INSPIRASI
KEDERMAWANAN
ALI bin ABI THALIB
“Banyak kisah inspiratif yang bisa direguk dari riwayat kedermawanna ALI bin
ABI THALIB. Apa saja…??.
Suatu hari, Ali bin Abi Thalib pulang. Lalu, dia bertanya kepada Fatimah,
“Wahai wanita yang mulia, apakah kamu punya makanan untuk suamimu ini “.
Fatimah menjawab,”Demi Allah, aku tak mempunyai sesuatu (makanan
apapun) , tapi ini ada 6 dirham (uang perak) hasil kerjaku dan Salman
(al-Farisi) meminta bulu-bulu domba milik orang Yahudi. Rencananya akan
kubelikan makanan untuk Hasan dan Husain..!.
“Biar aku saja yang membeli makanan itu” tegas Ali.
Ali pergi ke pasar. Tapi dalam perjalanan, Ali bertemu seseorang. Orang
itu berkata, “Siapakah orang yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih , Dzat
yang selalu menepati janji ..?.
Ali menyerahkan 6 dirham digenggaman. Padahal uang itu harusnya
dibelikan makanan buat keluarga. Setelah itu, Ali pulang Fatimah menangis
melihat Ali pulang dengan tangan hampa.
“Wahai wanita mulia, mengapa engkau menangis ..??.
“Wahai Ali, engkau pulang tanpa membawa sesuatupun…?tanya Fatimah.
“Wahai wanita mulia, aku meminjamkan uang itu kepada Allah..! jawab
Ali.
Tanpa perlu penjelasan panjang lebar, Fatimah memahami apa yang
terjadi. Setelah itu, Ali keluar rumah, hendak menemui Nabi Muhammad saw tapi
ditengah jalan dia bertemu seorang badui. “Wahai Abul Hasan , belilah unta
ini..!.
“Aku tak punya uang’ jawab Ali
“Kau bisa membayarnya lain waktu”
“Berapa.?” tanya Ali
“100 dirham”
“Baiklah “ Jawab Ali.
Ali menuntun unta itu. Belum jauh ia menuntun unta itu muncullah
seorang badui lain menghampirinya, “Wahai Abul Hasan , apakah engkau mau menjual
untamu..?
“Ya”Jawab Ali tanpa pikir panjang
“Berapa..?”
“300 dirham”
“Baiklah”
Setelah mendapatkan uang 300 dirham Ali segera membeli beberapa makanan
untuk keluarganya dan pulang.
“Wahai Abul Hasan, apa yang terjadi kali ini” tanya Fatimah.
Ali menceritakan apa yang terjadi. Selang itu , Ali menemui Nabi,
begitu ia masuk masjid , Nabi tersenyum “Wahai Abul Hasan , engkau yang
bercerita, atau aku saja yang berscerita…?
“Wahai Rasulullah Engkau saja yang bercerita”.
“Berbahagilah Abul Hasan, engkau telah meminjamkan 6 dirham kepada
Allah, Allah memberimu 300 dirham . Setiap dirhamnya dibalas lima puluh lipat
(50lipat).
Orang Badui yang pertama menjumpaimu itu Malaikat Jibril, sedang yang
kedua adalah Malaikat Mikail.
Suatu hari Ali diuji salah satu anaknya demam tinggi. Ali berharap
anaknya sembuh, dan dia bernazar akan melaksanakan puasa selama tiga hari
apabila anaknya sembuh.
Selang beberapa hari anaknya pulih, Ali memenuhi nazar. Dia dan
istrinya puasa 3 hari.Hari pertama puasa , saat waktu Magrib tiba pintu rumah
diketuk.
Tamu itu seorang miskin. Ali tak tega , lalu memberi makanan berbuka. Malam
itu, Ali dan Fatimah berbuka puasa hanya dengan beberapa teguk air.
Hari kedua, kejadian serupa terjadi, saat waktu Magrib tiba pintu rumah
kembali diketuk. Tamu kali ini anak yatim Ali kembali memberi makanan, yang
sejatinya dipersiapkan untuk berbuka. Malam itu Ali dan Fatimah melewati malam
dengan perut lapar.
Begitu pula hari ketiga, juga terjadi serupa seseorang tawanan datang,
lagi-lagi makanan untuk berbuka diberikan selama 3 hari berpuasa, tak sebutir
kurma atau sepotong roti masuk kedalam perut.
Tetapi keduanya sanggup menahan lapar dan menjalani puasa.Atas
kedermawanan Ali dan Fatimah Al-Zahra, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas Allah
berkenan menurunkan ayat Al-Quran “Mereka melaksanakan nazar dan takut akan suatu hari, yang azabnya
merata dimana-mana.
Dan mereka memberikan makanan yang
disukainya kepada orang miskin, anak-anak yatim dan orang tawanan. Sungguh,
kami memberikan makanan kepada-mu hanyalah mengharap keridhaan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan terima
kasih.
