DASBOR "Educasi Islam"
MAKNA LEBARAN
“Lebaran
adalah istilah jawa untuk menyebut hari raya. Kata yang bersifat lokalini
seketika menjelma menjadi nasional tidak hanya orang jawa, orang diluar jawa
pun terkadang menyebut hari raya dengan kata lebaran. Lalu, apa sih makan
sebenarnya lebaran itu..?”
Berdasarkan linguistik (ilmu bahasa) ternyata tidak ada
keterangan dan rujukan yang baku. Sehingga istilah “lebaran” diterima sebagai
ungkapan khusus yang ada begitu saja serta hidup didalam keseharian masyarakat
luas. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun mengartikan kata “lebaran”sebagai Hari
Raya umat islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah
puasa dibulan sebelumnya (Ramadhan), Hari Raya ini disebut dengan Idul Fitri “,
sedangkan “Lebaran Besar” adalah istilah untuk menandai hari raya Idul Adha
atau disebut juga “Lebaran haji”.
Tidak, namun banyak yang bersepakat bahwa Lebaran
merupakan istilah jawa dari ungkapan “wis bar (sudah selesai ) “, maksudnya
sudah selesai menjalankan ibadah puasa. Kata “bar” sendiri adalah pendek kata
dari “lebar” yang artinya “selesai”. Bahasa Jawa memangsuka memberikan akhiran
“an” untuk suatu kata kerja. Misalnya kata “bubar” yang diberi akhiran an
menjadi “bubaran” yang umumnya menjadi konotasi jamak. Kata “bubar” sendiri
adalah bentuk populer / rendah dari kata “lebar”.
Seperti diketahui bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa
yang berbeda dan berlaki untuk kelompok masyarakat tertentu. Kata “bubar” dan
“lebar” maknanya sama , tetapi kata “bubar” digunakan oleh masyarakat awam ,
sedangkan kata “lebar” digunakan oleh priyayi atau bangsawan sebagai istilah
yang lebih halus atau lebih sopan.
Baca Juga "Mantan Pegawai Bank Jadi Pemulung"
Baca Juga "Mantan Pegawai Bank Jadi Pemulung"
Jadi ungkapan “wis bar” bentuk singkat ungkapan “wes
bubar” yang berlaku untuk masyarakat awam. Sdangkan ungkapan “sampun lebar”
digunakan oleh golongan masyarakat yang lebih tinggi tingkatan sosialnya.
Selanjutnya kata “lebar” diserap kedalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an”
sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “Lebaran “. Artinya kurang
lebih,”Perayaan secara bersama dengan handai taulan setelah selesai menjalankan
ibadah puasa”.
Adajuga yang mengartikan lebaran dengan lebar,
lebur, luber, labor. Lebar
artinya kita akan bias Lebaran dari kemiskinan. Lebur artinya lebur dari dosa, Luber
artinya luber dari pahala, Luber
dari keberkahan, Luber dari rahmat
Allah swt. Sedangkan Labur artinya
bersih sebab bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah puasa, makna hati
kita akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa.
Makanya wajar kalau mau lebaran rumah-rumah banyak yang
dilabur hal ini mengandung arti
pembersihan zahir di samping pembersihan batin yang telah dilakukan.
Meski berasal dari bahasa jawa , namun orang jawa sendiri
menggunakan istilah lebaran ini, umumnya digunakan istilah “sugeng riyadin”
yang artinya “selamat hari raya” sebagai suatu ungkapan sopan atau halus dan
“riyoyo” yang merupakan bentuk kasar atau rendah-nya. Kalau kata kerja jamaknya
bisa diduga menggunakan akhiran “an” yaitu “riyoyoan” alias merayakan hari
raya” Selain itu ada ungkapan lain yang menyebut hari raya yang maknanya
sedikit berbeda yaitu “bada” yang berasal dari serapan bahasa Arab “ba’da”
artinya setelah. Sehingga riyoyoan juga berarti Bada’an yang bermakna,
“perayaan setelah berpuasa di bulan suci Ramadhan.”.
Ucapan “Sugeng Riyadin” biasanya kemudian diikuti dengan
ungkapan permohonan maaf “nyuwun pangaksami” (halus) atau nyuwun pangapunten
(kasar) “sedaya kelepatan” (segala kesalahan). Sdangkan akalau anak muda biasa
to the point “sepurane yo” (maafkan ya).
Yang banyak menggunkan istilah “Lebaran” justru
masyarakat Betawi, menurut mereka istilah “Lebaran” berasal dari kata “lebar”
yang maknanya luas yaitu sebagai gambaran keluasan hati atau kelegaan setelah
keberhasilan menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan suci
Ramadhan dan kegembiraan dalam menyambut perayaan hari kemenangan dan karena
bersilaturahim dengan sanak saudara dan handai taulan.
