“ Meski ia bisa
menepis serangan tikus-tikus itu , beberapa tikus ada yang berhasil menggigit
kaki, tangan dan wajahnya. Si pengantin berteriak histeris, namun teriakkan
tertutup oleh hingar-bingar music di luar kamar“
Lumbung padi itu seygyanya mampu
menghasilkan rupiah yang utuh, tapi diluar dugaan kejadian aneh terjadi. Meski
sang pemilik lumbung berusaha untuk menjaga hasil panennya dengan membuta
lumbung yang rapat tanpa celah.
Binatang-binatang pengerta
yang butuh makanan itu mampu juga menerobos kedalam lumbung ; menikmati bulir-bilir padi yang belum
sempat dilepas dari tangkainya.
Sekawanan binatang pengerat
itu berpesta pora saat sang pemilik lumbung tengah terlelap dalam mimpi
indahnya. Dalam hitungan semalam, mungkin tak terlalu banyak binatang
menjijikkan itu mengkonsumsi padi yang masih harum dan manis itu, tapi jika
terjadi dalam masa beberapa hari , hasil panen bisa mendulang rupiah itu rusak
tak karuan.
Ketika sang pemilik lumbung
padi mengetahui hal itu, ia marah luar biasa. Ada dendamg yang harus segera
dilampiaskannya. BInatang-binatang itu harus dibinasakan tanpa sisa.
Baca juga>>"Tumbuh bulu dan ekor saat Sakaratul Maut"
Baca juga>>"Tumbuh bulu dan ekor saat Sakaratul Maut"
Maka segala cara dilakukan
Pak Godim (bukan nama sebenarnya) jebakan racun dan bahkan senjata tajam telah
disiapkan untuk mengusir tikus-tikus yangtelah merugikan dirinya.
Pada malam harinya, Pak
Godim meletakkan jebakkan tikus disekitar lumbung padinya, bahkan ia juga
menaburkan racun tikus kedalam makanan yang telah ia siapkan dan dimasukkan
kedalam lumbung padi.
Bila binatang-bintang
pengerat itu menyatap makanan yang sudah diracuni itu ,kematian akan
menjemputnya. Selain itu Pak Godim juga membawa sebilah parang tajam untuk
berjaga-jaga jika sewaktu-waktu muncul tikus dihadapannya.
Ia sudah siap mencincang
tikus-tikus sial itu. “Awas tertangkap, kalian akan kucincang dan kubakar
hidup-hidup. “ begitu ancam Pak Godim penuh marah. Saat selesai menaruh jbakan
dan makanan beracun, dua ekor tikus tertangkap matanya sedang mengendap menuju
lubung padi , karuan kemarahan membakar Pak Godim.
Sambil berterik Pak Godim menebaskan
parangnya. “Sial” teriak Pak Godim cukup keras. Pasalnya , ayunan parangnya tak
tepat mengenai sasaran. Dan Pak Godim terus mengumpat menyesali kejadian itu.
Dua orang yang tengah s
melintas sempat terkejut mendengar terikkan Pak Godim itu dan bergegas menuju
sumber suara. “Oh Pak Godim ! ada apa, Pak..? tanya slah seorang
warga.”Tius-tikus sial setiap malam mereka berpesata pora didalam lumbung
padiku”. Umpat Pak Godim dengan wajah kesal
“Oooo tikus-tikus to…!.
Binatang itu memang merusak , Pak . Tapi …ya namanya binatang, mau di…
Pak Godim kesal mendengar
ucapan itu. Sambil mengacung-acungkan parangnya menyahuti ucapan itu dengan
kesal. “Biar pun binatang, tetap harus dihukum! Dibinaskan !, Dibasmi ! Kamu
tahu itu !.
Dua warga tak lagi berani
menyahut keduanya memilih meninggalkan Pak Godim dengan cepat. Bila terlambat
bisa saj Pak Godim kalap dan melayangkan ke perut mereka.
“Ayooo! Ayoo..!. Kita pergi dari sini..” Ajak salah
seorang warga kepada temannya.
Sang teman tentusaj menuru.
Ia sudah bisa membaca gelagat buruk Pak Godim. Biar saja padi dalam lumbungnya
habis itu balasan untuk orang kikir”, ujar seorang warga sambil berjalan
tergesa-gesa.
“Ia Pak Godim memang kikir,
pantas saja ia kalang kabut begitu. Pastinya tidak sedikit padi-padinya yang
digerogoti tikus timpal warga lainnya.
Memusuhia
Tikus
Kenyataan yang idalami pak
Godim tidak hanya sebatas lubung padinya yang disatroni tikus-tikus. Hektaran
sawahyapun banyak diserbu hewan-hewan pengerat itu, HIngga Pak Godim mengalami
gagal panendengan kerugian cukup besar.
“Tikus-tikus benar-benar
merugikan ! Saya benci, Saya sangat benci , dimanapun saya melihat tikus-tikus
itu saya akan kejar saya akan bunuh, ataupun saya bakar..! begitu ancam Pak
Godim saking geramnya pada tikus-tikus.
Ancaman itu bukan isapan
jempol belaka. Kebencian Pak Godim membuatnya sekuat tenaga untuk mengejar
tikus-tikus yang terlihat matanya. Dengan segala Daya Upaya Pak Godim melakukan
pengejaran itu. Jika tiku-tikus itu tertangkap, tak segan-segan Pak Godim
menganiaya binatang tersebut.
