JENAZAH TAK DIMAKAMKAN
&
KYAI MISTERIUS
“ Seharusnya
kalian berterima kasih kepada almarhum. Seandainya dia tidak berda di tengah
kalian, mungkin azab sudah menimpa kalia.“
Kampung
itu begitu indah. Rumah –rumah yang sederhana berdiri diatas lahannya menyatu
dengan rerimbunan pohon.Sejumlah burung-burung melompat-lompat diatas ranting
pohon semakin menambah indah kampung itu di pagi hari.
Ke DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"
Ke DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"
Sejauh mata memandang,
tampak lanskap hijau membentang bagai sebuah lukisan dengan background yang
tersamar karena kabut nampak mempesona. Namun ketika pagi beranjak dari
tempatnya, bukan lagi rasa hangat yang tercipta, tetapi berubah panas yang
tidak hanya terasa di luar, namun dihati. Apa pasalnya..?
Begini kisahnya: …………….
“Sudahlah, jangan jangan
pikirkan cibiran orang-orang, kita kita lanjutkan permainan yan kemarin. Aku
sudah kalah banyak!. Ucap seorang lelaki berambut gimbal agak gondrong. Dia
bernama Kimin (bukan nama sebenarnya)
“Siapa takut, siang ini uit
dikantong kamu pasti bkal terkuras lagi min “. Timpal lelaki bernama Bono.
“Kamu gak takut bangkrut, Min..?
Tanya Redi, “Eh, kok Warginto belum juga, kemana dia..?.
“Aaaa….. bentar lagi juga
datang. Ayo cepat kita mulai..!. Kimin sudah tak sabar. Ia bersila dibale-bale
setelah melempar kartu.
Dua teman judinya langsung
duduk ditempat masing-masing. Redi segera mengocok kartu dan
membagi-bagikannya. Dan pada saat itulah Warginto datang.
“Tuh barusan diomongin nongol
juga, ucap Kimim melihat kedatangan Warginto”. “Ayao kocok lagi Red!”. Perintah
Redi. Redi langsung menarik kembali kartu-kartu yang sudah dibagikan , kemudian
mengocok ulang dan membagi-bagikan lagi seperti semula.
Perjudianpun dimulai. Empat
orang lelaki, ditambah beberapa orang menonton, membuat suasan menjadi seru dan
panas, apalgi diselingi ribut-ribut kecil para penjudi karena saling mengolok
dan, candaan yang sedikit mengejek. Namun suasana tetap cair dan tak berembang
menjadi perkelahian.
Ketegangan, juga suasana
bersitegang kerap terjadi. Mereka merasa panas karena kalah, merasapanas juga
karena disangka curang. Keadaan seperti itu membuat penjudi panas, sepanas hati
warga yang menyaksikan kemaksiatan yang berlangsung terus- menerus dikampungnya.
Pernah seorang warga menegur
kebiasaan buruk mereka , namun imbasnya warga bersangkutan malah kena
kebrutalan dan dihajar oleh para penjudi tersebut. Terutama oleh si Gimbal yang
dianggap juwara kampung tersebut.
Baca Juga >>>"Baru ditutup PAPAN JENAZAH DIRUBUNGI SEMUT"
Baca Juga >>>"Baru ditutup PAPAN JENAZAH DIRUBUNGI SEMUT"
“Urus dirimu sendiri, jangan
usik kesengan orang “. Begitu gerutu Kimin setelah menghajar orang yang berani
menegur si penjudi tersebut. Setelah itu tak ada satupun warga yang berani
menegur kebiasaan buruk mereka. Di antara lelaki yang bersenang berjudi barang
kali, Cuma Warginto saja yang terlihat lebih tenang dari yang lainnya. Dia
lebih banyak diam daripada ribut-ribut seperti teman-temannya yang lain.
Namun bagi warga kampung,
Warginto sama saja dengan rekan judi yang lain. Seorang lelaki yang ikut
membuat kampung menjadi terasa panas, bahkan tercemar namanya. Karena perjudian
yang mereka lakukan secara terang-terangan, membuat warga lain yang ingin
mendapatkan uang secara cepat tanpa bekerja , melakukan hal yang sama.
Mereka menciptakan perjudian
di sudut-sudut kampung yang lain, maka merajalelalah perjudian di kampung itu.
Dana terasa panaslah hati penduduk terutama bagi para istri yang suaminya
menjadi ikut-ikutan bermain judi seperti yang lainnya.
WAFAT..?
Denyut nadi kampung itu
beriringan dengan denyut hati yang terbakar kemarahan. Bagi warga yang memegang
syariat islam, mereka menjadi tak betah tinggal di kampung yang menjadi meriah
karena perjudian.
Namun tak kuasa menjauh
karena tak memiliki tempat tinggal lain. Mereka hanya bisa berdoa dan berharap
para penjudi yang membuat panas kampung menjauh dan pergi kebiasaan bruknya
tersebut. Kiranya harapan itu terkabul ketika tersiar kabar salah seorang
penjudi itu menemui ajalnya Dia adalah Warginto..! si penjudi yang dikenal
lebih pendiam dan tak banyak bicara dan tak mau ribut-ribut saaat bermain judi
dengan para teman-teman penjudinya.
Wafatnya Warginto cukup
mengejutkan teman-teman sesama penjudidi kampung itu. Mungkin karena terkejut
itu , atau karena hal lain , para penjudi itu tak seorangpun yang bertakziah
kerumah Warginto. Begitu juga halnya dengan penduduk kampung lainnya.
