Dasbor "Rahasia Illahi 2"
PADI MENUAI KEHORMATAN
“
Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan ikhlas
bersedekah, orang-orang yang berada disekitar begitu menaruh hormat ”..
Kita tahu, ada
banyak cara mengungapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih. Salah
satunya dengan bersedekah , yaitu memberikan keluasan rezeki yang kita terima
kepada orang yang kekurangan. Alangkah indahnya hidup ini jika manusia
mengutamakan berbagi, mengedepankan sedekah. Apalagi, tak pernah terdengar
orang yang rajin bersedekah ia jatuh miskin. Justru sebaliknya, tidak sedikit
orang yang gemar bersedekah dan ikhlas bersedekah , kehidupannya menjadi
semakin nyaman, tentram, barokah dan mendapatkankemuliaan diantara sesame
manusia.
Barng kali pendapat seperti ini yang dipegangn teguh oleh Abah Una.
Sebagai petani yang dianugerahi berpetak-petak sawah. Abah Una menjalankan
amanah harta itu dengan baik. Membajaknya dengan ikhlas sehingga hasil panennya
selalu berlimpah. Kebelimpahan itu pula yang digunakan Abah sebagai ladang
sedekah kepada para tetangga yang membutuhkan. Inilah sekelumit kisah Abah Una yang
sangat dihormati oleh penduduk setempat.
LELAKI
SHALEH
Seuanya tahu seperti apa Abah Una itu. Ia merupakan orang tua yang
ramah , murah senyum , jujur, dan senang berbagi. Abah juga dikenal dengan
kesalehannya. Ajaran islam begitu dijunjung tinggi. Mungkin tak ada waktu
baginya untuk menanam di saat waktu sholat tiba. Segala kesibukkan pasti
ditinggalkan sebelum masuk waktu sholat. Bahkan tak jarang Abah mengingatkan
petani-petani lain jika waktu sholat telah tiba.
“Haya atuh, kita menghadap Gusti Allah, sudah waktunya, “begitu ucap
Abah Una sambilmencolek bahu petani yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
Petani petani yang dicolek pun langsung menghentikan kerjanya dan langsung
berjalan mengekor si Abah Una . Alhamdulillah, petani-petani lain menaruh
hormat pada Abah Una melakukan hal yang sama. Mereka pulang untuk memenuhi
panggilan sang Penguasa Hidup dan Kehidupan Allah Rabbul Izzati.
Begitulah keseharian hidup Abah Una. Sebagai lelaki berumur yang
bersahaja , tidak pernah silau dengan gemerlapnya dunia, padahal anak-anaknya
di kota terbilang memiliki hidup yang sukses, tetapi Abah Una lebih memilih
bertani daripada ikut anak anaknya.
Suatu kelebihan yang juga menjadi pujian untuknya adalah kebiasaan Abah
Una, dimana setiap kali panen, dia selalu menyedekahkan berikat-ikat hasil
panennya pada tetangga yang membutuhkan, bahkan, yang tidak membutuhkanpun jika
Abah memilikikelebihan yang berlebih maka orang itu pun mendapat bagian.
”Baik sekali yah Abah Una itu, jarang ada orang yang sebaik dia”, puji
salah satu tetangga. Tetangga yang lain mengomentari, “Benar, semoga ia panjang
umur ‘, ucapnya berdoa. Yang lain mengamini.
Suatu ketika, ditempat tinggal Abah Una terjadi musibah hama, Musibah
itu tidak tergolong besar, tetapi cukup menimbulkan keresahan pada beberapa
petani. Sebut saja Bapak Junara, Bapak Endi dan Bapak Kosim. Di mana
sawah-sawahnya mereka ditakdirkan menjadi sawah yang cukup parah dan rusak
berat karena serangan hama.
“Barang kali kita kurang sedekah yah, hingga wereng-wereng itu lebih
suka menyantap padi kita “, ujar Pak Junara.
“Mungkin juga “, timpal Pak Endi.
“Bisa jadi, “ sambung Pak Kosim. “Buktinya petak-petak sawah Abah Una
tetap indah serta padi-padinya sama sekali tidak terjamah oleh wereng-wereng
dan tetap menguning seperti yang diharapkan para petani”.
