Dasbor " Asmaul Husna"
AL-BA’ITS MAKNA
SANG MAHA MEMBANGKITKAN
“
Barang siapa yang masuk kubur tanpa bekal seakan-akan dia mengarungi lautan
tanpa kapal”, (Abu Bakar ra) “..
MMasalah
kebangkitan manusia setelah mati, dalam hirarki doktrin eskatologi islam,
dipercaya terjadi setelah kehancuran kosmos, tetapi setelah kiamat usai. Sejak
masa jahiliyah hingga era modern, kaum seuler sulit menerima doktrin ini.
Mereka terjebak kebanggaan akan daya akal yang dangkal yang mengungkungi
pengetahuan mereka.
Pertanyaan mereka adalh, “Mungkinkah setelah mati manusia bisa bangkit
kembali..?”. Lalu disusul pertanyaan yang mengundang polemik, “Apakah yang
dibangkitkan hanya jiwa atau raga atau keduanya. ..?. Dalam perspektif
pemikiran islam , dikenal Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd yang mempercayai hanya jiwa
manusia yang kelak dibangkitkan Tuhan. Sedangan ulama lain seperti Al-Ghazali
meyakini keduanya, yakni jiwa dan raga.
Baca Juga "Pintar didunia Pintar Di Akhirat"
Baca Juga "Membedah Kejiwaan Seorang Munafik"
Baca Juga "Pintar didunia Pintar Di Akhirat"
Baca Juga "Membedah Kejiwaan Seorang Munafik"
Argumen Al-Ghazali yang bersifat fisikal ini didasari oleh kenyaan
bahwa Allah dengan begitu mudah menciptakan jiwa dan raga. Bagi Al-Ghazali,
bukan hal yang sulit bagi Allah, setelah kiamat nanti, membangkitkan manusia
baik secara fisikal (materi) maupun secara ruhaniah (jiwa/imateri). Bukankah
dengan mudahnya pula Allah mengatakan; “Segala sesuatu akan hancur kecuali Dia
sendiri” (QS.Al-Qashashas 28:20).
Begitu pula dengan surat Al-An’am [6], ayat 94 ; “Dan sesungguhnya kamu
datang kepada Kami sendiri-sendiri, sebagaimana Kami ciptakan pada mulanya”,
Inilah paham otodoksi Al-Ghazali tentang doktrin skatologi yang merambah dunia
islam yang nyaris berlaku secara baku, standard an final.
Ulama lain, yakni Ib nu Sina dan Ibnu Rusyd berpendapat yang
dibangkitkan kelak oleh Allah nanti hanya jiwa atau bersifat spiritual. Bagi
mereka, penggambaran Al-Quran tentang surge dan neraka yang sangat bersifat
fisikal hanya sekedar ilustrasi bagi orang awam. Tepatnya agar dapat dimengerti
secara rasional-argumentatif. Buktinya, Nabi saw pernah berpesan : “Surga tidak pernah dilihat oleh mata, tidak
pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbersit dihati manusia”.
Hanya saja tesis seperti diatas, secara praktis, dalam dunia islam
tidak mampu menjadi arus utama. Alasannya secara psiko-teologis yang selalu
mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat,lahir dan batin , fisikal dan
spiritual , ternyata pendapat Al-Ghazali lebih mendominasi.
Lepas dari perbedaan pendapat diatas yang pasti Allah swt yang akan
membangkitkan manusia untuk menapaki kehidupan ekatologi yang abadi. Dia-lah
Allah Al-Ba’its atau Yang Maha Membangkitkan. Secara lebih pasti apakah manusia
dibangkitkan secara ruhani atau jasmani atau bahkan keduanya adalah hak
prerogative Allah semata.
Lebih jauh, kita hanya bisa membaca dari firman-Nya dan tuntunan Nabi
saw mengenal hal ini. Karena itu mari kita eksplorasi dan pelajari makna Allah
sebagai Al-Ba’its.
Menurut sebagian ulama makna AL-Ba’its itu dapat dikaitkan pada dua
hal. Pertama Allah adalah zat yang
membangkitkan apa saja dari kegelapan ketiadaan dari cahaya keberadaan Kedua Allah sebagai Al-Ba’its adalah zat
yang menghidupkan semua makhluk pada hari kebangkitan. Allah menyatakan ;
“Allah membangkitkan semua orang yang didalam kubur” (QS. Al-Hajj [22] :7).
Sementara itu, ada yang berbpendapat pada saat itu ketika Allah akan
membangkitkan manusia dari dalam kubur, Allah juga menampakkan semua tindakan
pikiran perasaan yang dijalani manusia selama hidupnya. Manusia akan mati
sesuai cara hidup mereka.
