Blog Konten Islam: MEMILIH PEMIMPIN MERUJUK AL-QURAN & HADITS
Showing posts with label MEMILIH PEMIMPIN MERUJUK AL-QURAN & HADITS. Show all posts
Showing posts with label MEMILIH PEMIMPIN MERUJUK AL-QURAN & HADITS. Show all posts

Saturday 12 May 2018

MEMILIH PEMIMPIN MERUJUK AL-QURAN & HADITS

MEMILIH PEMIMPIN  MERUJUK AL-QURAN & HADITS


MEMILIH PEMIMPIN MERUJUK  AL-QURAN & HADITS  

“Kita diperintahkan untuk memilih yang terbaik dari yang baik, bahkan kita menghadapi persoalan yang sama jeleknya pun, islam tetap mendorong umatnya untuk memilih alternative yang alternative yang paling sedikit mafsadah (kerugian atau resistensinya) jika tidak dijumpai alternative yang lebih baik .”

Ke Dasbor "RAHASIA ILLAHI 1"
Hidup memang selalu dihadapkan pada banyak pilihan , terkadang pilihan yang dihadapi sesuai dengan harapan, namun sering kali pilihan yang dijumpai tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada saat inilah seseorang akan mengalami kekecewaan dan kebimbangan yang mengantarnya untuk tidak memilih. Akibatnya, tidak sedikit orang menghindar dan mengelak dari pilihan yang dihadapinya dan sikapnya itu justru dianggap sebagai sebuah pilihan.

Dalam terminolgi agama, menentukan pilihan sering disebut dengan Ikhtiar atau Al-Khiya. Kedua istilah ini berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata Khair yang secara semantic berarti baik ini menunjukkan bahwa kata Ikhtiar atau Khiyar berarti berusaha, memilih sesuatu yang ter-baik. Istilah ini sering kali kita jumpai dalam redaksi ayat maupun Hadits Nabi Muhammad saw. Bahkan didalam Al-Quran, kata Khair yang merupakan akar kata dari dua istilah tersebut sering kali dijadikan sebagai kata pembanding dari sesuatu yang jelek atau negative.

Secara Filosofi, hal ini menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat dikatakan telah melakukan Ikhtiar (berusaha) secara maksimal dan sempurna apabila sesuatu yang menjadi pilihannya itu bukanlah pilihan yang terbaik. Ikhtiar seharusnya memiliki makna pilihan atau usaha terbaik seseorang sebagaimana yang dituntut dalam redaksi ayat maupun hadits nabi.

Namun, Ironisnya, dalam bahasa percakapan kita sehari-hari Ikhtiar atau khiyar sering disinonimkan dengan kata berusaha , bekerja, berbuat, atau melakukan sesuatu yang tidak terkait pada makna usaha yang baik (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia). Hal ini berbeda denga pengertian semantic yang dikandung oleh kata Ikhtiar dan Khiyar.
Pada saat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden atau Pemilihan Kepala Daerah dan Wakilnya atau yang sejenisnya, Kewjiban Ikhtiar kita (dalam pengertian yang sesungguhnya) benar-benar akan teruji. Pada saat inilah akan terbukti apakah kita mampu menentukan pilihan sesuai dengan arti terminology Ikhtiar tersebut ataukah tidak. Apkah kita menentukan pilihan hanya berdasarkan emosi, kepentingan pribadi, golongan atau keuntungan sesaat (money politic) dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang dan masyarakat umum.

Pertanyaan ini menjadi sangat penting untuk dijawab dalam bentuk tindakan nyata ketika kita dihadapkan dengan pilihan yang sangat beragam.

Pada saat idealisme terbentur dengan realitas, dimana antara pilihan yang dihadapi tidak sesuai dengan harapan yang dicita-citakan, maka banyak orang yang mendengungkan sebuah “Pilihan Alterntif” yaitu golput ( golongan putih). Golongan ini menggunakan Justifikasi bahwa memilih merupakan hak dan bukan kewajiban. Dengan demikian , seseorang bebas untuk tidak memilih sebagai pengejahwatahan hak pribadinya. Lalu bagaimanakah Fuqaha ‘ (ulama’ Islam) memandang persoalan diatas!.

Hal ini penting untuk dikemukakan, karena islam tidak hanya mengatur persoalan ibadah (mahdhah), yaitu hubungan Vertical antara seseorang hamba dengan Tuhannya , maupun hubungan Horizontal antara sesama sebatas hubungan muamalah yang berimplikasi pada persoalan hokum semata, tetapi lebih jauh dari itu , silam juga membicarakan tentang persoalan kepemimpinan (imamah) baik dalam runag lingkup yang kecil (kelompok) maupun dalam rang lingkup besar (Negara).

