RAHASIA ANGGARAN KEUANGAN MUSLIM
MERUJUK AL-QURAN & HADITS
“Anggaran keuangan yang sehat sejatinya
terletak pada seberapa selektif kita memilah dan memilih pengeluaran.
Disinilah, seorang muslim bisa memenhi aneka kebutuhan dan keinginannya ; tidak
hanya bagi kepentinga material, api juga kepentingan spiritual. .“”
Tersebutlah Paka Dodi, lelaki paruh baya yang hidupnya kembang kempis. Ekonominya morat-marit, dunianya serba sempit.
Betapa tidak ..?. Ia yang masih aktif bekerja harus gali lubang tutup lubang
untuk memenuhi segala kebutuhan hidup keluarganya : seorang istri dan ketiga
anaknya yang beranjak dewasa.
Apakah gajinya kecil..? Tidak juga. Sebagai seorang manager disebuah
perusahaan swasta, penghasilannya 10 jt rupiah. Hmmm jumlah penghasilan yang
lebih dari cukup.
Tapi anehnya hampir setiap bulan ia selalu kredit ke kantor.
Macam-macam saja kebutuhannya. Begini,begitu dan lain-lain.
Usut punya usut ternyata, semua berpulang pada tiga soal :
Pertama :
Perencanaan keuangan yang tidak tertata
Kedua : Gaya
hidup keluarga yang tidak sehat :
Ketiaga : Lupa
berzakat dan bersedekah
Pasalnya sang istri yang diharapkan bisa mengatur keuangan dengan baik
ternyata tidak bisa diandalkan istrinya selalu nafsu membeli barang-barang
mewah, entah pakaian, perhiasan, ataupun ponsel terbaru.
Sedangkan anaknya selalu merongrong dirinya untuk dibelikan
pernak-pernik yang mendukung pergaulan anak Jakarta. Maka jadilah, setiap bulan
sederet daftar hutang menampar-nampar hidupnya ; empat tagihan kartu kredit
mobil, tagihan kantor dan seterusnya.
Demikianlah secuil kisah Pak Dodi diatas sesungguhnya milik siapa saja.
Dan fenomina ini tidak terkait dengan seseorang yang berpenghasilan kecil atau
besar.
Sebab disisi lain juga ada orang yang berpenghasilan kecil ternyata
mampu memenuhi hidupnya dengan baik dan benar. Malah lebih dari itu ia
berencana menunaikan umrah bersama istrinya.
Untuk itulah, pada kesempatan
kali ini saya ingin menuliskan ihwal mengatur anggaran keuangan yang sehat dan
benar. Topik ini sebetulnya sebuah sangat berdampak serius jika kita tidak
memilah dan memilih mana kebutuhan yang harus disegerakan dan mana yang tidak
serta setidaknya bisa menyisihkan sedikit rejeki kita untuk sedekah.
MENGELOLA ANGGARAN
Dalam kondisi apapun, Jurus jitu terbaik mengelola anggaran adalah
mengelola pengeluaran. Seseorang yang kondisi keuangannya aman dan sehat
sejatinya memang membiasakan diri memilah dan memilih , bahkan mencatat begitu
detil pos-pos pengeluarannya.
Tak aneh bila para pakar keuangan semakin banyak menekankan poin ini
sebagai aspek terbaik untuk menyehatkan arus keluar masuk alias (cashflow)
keuangan seseorang atau sebuah keluarga.
Namun, sebagai muslim tentunya, kita memiliki renca cashflow yang khas
disbanding perencanaan keuangan pada umumnya. Hal ini mengingat rejeki yang
Allah limpahkan bukan sekedar pemenuh kehidupan duniawi saja tetapi juga alat
untuk beribadah kepada-Nya.
Bukankah dalam beberap firman-Nya , dia sering kali menyinggung seputar
ini. Lihat misalnya QS. At-Taubah 20 , QS. At-Taubah: 103 dan lain-lain.