Terlepasa dari tidak adanya asal-usul kata yag jelas
tentang lebaran, yang penting bagi kita, adalah mengisi hari Lebaran atau hari
raya dengan sholat Id , hala bi halal saling memaafkan , silaturahim ke
tetangga dan sanak keluarga dan sebagainya. Dengan begitu , hari lebaran pun
kita lakukan dengan penuh makna.
REMAJA BERTAKBIR
Saat aanak-anak dan remaja dulu, Asep seringkali mengikuti
takbir keliling yang dilaksanakan oleh masjid Al-Ikhlas desa Dukuh Jeruk ,
Karangampel, Indramayu. Seringkali pula dia terbuka, Asep ditemani beberapa
teman. Sese orang teman memegang bedug,
satunya lagi memainkan alat music yang lain dan dia yang memimpin takbiran.
Mereka berkeliling kampung , yang dimulai dari halaman masjid dan kembali lagi
kesana.
Apa yang mereka rasakan saat ini..? Adalah sebuah
kegembiraan. Rasanya , rasa lapar dan dahaga karena sebulan penuh berpuasa
berbalas dengan hanya waktu semalam. Dan takbiran itu tidal berhenti ketika
mobil yang mengantar mereka sampai halaman masjid, tapi diteruskan didalam
masjid sampai larut malam.
Bagi mereka, para remaja, takbiran (apalagi takbir
keliling) sangat menyenangkan. Ini bukan saja momentum seorang remaja dalam
menyiarkan keagungan Allah ke khalayak ramai, tapi juga momentum terbaik bagi
mereka dalam berekspresi. Dibandingkan mereka mengisi malam Hari raya dengan
berbagai kegiatan yang tidak berguna, seperti menyalakan petasan, mercon,
berpacaran, dan sebagainya. Maka, adanya tradisi takbir keliling yang diisi
oleh remaja merupakan sesuatu kegiatan yang sangat berguna bagi mereka sebagai pembentukkan
mental dan spiritual mereka ketika dewasa kelak.
Sayang, takbir keliling kadang diwarnai sesuatu yang
tidak menyenangkan. Misalnya, sebagian kelompok yang ikut takbir keliling
kadang ada yang membawa petasan atau mercon. Sepanjang jalan, mereka menyalakan
dan meledakannya sehingga membuat bising telinga orang lewat. Bahan peserta
takbir keliling sendiri kadang merasa terganggu. Tapi,memang watak remaja,
terkadang sudah diingatkan dan dikasih tahu. Mereka ikut takbir keliling kadang
hanya untuk mencari “sensasi” semata tidak benar-benar berniat mengagungkan
asma-asma Allah.
Itulah catatan penting yang harus diperhatikan ketika
mengadakan takbir keliling. Tidak itu saja, perlunya ketertiban dan kerapihan
saat konvoi juga harus
diperhatikan.Pengendara motor yang ikut juga takbir keliling tidak jarang
saling kebut-kebutan dan saling susul menyusul dengan temannya sendiri.
Akibatnya ada beberap kejadian mereka senggolan dan akhirnya terjadi
kejelakaan.
Kondisi itulah yang membuat Gubernur Jakarta Non – aktif
Jokowi pernah melarang takbir keliling di Kota Jakarta. Dia mengkhawatirkan
akan terjadinya kecelakaan jika dilakukan takbir keliling. Karena itu ia
menyatakan untuk takbiran di masjid atau mushalla-mushalla saja. Kecuali jika
takbir keliling itu disertakan petugas keamanan kepolisian , maka lelaki yang
dulu masih mencabat Gubernur DKI itu memperbolehkan.
Selain memperhatikan soal keamanan, takbir keliling juga
harus memperhatikan soal kemacetan. Jangan sampai takbir keliling memadati
jalanan sehingga menyulitkan pengguna jalan lain ketika lewat. Jadi harus
benar-benar dilakukan secara rapih , teratur dan damai.
TIDAK
PERLU DILARANG
Terlepas niat baik serta lalsan pak Jokowi saat itu yang
melarang takbir keliling , saya pikir tradisi ini harus tetap dijalankan,
apapun kondisinya. Tidak boleh dengan alasan dengan menghindari kecelakaan ,
takbir keliling kemudian dilarang.Pasalnya jika alasannya demikian maka kitapun
bisa melarang seorang yang berjalan dipinggir jalan raya karena takut kesruduk
motor atau mobil. Jadi, efek yang tidak terlalu besar jangan kemudian
menjadikan sebahalasan untuk melarang yang asal.
Atas dasar itulah, Wakil Sekjen MUI Tengku Zilkarnaen
merespon keras kebijkan Jokowi diatas. “Alasan pelarangan takbir keliling ini
sama saja pembangkangan terhadap ajaran islam. Kalu dilarang ini pengerdilan
agama Islam”. Ujarnya.
