aisyah tak
menjawab sepatah kata pun.
Dalam hati Hambali bertanya-tanya kenapa Haji Ahmadtak menyambutnya.
Padahal saat dikunjungi ke rumah Haji Ahmad selalu dia yang menyambutnya.
Hambali merasa ada sesuatu yang ganjil. Dia kembali bertanya ,”Maaf Bu ….Haji
Ahmad ada..?”
Dia kembali tak mendapat jawaban. Kali ini mlaj Hj Aisyah menitikkan
air mata. Hambali kian bingung Air mata Hj Aisyah kian mengucur deras” Haji
Ahmad telah tiada, Pak beliau telah dipanggil yang Maha Kuasa”.
Hambali termanggu. Satu minggu yang lalu, Hambali masih bertemu H.
Ahmad. Tetapi lelaki itu telah tiada Hambali mengucapkan rasa bela sungkawa.
Sehari setelah berjanji akan membelikan sepatu buat anak Hambali, H Ahmad sakit. Penyakit paru-paru
H. Ahmad kambuh, Hj Aisyah membawanya kerumah sakit. Dokter memutuskan H. Ahmad
menginap dirumah sakit. Sehari menginap kesehatan H. Ahmad membaik.
“Bu, aku mau pulang dari rumah sakit “, ujar . Ahmad membuka
pembicaraan kepada Hj Aisyah saat fajar.
“Bapak kan masih sakit. Jadi perlu dirawat beberapa hari lagi”.
“Aku ada janji dengan baka Hambali aku telah berjanji akan membelikan
sepatu baru buat anaknya”.
“Sudahlah Pak…! Pikirkan dulu kesehatan bapak. Bapak harus dirawat dulu
beberapa hari lagi dirumah sakit. Soal janji itu biar nanti saya urus jika
pulang kerumah”.
“Tapi aku mesti pulang..”
“Ya nanti saya konsultasikan dokter. Semoga dokter segera mengizinkan
bapak pulang kerumah”, jawab Hj Aisyah memberikan harapan. Adzan subuh
berkumandang. Adzan itu yang kemudian menhentikan pembicaraan sepasang suami
istri tersebut.H. Ahmadi mengajak Hj Aisyah menunaikan sholat subuh berjamaah
di mushlla rumah sakit. Hj aisyah membantu H. Ahmad berdiri lalu menggandeng
tangan H. Ahmad kearah mushalla rumah sakit. Tapi saat tiba di mushalla tak ada
satupun jamaah. Subuh itu mushalla sepi hanya ada H.Ahmad dan Hj Aisyah.
Setelah keduanya mengambil air wudhu, dank arena tidak ada satu jamaah
pun H. Ahmad dan Hj Aisyah sholat jamaah tanpa jamaah lain. Takbiratul ikhram
dimulai tanpa ada jamaah lain yang datang. Hingga akhir sholat subuh yang
ditunaikan H. Ahmad dan Hj Aisyah rampung. Selesai sholat subuh , H.Ahmad
rebahan. Hj Aisyah masih berdzikir kemudian memanjatkan doa.
Tapi saat Hj Aisayh selesai bedoa, lantas membangunkan suaminya H.
Ahmad tak bergeming; terlihat nyenyak tidur dalam keadaan terlentang dengan
tangan bersedekap, tangan kanan diatas tangan kiri persis seperti orang
sholat. Berkali-kali sang istri
mengguncang tubuh H. Ahmad. Tapi tetap saja H. Ahmad tak membuka mata, apalagi
bangun karena memang sudah dipanggil oleh sang Maha Pencipta. Hj Aisyah merasa
ada sesuatu yang telah terjadi. Ia memeriksa pergelangan tangan dan nafas H.
Ahmad.
Ia pun sadar, H. Ahmad telah tiada. Hj Aisyah berteriak minta tolong.
Beberapa orang lalu berdatangan termasuk perawat yang bertugas jaga Hj. Aisyah
terkulai lemas setelah mendapatkan kepastian bahwa H. Ahmad suaminya telah
tiada. Lelaki baik dan penuh kesabaran yang telah menikahinya selama 30 tahun
itu kini telah meninggal.
Dimata orang H. Ahmad sosok lelaki yang dikenal baik dan sabartaat
dalam menjalankan agama. Begitu juga dimata Hambali. Dimatanya H. Ahmad adalah
lelakikharismatik yang selalu ringan tangan membantu keperluan orang lain.
Termasuk dirinya. Anak-anak bisa sekolah berkat bantuan H. Ahmad.
H. Ahmad dikenal sebagai guru Bahasa Inggris dislah satu sekolah Islam.
Selain itu, H. Ahmad juga dikenal sebagai pencerah yang kharsimatik. Meski H.
Ahmad memiliki postur tubuh yang kecil tetapi ramah dan gamapang bergaul dan
cukup pintar, tidak memiliki ambisi jabatan. Itulah yang membuat orang menaruh
hormat.
Haji Ahmad lahir ditengah keluarga terpandang dan memang kaya. Tetapi
ia tetap menjalani hidup sederhana jika dibandingkan dengan saudara-saudara
atau family H. Ahmad yang lain. Tak sedikt saudara-saudara family H. Ahmad yang
hidup dilimpahi kekayaan memiliki mobil dan rumah mewah. Hai Ahmad memang
tergolong diurutan yang bawah. Maklum sebagian saudara-saudara atau family haji
Ahmad terjun disunia bisnis dan menjadi pengusaha.