Bersumber dari Abu Hurairah ra, ia meriwaytakan bahwa Rasulullah saw
bersabda : “wahai Abu Hurairah maukah engkau akau tunjukkan tentang dunia ini
..?. Abu Hurairah ra menjawab mau wahai Rasulullah. Selanjutnya Nabi saw
memegang tanganku dan pergi mengajakku. Tepat beliau berhenti disuatu tempat
yang penuh dengan kotoran. Bukan hanya itu, tengkorak manusia dan tulang belulang
berserakkan disitu. Bahkan ada kain-kain berlumuran dengan kotoran.
Lalu Nabi saw bersabda, “kepadaku “wahai Abu Hurairah seperti engaku
lihat sendiri tengkorak manusia ini sama seperti kepala – kepala kalian. Kepala
kepala kalian ini dipenuhi nafsu dan angan-angan untuk mengumpulkan dunia dan
menguasai seluruh isinya.
Tetapi kini, seperti engkau saksikan sendiri tulang-belulang mereka
berserakkan pun jasad mereka hancur berantakkan. Dan kain-kain itu adalah
pakaian yang mereka gunakan semasa didunia sebagai perhiasan dan kebanggaan.
Namun sekarang , kain-kain itu telah dihembuskan angin dan berlumur kotoran
ini.Tulang-tulang ini dahulu mereka gunakan dengan sesuka hati untuk
mengelilingi dunia dan segala penjurunya.
Sedangkan tumpukkan kotoran ini adalah makanan lezat semasa didunia.
Mereka mendapatkannya dengan beragam cara. Dengan cara tidak benar pun mereka
lakukan yang penting terlaksana cita-cita. Sebagian mereka merebutnya dari
sebagian yang lain, maka kini mereka dilemparkan kedalm kebusukkan yang luar
biasa, sehingga tidak ada seorang pun yang mau berdekat-dekatan dengannya,
karena baunya yang begitu menyengat dan membuat dada sesak”
Dalam Al-Quran , kata Al-Ba’its sama sekali tidak ditemukan baik yang
merujuk sebagai sifat Allah maupun yang disandingkan untuk makhluk-Nya. Kendati
demikian, para ulama sepakat, sifat ini termasuk salah satu dari Sembilan puluh
Sembilan nama Allah. Tentang sifat ini Al-quran hanya menggunakan rangkaiankata
kerja yang tersusun dari drivasi kata Al-Ba’its dimana Allah sebagai pelakunya.
Menurut Prof. quraish Shihab, bagi kita yang hendak meneladani sifat
Allah ini, disampig dituntut meyakini keniscahyaan dari kebangkitan, kita harus
dapat membangkitkan jiwa kita. Tujuannya agar kita senantiasa hidup dengan
akidah yang benar, ilmu pengetahuan yang luas, serta berani memperjuangkan
hidup kendati berat sekalipun. Sebab hidup yang tidak pernahdiperjuangkan tidak
akan dimenangkan.
Disamping itu, dengan hidupnya jiwa dan raga, kita bisa membangkitkan
semangat dan kehidupan orang lain dari yang semula bodoh menjadi rajin
belajar.. Dari yang tidak kuat akidahnya menjadi semakin dekat kepada Allah dan
dari negeri yang selalu terhina dimata dunia menjadi mulia . dari negeri seribu
bencana menjadi negeri yang aman dan sentosa.
Saudaraku mari kita siapkan kematian sebelum hari berbangkit datang.
Sebab Allah swt telah berfirman :”Dan tiuplah sangkakala, maka matilah siapa
yang dilangit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup
sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusan
masing-masing)”. (QS. Al-Zumar ; 68).
Apalagi , kata Al-Ghazali dalam karyanya Kimia Al-Sa’adah, akhirat itu
begitu mengerikan jika kita tidak mempersipkan bekal , maka kita akan mendapati
kesulitan yang perih dan berkepanjangan.
Terakhir, benar kata Abu Baar Sidiq seperti dikutip Ibnu Hajar
Al-Asqalani dalam Nashaaih : “Barang siapa yang masuk kubur tanpa bekal
seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa kapal.
Semoga tulisan diatas dapat menjadi Ibrah bagi kita semua sebelum kita
dipanggil menghadap Allah swt kita paling tidak sudah memersiapkan diri
jauh-jauh untuk kehidupan setelah kematian.
Yaitu dengan menjalankan perintah – Nya dan ajaran-Nya yang sudah
diturunkan lewat Rasulullah saw. Semoga kita termasuk orang-orang yang
mempersipakan bekal untuk kematian kita yang Insaya Allah pasti akan menyusul
orang-orang yang sudah lebih dulu meninggalkan kita. Aamiin .
Wallahu ‘alam Bhisawab
( Berbagai Sumber )