Sesungguhnya kami takut akan azab suatu
hari ,pada saat itu orang-orang bermuka masam penuh kesulitan , yang datang
dari Tuhan kami “ (QS.Al-Insan
:7-10)
Baca juga>>>"Kisah setelah pengangkatan Nabi Isa as"
Baca juga>>>"Kisah setelah pengangkatan Nabi Isa as"
Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang dermawan. Asbagh bin Nabatah
menceritakan bahwa suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kepada Ali bin
abi Thalib .
Lelaki itu berkata “Wahai amirul mukminin, saya memiliki keperluan
dengan anda. Saya sudah mengadukan keperluan ini kepada Allah, sebelum saya
mengajukan kepada Anda.
Jika Anda memenuhi keperluan saya ini , niscahya saya akan memuji Allah
dan memaafkan Anda “.
“Tulislah keperluanmu ditanah. Aku tidak ingin melihat hinanya
meminta-minta pada wajahmu “ jawab Ali. Laki-laki itu menulis kalimat pendek di
tanah “Saya orang yang membutuhkan”.
Ali kemudian memanggil pembantunya , meminta kalung emas ,lalu Ali
mengulurkan perhiasan itu. Laki-laki itu menerimanya lalu mengenakan dileher.
Tidak lama kemudian aki-laki itu melantunkan syair.
“Kau memakaikan padaku perhiasan yang akan usang kebagusannya// Maka
aku akan kenakan kepadamu pujian yang baik sebagai perhiasan// Jika kau
mendapatkan bagusnya pujianku, kau telah meraih kemuliaan// Kau tak perlu
mencari kemuliaan lain pengganti bagusnya pujianku// Pujian akan menghidupakan
nama baik orang yang dipuji// Bagaiakan hujan menghidupkan lembah dan gunung//
Selamanya jangan pernah enggan melakukan kebaikkan// Setiap orang akan
dibalas sesuai amalannya “.
Usai mendengar syair tersebut, Ali kembali meminta pembantunya
mengambilkan uang dinar (uang mas) di rumah 100 dinar. Uang ini diserahkan oleh
Ali bin Abi Thalib kepada peminta-minta itu.
Dengan penuh rasa heran Asbagh bin Nabatah pun bertanya “Wahai Amirul
mukminin, Anda memberikan kepadanya perhiasan emas dan uang sebanyak 100
dinar..?.
Ali pun menjawab “Ya, saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda :”Tempatanlah manusia menurut kedudukan
mereka !“. Asbagh bin Nabatah hanya bisa mengangguk – anggukkan kepala.
“Inilah kedudukan orang ini menurut pandanganku “. Ujar Ali lebih
lanjut.
Ya, itulah salah satu kedermawanan Ali. Ali tidak marah ataupun jengkel
dengan ulah pengemis itu. Ali tidak memaki-maki atau mengusir pengemis itu.
Ali sepenuhnya paham bahwa pengemis itu memang lain dari yang lain. Itu
tidak lain karena Ali menghayati perintah Nabi untuk menyikapi manusia menurut
sifat dan kedudukan orang tersebut.
Pengemis yang pengaruk harta hanya akan puas jika mendapatkan harta
yang banyak, meski untuk mendapatkan semua itu, dia harus berbuat diluar batas
, merendahkan si pemberi dan meninggalkan derajat dirinya sendiri.
Ali yang dikenal dermawan, dan tidak gila harta memberikan harta dalam
jumlah besar kepada si pengemis itu.
Dilain kisah,. Siang itu Ali pulang Fatimah menyambut dengan senyum ,
dan berharap Ali membawa sedikit rejeki. Tapi kenyataan berkata lain. Ali tak
membawa uang sesenpun . Walau begitu, Fatimah tetap senyum , meski keperluan
dapur menunggu.
Ia tidak menunjukkan sikap kecewa atau sedih. Setelah itu Ali pergi ke
masjid. Sepulang dari masjid, dijalan ia dihentikan oleh seorang tua “Maaf anak
muda , betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib..?.
Ali menjwab “Ya betul”.
“Dulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sampai membayar
upahnya , ayahmu sudah meninggal. Jadi terimalah uang ini , sebab engkaulah
ahli warisnya “.
Sesampai dirumah, Ali menceritaan kejadian itu. Ali mendapat uang 30
dinar. Fatimah senang memperoleh rejeki yang tak disangka-sangka, lalu menyuruh
membelanjakan semua demi keperluan beberapa hari.
Ali berbgegas ke pasar. Sebelum masuk pasar ia melihat seorang fakir.
Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.
Fatimah heran melihat suaminya pulang tidak membawa apa-apa, lalu Ali
menerangkan peristiwa yang dialaminya, dan Fatimah pun memaklumi.
(BERBAGAI SUMBER )