Untuk itulah menurut saya hal-hal utama yang perlu dumasukkan List
Anggaran pengeluaran Anda adalah
sebagai berikut :
A. Zakat dan Sedekah
B. Membayar Hutang
C. Menabung
D. Kebutuhan sehari-hari
A. Zakat
dan Sedekah.
Para
perencana keuangan umumnya lebih menekankan pada pelunasan hutangsebagai
prioritas didalam anggaran keuangan. Namun, bagi penulis sebetulnya hal ini
poin kedua setelah alokasi zakat dikeluarkan.
Kenapa..?.
Pertama:
Zakat adalah pembersih harta
[Penghasilan] Anda. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya “Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka [QS.At-Taubah
: 103].
Karena
itu mulailah sisihkan 2,5% dari penghasilan Anda dari penghasilan Anda itu
untuk kepentingan ibadah ini. Hal ini sejatinya, karena segala rejeki (uang)
yang kita dapatkan itu bersumber dari kemurahan dan rahmat Allahswt.
Tanpa
izin-Nya kita tidak bisa mendapatkan penghasilan sedemikian rupa untuk memenuhi
hidup sehari-hari. Dan dalam rejeki yang dilimpahkan – Nya itu ada hak-hak kaum
dhuafa. Terlebih-lebih bila tindakan berzakat Anda ini diiringi banyak sedekah.
Kedua
: Zakat dan sedekah
itu dapat melipatgandakan rejeki (penghasilan) Anda. Allah berfirman : “Barang
siap yang mau member pinjaman kepada Allah akan pinjaman [menafkahkan hartanya
di jalan Allah], maka Alllah akan melipatgandakan pembayaran [pelunasan]
kepadanya berlipat ganda..” {QS.AL-Baqarah :245 }
Perlu
bukti..? Banyak kisah yang mengupas kesuksesan firman Allah ini. Tengok saja
kisah Ustadz Yusuf Mansyur yang terlepas dari lilitan hutang setelah
mempraktekkan sedekah sebagai solusi hidup. Setelah itu , ia berdakwah seputar
sedekah ini dan banyak orang yang membuktikan keajaibannya.
Teman
saya sendiri suatu kali baru niat saja mau bersedekah tiba-tiba sudah diberi
Allah jalan mendapatkan rejeki yang banyak. Karenanya, bagi mereka yang dililit
hutang, rejekinya serasa mampet, dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan
rejeki tidak ada salahnya mencoba berzakat dan bersedekah dengan niatan
menjalankan perintah Allah.
Pasrahkan
semua rejeki pada Allah swt. Biarkan saja Dia yang bekerja guna membuka
peluang-peluang rejeki yang tak terduga hingga Anda pun terlepas dari beban
hidup didunia ini sampai-sampai melalaikan perintah-Nya.
Hakekatnya
berzakat dan bersedakah sebenarnya salah satu cara untuk membuka pintu rejeki
kita. Hal ini artinya tindakan berzakat dan bersedekah itu tidak menunggu seseorang
harus kaya dulu justru orang yang berzakat dan bersedekah menunggu kaya bisa
dikatakan orang itu sebaliknya ingin menjadi miskin berkepanjangan.
Sebab
dimata Allah, mereka yang bertaqwa adalah :Orang – orang yang menafkahkan
[hartanya] , baik diwaktu lapang maupun sempit..” [QS.Ali-Imran :134]
B. Membayar
Hutang
Siapapun
tahu, bahwa hutang bukan hal baru dikehidupan kita didunia ini, hampir semua
orang hidup barang kali semua orang pasti pernah mengalaminya entah dalam
bentuknya.
Apalagi
dizaman sekarang yang bentuknya beragam dan modern ; kartu kredit, kredit tanpa
anggunandan lain-lainnya. Sejatinya tidak ada yang salah dalam berhutang selama
pembayaran sesuai dengan perjanjian dan kesepakatan kedua belah pihak.
Hutang
bisa menjadi masalh besar bilamana tindakan pelunasannya selalu diabaikan atau
ditunda-tunda. Hal ini dapat membuat langkah hidup seseorang menjadi sempit.