Dalam Khazanah fiqih Islam , memilih alternative yang terbaik (ikhtiar) dianggap sebagai sebuah keharusan. Karena itulah, dalam menghadapi setiap persoalan yang berimplikasi hukum, baik menyangkut (keselamatan) pribadi maupun orang banyak , terlebih lagi dalam masalah kepemimpinan, islam tetap mendorong umatnya untuk menentukan piihan dalam keadaan dan kondisi apapun juga.

Kita diperintahkan untuk memilih yang terbaik, dari yang baik. Bahkan dalam menghadapi persoalan yang sama jeleknya pun, Islam tetap mendorong umatnya untuk memilih alternative yang paling sedikit mafsadah (kerugian atau resistensinya) jika tidak dijumpai alternative yang lebih baik lagi. Dalam Islam kita tidak diperbolehkan untuk lepas tangan atau tidak melakukan Ikhtiar dalam persolan yang sedang dihadapi. Sebab dalam fiqih Islam, kita mendapatkan beberapa kaidah fiqhiyah yang menjelaskan persoalan tersebut, di antaranya adalah :

“Apabila dua mafsadah (bahaya atau unsur negative) terdapat dalam suatu persoalan, makaharus dijaga Mafsadah (unsure negative) yang paling besar dengan memilih sesuatu yang paling kecil unsur negativnya “.

Memang idealisme tidak selalu sejalan dengan realita, seringkali idealisme hanya tinggal harapan tanpa ujung dan terbentur oleh tembok penghalang yang bernama utopia.Memilih pemimpin ideal seperti harapan banyak orang hampir merupakan sesuatu yang sangat mustahil untuk saat ini. Namun, realitas memacam ini tidak seharusnya membuat seseorang lantas patah semangat dan meninggalkan idealismenya dengan tidak berbuat sesuatu.

Dalam kaidah fiqih yang sangat populer dikatakan, “Sesuatu yang tidak bisa digapai seluruhnya, jangan ditinggalkan semuanya:. Jadi dalam tinjauan fiqih, Golput atau tidak memilih bukanlah suatu tindakan yang bijaksana dan bertanggungjawab terlebih lagi dengan sikap Golput yang dilakukan seseorang yang cukup berpendidikan tersebut membuka peluang terpilihnya seseorang atau kelompok lain yang memiliki resistensi atau nilai negative yang jauh lebih besar karena dukungan pemilih yang irrasional yang mengedepankan Fanatisme buta (taqlid), baik karena ketokohan maupun nasab (keturunan) seseorang tanpa mempertimbangkan integritas kepribadian dan kapabilitasnya.

Apalagi , jika kebijakan pemerintah terpilih (karena dukungan pemilih irrasional) tersebut dapat merugikan islam dan kepentingan umatnya. Bila hal semacam ini terjadi, berarti seseorang telah mengabaikan kewajibannya yang mengakibatkan munculnya mafsadah (akibat negative) yang jauh lebih besar.

Saat ini kita bisa memilih secara langsung dan bukan seperti membeli kucing dalam karung seperti tradisi-tradisi pemilihan umum (pemilu) sebelumnya. Inovasi semacam ini memang belum bisa dikatakan ideal dan masih memiliki banyak kekurangan-kekurangan, namun inilah realita yang harus kita hadapi nanti dan akan menjadi sebuah pilihan(Ikhtiar / Khiyar) bersama. Kekurangan yang ada hendaknya kita hadapi dengan arif dan bijaksana sebagai sebuah keniscayaan yang selalu ada sambil tetap melakukan Ikhtiar dan inovasi menuju kearah yang lebih baik.

Dengan melaksanakan perintah Ikhtiar atau Khiyar ini, maka setidaknya seseorang telah berusaha menentukan pilihan yang terbaik dari sekian alternative yang ada. Ia telah berusaha melakukan amanat kepada orang yang lebih tepat dibandingkan dengan yang lain seraya tetap melakukan ijtihad politik untuk menemukan formulasi yang lebih tepat dan Ideal.

Hal ini dilakukan dalam rangka meng-Aplikasikan perintah Allah swt dan Rasul-Nya untuk selalu melakukan inovasi dan pilihan terbaik demi kemaslahatan pribadi dan orang lain, sekaligus untuk memilih Calon Pemimpin (bangsa/Daerah/yang sejenisnya) yang lebih amanah seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran & Hadits.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang lebih berhak menerimannya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Pendengar lagi Maha Melihat “. (QS. An-Nisa : 58).

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 13 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...