Sekalipun berad diurutan bawah, Hai Ahmad tidak bisa dibilang
kekurangan. Selain sebagai guru Bahasa Inggris , Haji Ahmad dikenal juga
sebagai mubaligh Haji Ahmad sering diundang mengisi ceramah dibeberapakota
hingga diundang ke manca Negara.
Sebenarnya, Haji Ahmad cukup mumpuni untuk menjadi seorang Kepala
Sekolah. Tetapi dia tidak mau memanggu jabatan itu. Padahal, disekolah tempat
Hai Ahmad mengajar itu adalah sekolah milik Yayasan keluarga Haji Ahmad. Tapi
dia lebih memilih jadi pengajar dan guru bahasa Inggris. Pilihan itu karena
Haji Ahmad merasa tak mudah untuk menjadi pemimpin seperti Kepala Sekolah .
Dia tak haus jabatan selain dikenal sebagai seorang guru Bahasa Inggris dan juga penceramah Haji
Ahmad dikenal pula sebagai seorang pembimbing. Wajar jika dia sering menunaikan
ibadah Haji ke Tanah Suci karena dipercaya sebagai pembimbing Haji.
Jika menolong orang Haji Ahmad kerap tidak setengah hati. Dia tahu arti
berbagi dan dengan cara itu dia merasa bahagia. Apalagi selama kurang lebih
tiga puluh tahun dia menikah , Allah belum mengkaruniai seorang anak. Akhirnya
Haji Ahmad pun suka menjadiorang tua asuh ; memberi bantuan biaya sekolah
kepada beberapa orang tua yang tidak mampu dan salah satu dari mereka itu
adalah Hambali.
Dedikasi itulahyang memutuskan yayasan kemudian mempercayakan santunan
anak yatim dan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dipundak Haji Ahmad.
Saat Haji Ahmad masih hidup, ada sekitar dua puluh anak Yatim dan kurang mampu
yang mendapatkan uluran tangan yayasan yang diurus oleh haji Ahmad.
Kepergian Haji Ahmad yang tiba-tiba itu membuat Hambali termenung.Baru seminggu
yang lalu bertemu kini sudah dipanggil Allah – pergi untuk sleamanya. Bayangan
sepatu baru yang sempat dijanjikan Haji Ahmad pun buyar. Dalam pikiran Hambali
apa yang nanti akan diceritakan kepada anaknya jika nanti ia pulang dengan
tangan kosong – tak membawa sepatu baru ..?. Padahal, sebelum berangkat Hambali
sudah berserita kepada anaknya nanti pulang dari rumah haji Ahmad dia membawa
sepatu baru. Sepatu pemberian dari haji Ahmad.
Seteleah bercerita tentang kepergia Haji Ahmad yang tiba-tiba dan tidak
terdugaitu, Hj Aisyah menghapus air mata yang tadi tumpah, menetes deras dan
membasahi pipi. Seolah-olah setelah dia bercerita itu beban hidup Hj aisyah
berkurang. “Saat Haji Ahmad bilang mau pulang itu aku baru sadar bahwa itu ,
sebagai tanda bahwa dim au pulang ke Rahmatullah untuk selama-lamanya. Waktu
itu saya ternyata tidak tahu”, ujar Hj Aisyah.
Hambali mengangguk.
Tak enak lama-lama dirumah Haji Ahmad, padahal Hj Aisyah lagi
berkabung, Hambali memutuskan segera pulang. Tapi belum sempat dia pamit Hj
Aisyah bicara seraya menyerahkan bungkusan plastic yang didalamnya berisi
kardus . “Ini ada amanat dari almarhum untuk bapak”.
“Amanat apa bu, Bu…? Tanya Hambali.
“Sebelum meninggal, Bapak berbpesan dan menitipkan amanat tolong
anaknya Pak Hambali dibelikan sepatu.Dan ini adalah sepatu yang dititipkan oleh
Pak Haji Ahmad kepada Bapak”.
Hambali menerima bingkisan plastik berisi sepatu yang diserahkan Hj
Aisyah dengan tangan gemetar. Haji Ahmad yang sudah pergi ternyata masih
meninggalkan rejeki dan kebahgian bagi orang yang masih hidup yaitu sepatu baru
buat anak Hambali.
“Karena saya tidak tahu ukuran sepatu anak bapak, maka saya membeli
sepatu dengan ukuran sembarangan. JIka nanti sepatu ini tidak cukup buat anak
bapak dalam amplop ini ada uang yang bisa bapak belikan sepatu baru yang pas
buat anak bapak lanjut Hj Aisyah.
Hambali takhenti-hentinya bersyukur. Dia bersyukur, pulang bisa membawa
sepatubaru buat anaknya. Selain itu, dia bersyukur ternyata janji Haji Ahmad terbayar
melalui tangan Hj Aisyah.
Ikhtibar diatas sosok figure seorang yang dermawan dan bersyukur kepada
Allah meskipun dia tidak diberikan amanah oleh Allah swt seorang anak tetapi
dia masih bisa berbuat baik selaykanya orang tua dengan membantu kebutuhan
sekolah anak-anak yang kurang mampu. Sediktpun kebaikan yang pernah kita tanam
jangan khawatir pasti Allah akan membalasnya dan bahkan akan menemui
kebaikan-kebaikan yang baru di masa mendatang.