Menurut dia, takbir keliling termasuk salah satu sunnah
dalam ajaran islam. Karena perayaan malam lebaran tidak hanya sekedar dilakukan
di mushalla dan masjid bisa juga dilakukan di jalan demi syiar. Karena itu, ia
sangat keberatan kalau sampai dilarang.
Ia mengatakan, jika takbir hanya diizinkan dilakukan di
mushalla, sama saja polisi mengurung umat islam . Itu lantaran Islam sebagai
mayoritas agama masyarakat Indonesia tapi tidak lagi bebas disyiarkan. Tentu
hal ini menggelitiknya lantaran tidak adil jika gerak-geriknya kaum muslimin
malah dibatasi ketika menyambut perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Tengku mengingatkan, kepolisian hendaknya mencabut
larangan dengan takbir keliling. Kalau tidak, bisa muncul opini negative kalau
Polri melakukan pandang bulu dalam mengeluarkan kebijakan. Karena pada malam
tahun baru, seluruh masyarakat tumpah ruah kejalan malah tidak dilarang. Bahkan
Jokowi sampai ikut larut dalam perayaan tahun baru. Karena itu ia menilai aneh
ketika umat islam merayakan tahun baru Islam cenderung dibatasi, “Polri seperti
mengkrangkeng umat islam, tapi membiarkan umat lain bebas merayakan malam tahun
baru”, kritik Tengku.
Ia mengaku bisa memahami ada masyarakat yang berbuat
kurang baik ketika melakukan takbir keliling di jalan raya. Namun hal ini lebih
baik dikoordinasikan dengan ulama. Pengurus masjid maupun ketua RT/RW setempat.
Sehingga masyarkat yang ingin mengekspresikan perayaan pemyambutan Lebaran bisa
menjalankan dengan baik.
Dengan koordinasi yang baik dan langkah antisipatif ,
kata dia, segala hal yang negates yang muncu bisa ditangani dengan baik. Hal
itu sudah dicontohkan semasa Kepala Polda Metro Jaya Untung S Rajab yang mau
bekerjasama dengan seluruh komponen umat Islam. Sehingga pada masa itu tidak
ada larangan bagi kaum Muslimin yang ingin menggelar takbir keliling “Ibaratnya
kami ingin supaya tertib agar hal negative bisa diminimalisir, bukan dibeangus
seperti sekarang”, ujar Tengku.
BERSEMANGATLAH..!
Terlepas dari semua itu, takbiran (tidak harus keliling)
harus terus menggema di masjid atau mushalla. Ramaikan malamlebaran dengan gema
dan suara pengagungan Asma Allah, Allahu
Akhbar, Allahu akhbar, Allahu Akhbar walilahilhamd Jangan sampai asma-asma
Allah itu keselip atau terkubur dengan suara petasan atau mercon.
Bagi remaja, tergeraklah hati kalian untuk melangkah ke
masjid atau mushalla. Raih speaker dan dendangkanlah asma-asma Allah itu dengan
suara yang sedang (tidak harus berteriak). Kalau bisa remaja yang bersuara
merdu (qari) yang melakukannya. Meski bagaimanapun, seorang qari, akan lebih
enak didengar suaranya dibandingkan orang biasa.
Takbiran adalah sunnah Rasulullah saw. Jauh hari Rasul
pun menyuruh kita untuk bertakbir saat tiba hari Lebaran. Ibnu Abi Syaibah
meriwaytakan bahwa Nabi SAW keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau
bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sholat selesai.
Setelah menyelesaikan sholat, beliau menghentikan takbir (HR. Ibnu Abu Syaibah
dalam Mushannaf 5621).
Bahkan dalam Ayat suci Al-Quran Allah berfirman,
“…Hendaklah kamu mencukupkan bilangan puasa dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu” (QS.Al-Baqarah
:185).
Ayat diatas menganjurkan kita bertakbir ketika memasuki
Hari Raya, setelah puasa selesai . Karena itu gemakanlah masjid, mushalla dan
tempat-tempat lainnya untuk bertakbir. Untuk para remaja khususny, jadikanlah
malam Hari Raya ini sebagai momentum latihan sekaligus pembekalan mental
religious kalian.
Jangan ragu melangkah ke tempat-tempat ibadah untuk
melantunkan asma-asma Allah dalam bentuk takbiran. Jaga kebiasaan ini dan
hidupkan tradisi ini , meski tak harus dilakukan secara berkeliling. Jika tidak
dimulai dari masa remaja, kapan lagi..?. Semoga Hari Raya ini menjadi berkah
buat kita semua Amiiiiiin
( Berbagai Sumber
)