SETELAH ERA KENABIAN
KEMANAKAH JIBRIL ?
Tugas Malaikat Jibril adalah menyamapaikan wahyu kepada nabi Muhammad.Setelah beliau wafat,
apakah tugas Jibril selesai ?
Dalam perspektif teologis, Jibriladalah “ Tukang Pos “
yang mengantarkan ”Surat Tuhan “ (Wahyu)
Kepada Nabi dan Rasul, “Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) kedalam
hatimu ( Muhammad ) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang
member peringatan “ ( QS. Asy-Syu-araa;192-194 )
Kenapa melalui hati ? menurut ‘Allamah Thabathabai agar tidakada intervensi dari alat indra. Oleh karena
itu, Nabi Muhammad saw menyaksikan langsung Malaikat dan mendengar wahyu tanpa
harus menggunakan panca indranya.
Karena kalau wahyu itu bisa dilihat dengan mata kepala
dan didengar dengan telinga biasa, maka orang-orang yang hadir ketika wahyu itu
turun akan menyaksikan dan mendengarkan pula suara Malaikat Jibril as. Padahal
tidak demikian adanya
Jadi dalam konteks pewahyuan al-Quran, peran dan posisi Jibril sangat
vital. Ibarat kata sebagai “ Tukang Pos” nya Tuhan. Jibril memiliki peran vital
terhadap sampai atau tidaknya “surat” yang dikirimkan tersebut.
Pertanyaannya kemudian, ketika “ surat”(wahyu) itu telah sampai
(semuanya), apakah tugas Jibril sebagai “tukang Pos” (Malaikat) juga ikut
berakhir..?
Inilah sebuah pertanyaan sederhana, tapi banyak menggelayut dalam pikiran
orang awam seperti kita. Sebab, tidak sedikit orang berpendapat bahwa saat era
kenabian dan kerasulan berakhir, maka saat itulah Jibriltelah pension.
Tidak ada tugas baru yang dilakukan Malaikat itu. Pendapat ini dibantah
oleh kalangan yang lain. Mereka beranggapan bahwa meski wahyu Allah itu telah
sampai ke Nabi dan Rasul.
Namun ada wahyu-wahyu lain yang harus dikirim malaikat
meski bentuk “wahyu “itu berbeda. Dalam konteks inilah “wahyu-wahyu” yang lain
itu disebut ilham. Ya, Jibril mengirimkannya pulake orang lain, seperti ulama,
kyai, ustadz dan orang-orang pilihan lain.
Maka muncullah istilah orang itu mendapat karamah, ma’unah, ilmu laduni,
dan sebagainya. Pendapat inilah yang sebagian besar dianut oleh para ulama’. Singkatnya,
selama kebaikan masih bercokol dimuka bumi , maka selama itu pula Jibril-sering
disebut juga Ruh al-Amin dan Ruh Al-Qudus, masih melakukan tugasnya dengan
sangat baik.
Ia kerap kali mewartakan atau mengirim hal-hal yang positif kepada umat
manusia, sebagai bagian dari rasa kasih sayang Allah kepada hamba Nya. Allah
tetap memakai “ wakil Langit “ untuk menyampaikan “pesan-pesannya” kepada
bangsa manusia- meski kalaupun sendiri melakukannya Allah pasti Maha Bisa.
Menurut Emha Ainun Nadjib, membicarakan
masalah Jibril sudah pension atau tidak sebenarnya hal yang samar tak ada
kerangka metodologi penelitian model manapun yang bisa menyentuhnya tak
tersedia kredebilitas keilmuan manusia apapun yang mungkin menerobosnya.
Apalagi ilmu-ilmu social hanya pernah kenal Tuhan sebagai benda abstrak
sebagai kemungkinan obyek yang sungguh asing sifatnya sebab segala teori
menjadi lawakan tatkala mendekati-Nya.
Namun, menurutnya Jibril tetaplah bekerja alias tidak
pensiunmeski era kenabian dan kerasulan telah berakhir. Dikatakannya, maksud
wahyu berakhir pada sosok Muhammad adalah jatah ilmu pengetahuan dasar yang
diberikan Allah kepada manusia.
Sebagai prestasi akal, ilmu dan teknologi dahsyat yang dicapai manusia
sesudahnya, telah terdapat benih-benihnya dalam al-Quran. Allah tidak mengkursusi
kita bagaimana membuat rantai, pedal , tetapi kualitas fenomena kendaraan
sepeda telah ditunjukkan – Nya.
Apapun yang kelak digapai oleh kecerdasan manusia, tak melebihi kapasitas
kemungkinan yang telah dinurkan oleh wahyu yang berpuncak di Muhammad. “ Jibril
sangat karib denga kita , baik saat tidur maupun terjaga”, tulis Emha dalam
bukunya “ Tidak Jibril tidak Pensiun “.