Tikus-tikus itu dicincang,
bahkan juga ada yang dibakar. Rasanya Pak Godim belum puas meski binatang yang
telah merugikannya itu sudah binasa.Seorang warga yang melihat Pak Godim tengah
membakar beberapa ekor tikus sempat memprotes perbuatan itu.
“Tikus itu juga makhluk
ciptaan Tuhan, Pak Godim, sama seperti kita jangan disiksa seperti itu, begitu
ucapnya. Pak Godim langsung naik pitam. “Asal ngomong saja kamu ..! Apa kamu mau saya bakar juga seperti
tikus-tikus itu..?.
Mendengarkan ucapannya yang
cukup mengerikan itu , sang warga langsung meninggalkan Pak Godim dengan cepat,
ia sangat ketakutan.
Baca juga>>"Perempuan & Lubang Kuburnya Melebar"
Baca juga>>"Perempuan & Lubang Kuburnya Melebar"
Tikus
dan Pengantin
Meski sawah dan padinya
sering diganggu binatang pengerat yang sangat merugikan itu , namun kekayaan
Pak Godim masih menjadikannya orang kaya di kampungnya. Hekataran sawah
dimilikinya.
Plus ladang sayur dan buah
yang masih menghasilkan rupiah tidak sedikit. Sayang kekayaan tidak membuat dia
dihormati secara utuh oleh masyarakat sekitarnya. Penghormatan tidak utuh itu
dikarenakan sifat tamak dan kikir yang dimiliki Pak Godi.
Masyarakat menghormati Pak
Godim hanya saat berhadapan muka saja, namun jika dibelakang semua mencibir ,
bahkan menghujat Pak Godim yang tak punya tenggang rasa dan toleransi. Kendati
begitu, ketika Pak Godim memiliki keperluan, seperti hajatan warga tetap
membantu Pak Godim.
Seperti saaat itu Pak Godim
akan menyelenggarakan pesta perkawinan anak perempuan semata wayangnya secara
besar-besaran. Pada saar-saat seperti itu Pak Godim mau tidak mau bermanis muka
pada masyarakat, dengan harapan mendapat bantuan agar hajatannya sukses.
Tentu saja masyarakat tidak keberatan
menyumbangkan tenaganya, juga dengan harapan dapat ikut bergembira dalam
hajatan itu dan dapat menikmati santapan yang hampir tak pernah dilakukan dan
disediakan Pak Godim seperti biasanya.
Rencana pestaperkawinan itu
dilaksanakan tiga hari tiga malam. Berbagai acara hiburan disiapkan Pak Godim,
mulai darimusik yang dibarengi saweran, sampai acara wayang dengan dalang
kondang yangdidatangkan dari kampung lain.
Masyarakat sekampung ikut
berpesta. Mereka memanfaatkan betul acara yang tak mungkin diselenggarakan oleh
penduduk lain , sebab acara besar-besaran itu terlalu besar biayanya , hanya
orang sekaya Pak Godim yang mampu membuat acara semeriah itu.
Ayunan music dangdut dengan
biduanita cantik bertubuh seksi , semakin membuat warga terlena. Semuanya
berjoget sampai lupa waktu. Bagi yang punya kelebihan duit mereka berani maju
dan naik keatas panggung ikut bernyanyi bersama biduanita cantik dan seksi,
ikut bergoyang diatsa stage sambilmemberikan saweran yang terus menerus.
Apabila uang saweran habis maka
turun panggunglah ia dan berganti dengan lelaki berduit lain begitu seterusnya
ditengah alunan music yang terus berkumandang.
Pada awalnya sang pengantin
ikut menikmati serangkaian sajian hiburan , namun saat beranjak semakin malam,
pengantin perempuan bermaksud masuk kamar untuk istirahat beberapa saat.
“Masuklah, nanti saya
menyusul”. Ujar mempelai peria yang masih sanggup menikmati suguhan hiburan.
Sang perempuan langsung masuk kekamar pengantin dan merebahkan tubuhnya. Namun
baru beberapa menit ia merebahkan tubuhnya, tiba-tiba serombongan tikus
berlompat diatas ranjang dan menyerang pengantin wanita.
Begitu cepatnya peristiwa
itu terjadi, sehingga si pengantin wanita itu tidak bisa menghindari serangan
mendadak itu. Meski sebisanya ia menepis serangan tikus-tikus itu.
Beberapa tikus ada yang
berhasil menggigit kaki, tangan dan wajahnya. Si pengantin berteriak histeris ,
namun teriakkan tertutup oleh hingar-bingar music diluar kamar. Beruntung ada
salah seorang warga yang melintas didepan kamar dan sempat mendengar teriakkan
sang pengantin.
Saat menyaksikan kejadian
didalam kamar. Orang itu berteriak kencang. Teriakkan itu mengejutkan
orang-orang seketika itu juga berhamburan menuju kamar pengantin. Tak
terkecuali Pak Godim.
Suasana di pesta pengantin
itu menjadi kacau. Pak Godim panik melihat kejadian itu. Tikus-tikus yang
menyerang anaknya sudah berlarian diusir beberapa warga yang masuk ke kamar.
Dan Pak Godim yang datang agak terlambat hanya dipenuhi wajah sesal.
Tikus-tikus itu telah menyerang putri kesayangannya hingga berlumuran darah.
Pak Godim hanya merenung
penuh sesal saat anak perempuan satu-satunya dibawa warga kerumah sakit
terdekat. Apakah dengan kejadian itu Pak Godim mau mengkorekasi dirinya..?
( Sumber Majalah Hidayah )
( Sumber Majalah Hidayah )