Ketiga lelaki it uterus memperbincangkan kedermawanan Abah Una yang
dihubungkan dengan musibah yang terjadi. Namun terlepas dari perbincangan itu,
ketiganya bingung. Kegagalan panen kali ini pasti membawa dampak negative bagi
kebutuhan makan keluarga dan kebutuhan sehari-harinya.
Pada saat itulah Abah Una mengambil peranannya. Ia yang selalu
bersedekah tidaklah menutup mata atas kejadian yang menimpa Pak Junara, Pak
Endi dan Pak Kosim. Dengan segala keikhlasannya, Abah Una menyedekahkan hasil
panennya kepada mereka.
Sungguh, mereka yang dalam kesusahan sangat senang mendapatkan bantuan
yang sudah pasti akan lebih meringankan beban mereka.
“Terima kasih, Abah Una hanya Allah yang dapat membalas kebaikkan Abag
Una”. Ucap Pak endi ditengah keharuannya mendapatkan bantuan dari Abah Una.
Abah Una hanya menganggukkan kepala. Sesungguhnya, Abah Una mengerti akan
tanggungjawabnya kepada sesame tetangga. Hablum minan nas,merupakan suatu
keharusan yang harus dibina dan dijaga karena itu, setiap kali ia memberikan
sedekah kepada siapa saja.
Abah Una yakin, bahan haqul yakin sekecil apapun sedekah sekecil apapun
yanh kita lakukan maka Allah tidak akan lupa akan janjinya, yaitu akan
memberikan balasan yang setimpal sesuai amal perbuatannya.
KETENANGAN
DAN KEHORMATAN
Hidup haya dengan istri sementara anak-anak dan suadarnya berada jauh
dibelahan kota metropolitan bukanlah alasan bagi Abah Una untuk merasa
kesepian, sehingga muncul ketidak tenangan.
Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan
ikhlas sedekah, orang-orang yang berada di sekelilingnya begitu menaruh hormat.
Kesimpulannya, jika seseorang bersedkah padi, tidak semestinya menerima
menerima balasan berupa padi atau uang berbalas uang, bisa saja bentuk lain
menjadi balasan atas keikhlasan seseorang dalam bersedekah.
Seperti Abah Una. Dia yag selalu bersedekah dengan padi-padinya setiap
kali panen, namun ia tak menerima balasan dari orang lain, juga berupa padi.
Hanya saja, Abah selalu merasa mendapat ketenangan dalam hidupnya, juga merasa
senang karena dirinya begitu dihormati. Abah Una juga yakin, penghormatan yang
diterimanya dari orang-orang di sekelilingnya, merupakan wujud atas balasan
sedekah yag dilakukannya.
KEKUATAN SEDEKAH
Sama halnya dengan keyakinan Abah Una. Seorang lelaki bernama Abdul
Rahman, begitu yakin akan kekuatan sedekah. Menurut Abdul Rahman, seseorang
yang bersedekah degan segala keikhlasan pasti akan mendapatkan balasan yang
setimpal, bahkan berkali-kali lipat besarnya. Hanya saja, apakah balasan atas
sedekah itu langsung diterimanya atau emnunggu waktu, entah berapa lama.”Itu
Rahasia Allah” papar Abdul Rahman.
Sebagi butkti keyakinan itu, sebuah pengalaman yang dirasakannya,
ketika ia sedekah uang sebesar lima ribu rupiah.sedekah itudilakukan pada pagi
hari.
“Subhanallah wal hamdulillah”, puji Abdul Rahman pada sore harinya,
sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sedekah lima ribu rupiah pada
pagi hari , sore hari sudah terganti dengan uang sebesar 50 $.
“Waktu itu nilai per $ masih seribu rupiah “, jelas Abdul Rahman.”Bisa
dihiting, berapa jika dinilai dengan kurs $ sekarang “, lanjutnya. Dan berapa
kali lipat balasan Allah..?.
Tetapi, bukanlah besarnya balasan dari sedekah itu yang menjadi acuan.
Bagi Abdullah Rahman, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Besar dan Maha
Pengasih lagi Penyayang.
Wallahu ‘alam Bhisawab