Jauh sebelum Emha berpendapat demikian, Imam al-Suyuthi pernah membincangkan hal ini dalam kitabnya, Al-Hawi
li al Fatawa. Menurutnya Malaikat Jibril masih tetap eksis turun ke
bumi. Dalam kitab itu ia mencantumkan sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al- Khabir dari Maimunah
binti sa’ad, dia berkata, “ Wahai Rasulullah seseorang tidur dalam keadaan
junub ?
Nabi menjawab ; “ Aku tidak suka jika (orang yang Junub )tidur sebelum
mengambil air wudhu “, Aku khawatir ia lantas mati (dalam keadaan berhadats),
sehingga tidak dihadiri oleh Malaikat Jibril.
Menurut al-Suyuthi hadits ini secara tersurat menjelaskan bahwa
Malaikat Jibril atai Gabriel (dalam bahasa inggris) selalu turun ke bumi untuk
menghadiri setiap orang mukmin yang mati. Dalam keadaan suci dari hadats.
Pada masa Nabi, Maliakat Jibril kerapkali turun ke bumi
dan menampakkan wajahnya dalam sosok Dihyah
bin Khalifah al-Kalbi. Selain itu
al-Suyuthi juga menampilkan sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hamand dalam al-Fitan , dan
al-Thabrani dari Ibnu Mas’ud, bahwa ketika Nabi Muhammad saw menyebutkan ciri-ciri Dajjal
Ia bersabda , “ Lalu Dajjal melewati Mekah, ternyata disana dia bertemu dengan
makhluk sangat besar, maka dia bertanya ; Siapa kamu ?
Makhluk tersebut menjawab ;” Aku adalah Mikail, Allah menutusku untuk menjaga tanah haram ini “ Kemudian
Dajjal meneruskan perjalanannya menuju ke Madinah, disana dia juag bertemu
makhluk yang sangat besar dan dia bertanya ; Siapa kamu ? Makhluk itu menjawab
;” Aku adalah Jibril diutus Allah
untuk menjaga tanah haram ini”.
Menurut al-Suyuthi,berdasarkan hadist ini semakin menjelaskan bahwa
malaikat Jibril – kendati Nabi sudah wafat –masih tetap eksisturun ke bumi pada
waktu-waktu tertentu. Hal itu ditunjukkan oleh al-Quran dalam surat Al-Qadr
menerangkan bahwa para malaikat termasuk Jibril,akan turun ke bumi pada malam
lailatul Qadr untuk memberkati umat manusia yang mendapatkan keberkahan malam
itu.
“ Turun malaikat-malaikat itu dan Ruh (Jibril) padanya dengan izin Tuhan
mereka, untuk mengatur segala urusan (QS. Al-Qadr ayat :4). Dari penjelasan ini
tampak bagi kita bahwa Jibril sama sekali tidak pensiun, meski eraNabi Muhammad
telah berakhir.
Berakhirnya era Nabi Muhammad hanyalah soal fisik semata, namun seluruh
ajaran-ajarannya masih berlaku sepanjang zaman hingga dunia ini runtuh. Selama
itu pula Jibril masih melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.
Untuk menyampaikan pesan-pesan positif dari Tuhan agar
ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para nabi dan Rasul tetap terjaga dimuka
bumi ini. Ketika menjelaskan ayat Al-Qadr diatas, Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahtidak menjelaskan lebih
mendalam.
Ia hanya mengatakan kita tidakperlu menyelidiki bagaimana cara dan
rahasianya para malaikat dan Jibril itu turun. Cukuplah kita beriman saja yang
dapat diketahui oleh manusia tentang rahsia alam ini hanya sedikit sekali
sebagaimana yang diterangkan dalam firan-Nya QS. Al –Isra’ (17);85.
Namun mengutip Rasyid Ridha
dalam tafsir al-Manar, Quraish Shihab menulis bahwa malaikat turun ke bumi
dalam rangka memberikan kebaikan kepada manusia. Artinya, ketika seseorang itu
mendapatkan malam lailatul Qadr pada saat itu, maka ia akan selalu terdorong
untuk melakukan kebajikan.
Dengan kata lain kebaikan atau kebajikan adalah malaikat. Singkat kata
selama adakebaikan dalam diri seseorang maka selama itu pula Jibril selalu
melakukan tugasnya dengan baik.
Dengan segelintir pendapat tentang tugas Jibril pasca era kenabian dan
kerasulan. Dari beberapa pendapat diatas nampak bahwa Jibril tetap melakukan
tugasnya untuk menyampaikan pesan-pesan positif Tuhan meski era kenabian dan
kerasulan telah berakhir.
Kesimpulan ini mematahkan sebagian pendapat yang mengatakan bahwa Jibril
telah pensiun. Wallahu a’lam bil shawab!
Dikutip dari PELBAGAI sumber
Wallahu
‘alam Bhisawab