Keadaan seperti ini membuat
istri Warginto semakin meras berduka. Tak ada seorang pun warga kampung atau
teman-teman Warginto yang mau mengurus jenazah suaminya , kecuali hanya family yang
masih bersimpati, itupun tidak cukup layak jika harus menggali , mengusung dan
mengurus keperluan lainnya.
Istri Warginto nyaris putus
asa ketika hari semakin siang. Rumah duka yang selayaknya ramai dikunjungi para
pentakziah justru sebaliknya malah sepi dari pelayat atau pentakziah. Dalam
keputus asaannya dan dalam linangan air mata kesedihan , tak ada cara lain yang
harus dilakukanya, kecuali memohon pertolongan Allah swt, Zat Yang Maha Kuasa
atas segala-galanya.
Linangan air mata istri
Warginto terus seiring dengan doa yang berpadu dengan sedu-sedan pilu. Suasan
di rumah almarhum pun semakin sendu.
Sang Kyai Misterius..?
Meski siang semain tinggi,
Rumah duka Warginto tetap sepi. Akhirnya dengan orang-orang yang seadanya ,
jenazah Warginto diusung ke pemakaman, disaksikan oleh warga yang sepertinya
memasabodohkan saja.
“Penjui itu akhirnya mati
juga. Tahu rasa..!. gerutu salah satu orang warga. Para pengusung jenazah yang
terdiri dari family Warginto mencoba takpeduli meski hati panas mereka karena
cibiran orang-orang kampung dan aksi mereka yang tak mau ikut menguburkan
jenazah Warginto.
Ketika keranda tiba dimuka lubang
kuburan dan diletakkan diatasnya yang masih basah oleh galian tanah baru.
Kesedihan yang mendalam yang melanda istri Warginto semakin bertambah. Siapa
yang harus turun keliang kubur..?. Siapa yang harus menyerahkan dari atas..?
Oh…kebingungan kemudian
terjadi untuk kesekian kalinya pada istri Warginto. Namun, sungguh tak disangka
, dari tukungan jalan yang dibatasi pohon-pohon besar , serombongan orang-orang
muncul , mereka berpakaian ala santri yang dipimpin oleh seorang lelaki berusia
sekitar enampuluhan tahun. Mungkin dia itu sang Kyai..?
Kemunculan sang Kyai dan
murid-muridnya membuat warga kampung terkejut , juga par penjudi yang diam-diam
menyaksikan dari kejauhan. Keberadaan sang Kyai membuat semua yang ada disitu
tergerak untuk mendekat ke area pemakaman. Mereka berkumpul tak jauh dari sang
Kyai yang pada saat itu langsung member wejangan.
“Mengapa kalian membiarkan
saja jenazah baik ini..?”. Seharusnya kalian segera mengurus jenazahnya,
memakamkannya “. Tutur Sang Kyai dengan lemah lembut. Semua warga bungkam
seribu bahasa. Meski mungkin ada yang menyanggah dalam hati.
“Setiap kali berjudi kok
dibilang baik..!...Baik apanya..?.
Sang Kyai memandangi
wajah-wajah penduduk kampung yang tertunduk, “Seharusnya kalian berterima kasih
pada almarhum. Seandainya dia tidak ada berada ditengah kalian , mungkin azab
sudah menimpa kalian semua, mungkinkampung ini sudah luluh lantah dihempas
bencana alam.
Seluruh warga yang berada
dipemakaman itu terhenyak kaget. Mereka semakin penasaran dengan apa yang
diucapkan oleh Sang Kyai tentang sosok Warginto dengan sejuta pertanyaan.
Sebenarnya rahasia apa yang
ada pada warginto..?. Kalau dilihat secara kasat mata dia adalah juga seorang
yang tidak baik melainkan seorang penjudi yang membuat warga penduduk menjadi panas dan resah
seperti teman-teman penjudi yang ainnya.
Tapi dengan ucapan sang Kyai
yang cenderung menganggap sosok Warginto adalah sebagai penyelamat kampung
warga lebih memilih diam dan mendengarkan penuturan Kyai selanjutnya dengan
kepala tertunduk.
Warga dibuat penasaran,
kaget dan tercenggang lagi setelah Sang Kyai mengatakan kalau keberadaan almarhum ditengah
perjudian itu sesungguhnya untuk menyelamatkan mereka dari azab .
Kemudian Sang Kyai
menjelaskan bahwa, Warginto selalu berdzikir dan memohon ampunan Allah meski
berada ditengah perjudian yang menyesatkan itu. Penduduk kampung dan para
penjudi seketika menangis. Mereka sungguh menyesal apa yang telah mereka
perbuat selama ini. Tentu tersirat dari wajah-wajah mereka dan kemudian
terlihat dari perubahan pola hidup mereka sehari-hari yang sudah meninggalkan
judi dan menggantinya dengan usaha-usaha yang benar.
Lalu siapakah Sang Kyai Arif
itu….?. Ternyata dia adalah seorang ulama’ yang tawadhu’ , yang sesungguhnya
sudah berpulang ke rahmatullah, jauh sebelum wafatnya Warginto.
Pelajaran yang dapat dipetik
dari kisah diatas adalah jangan melihat seseorang itu dari Casing luarnya saja,
dan jangan mudah memvonis perbuatan seseorang kalau kita tidak tahu apa yang sebenarnya
sedang terjadi. Tidak kita pungkiri kita sebagai manusia biasa banyak mempunyai
keterbatasan dan kalau Allah berkehendak qun Fayakun Jadi maka jadilah dan
tidak ada sesuatupun didunia ini yang tidak mungkin kalau Alllah swt sudah
berkehendak.
Wallahu a’lam bis-shawab
( dikutip dari Majalah Hidayah )
( dikutip dari Majalah Hidayah )