Kondisi
jiwa seseorang menjadi labil dan rawan stress bila ia mencoba-coba mengabaikan
pembayaran hutang sesuai perjanjian. Untuk, itulah, Setelah Anda memotong
penghasilan bersih Anda untuk zakat , sebaiknya alokasikan uang tersebut untuk
membayar hutang terlebih dahulu. Para pakar rencana keuangan, lazimnya,
menyarankan 30% dari gaji [penghasilan] Anda untuk melunasi hutang.
Jangan
pernah mencoba berhutang kembali bila hutang pertam itu belum selesai
ditunaikan.Karena jika tidak , sebuah “neraka” hutang akan meneror Anda.
Membuat
hidup Anda tidak tenang , dan ibadahpun, akhirnya terbengkalai. Cobalah menahan
diri dari gaya hidup konsumtif yang mengedapankan “keinginan” dari pada “kebutuhan”
.
Ingat-ingatlah
hutang itu bukan hal yang baik dalam posisi Anda sebagai muslim. Terkait
perkara ini, baik Allah swt , maupun Rasul-Nya menyarankan untuk menyegerakan
pembayaran. Sebab hutang adalah amanah yang harus ditunaikan.
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang lebih berhak menerimanya,
dan {menyuruh kamu} apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Pendengar lagi Maha Melihat [QS.An-Nisa : 58].
Sementara
Nabi Muhammad saw sendiri bersabda “Sekalipun aku memiliki emas sebesar gunung
Uhud Aku tidak senang jika tersisa lebih dari tiga hari, kecuali yang aku sisihkan
untuk pembayaran hutang “ [HR. Bukhari].
C. Menabung
Zakat suadah, melunasi hutang pun sudah, lalu
apalagi ..?. Menabung..? Ya mulailah menabung untuk masa depan Anda dan
keluarga Anda. Apapun bentukknya. Entah itu tabungan biasa, celengan, maupun
berbentuk asuransi dan lain-lainnya.
Sebab hidup yang penuh misteri ini seringkali
mendapatkan kejutan-kejutan yang tak terduga datngnya, yang membutuhkan biaya.
Seperti anak sakit, biaya pendidikan anak dan sebagainya. Nah untuk
berjaga-jaga hal tersebut yang datangnya tidak bisa kita prediksi itu menabung
kiranya dapat menjadi jadi solusinya.
Tabungan kalau bisa dijadikan sisihan rutin
atau pengeluaran rutin bulanan, besarnya tabungan ini kalau bisa 10% dari
pengahasilan bulanan kita toh kalau tidak bisa paling tidak harus bisa
menyisihkan berapapun jumlahnya anggap saja seperti tanggungan membayar hutang
orang lain jadi palaing tidak menstimulasi kita untuk bisa menabung dan
menyisihkannya.
Ihwal menabung ini Rasulullah saw bersabda
“Allah swt memberi Rahmat kepada seseorang yang berusaha dengan baik ,
membelanjakan secara sederhana , dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga
saat dia miskin dan membutuhkannya “. {HR.Bukhari dan Muslim}
D. Kebutuhan
Sehari-hari
Setelah
penghasilan Anda teralokasikan dengan baik pada beberapa pos diatas , maka hal
terkahir adalah pengeluaran untuk kebutuhan utama seperti makan sehari-hari,
transportasi kerja dan seterusnya.
Biasanya,
prosentase untuk pos yang satu ini sangat besar jumlahnya : kira-kira 50%. Hal
ini sungguh wajar , karena wilayah ini memang perkara prioritas dalam hidup
kita.
Dan
bila segenap kebutuhan sehari-hari ini sudah terpenuhi, sementara jatahnya
masih tersisa, tak ada salahnya menyenangkan diri sendiri untuk mengalokasikan
untuk dana hiburan seperti biaya hobi Anda, rekreasi, makan diluar dan
seabaginya.
Wallahu
‘alam Bhisawab
(Berbagai Sumber)