MENIRU
ALI bin ABI THALIB
SOSOK FIGURE YANG SANGAT SEDERHANA
Saat momen-momen keprihatinan menyergap
anda, ada baiknya kita bercermin kepada
Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Kemanakah kita layak bercermin saat kemiskinan
begitu menjerat ?
Kemanakah kita berkaca saat iman mulai goyah karena diterpa
keterpurukkan hidup..?. Ali bin Abu Thalib ya, Khalifah yang paling “bungsu”
dan muda itulah barang kali kita bisaberguru.
Dia menantu yang sejak menikahi putri Rasulullah saw, Fatimah, hanya
berbekal baju zirah : sebuah baju perang dari besi yang kemudian di jual dan
dijadikan mahar untuk meminang putri kesayangan Nabi Muhammad saw.
Baca juga>>>"Kisah setelah pengangkatan Nabi Isa as"
Baca juga>>>"Kisah setelah pengangkatan Nabi Isa as"
Kita tahu, saat itu sejarah mencatat betapa banyak para sahabat yang
kaya raya ingin sekali menjadi mempelai pria Fatimah. Abu Bakar bin Shidduq ra, Umar bin Khattab ra. Utsman bin Affan ra. Dan
Abdurrahman bin Auf adalah para
sahabat yang pernah mengutarakan niatnya meminang Fatimah. Tapi Nabi menolak
mereka.
Dan Ali lah sang pemenangnya. Rahasianya hanya satu : iman yang kokoh,
Ia bermodalkan cinta kepada Allah, Rasulullah dan islam. Bukan harta melimpah,
bukan juga kilauan dunia yang menggoda.
Syahdan, rumah tangga Ali dan Fatimah masyur dihiasi dengan berbagai
kisah yang menggetarkan hati. Bayangkan, suatu hari seorang putri kinasih Rasul
harus rela menahan lapar karena suaminya yang tidak mampu menafkahinya.
Baca Juga "Muhammad Natsir Pejuang sejati Idiologi Islam "
Baca Juga "Muhammad Natsir Pejuang sejati Idiologi Islam "
“Bagaimana keadaanmu nak..? tanya Rasul saat mengunjungi
Fatimah yang sedang sakit di rumahnya. “ Kepalaku sakit, bertambah sakit karena
aku belum makan , tidak ada makanan yang dapat aku makan”.
Rintih Fatimah kepada ayahnya, lalu tahukah anda jawaban
Rasul…?
Apakah Ia menyalahkan Ali yang tak mampu memberikan
anaknya makanan..?.
“ Berbahagialah engkau. Engkaulah pemimpin seluruh
wanita di dunia “, demikianlah jawab Nabi. Dia tidak murka kepada Ali, karena
Ia sejatinya memang tahu bahwa hidup Ali begitu sederhana dan memprihatinkan.
Beliau tahu kalau menantunya itu seringkali mengorbankan
diri demi orang lain yang juga kelaparan dan miskin. Beliau tahu bahwa Ali
adalah suami terbaik yang diridhai Allah dengan cahaya iman yang begitu
meneduhkan.
“Anakku, ayah dan suamimu tidak miskin, aku telah
ditawari harta dunia tapi aku memilih apa yang ada pada Tuhanku. Anakku ,
sesungguhnya Allah telah melihat ke bumi lalu ia memilih ayahmu dan suamimu.
Anakku sebaik-baiknya suami adalah suamimu, “ begitulah
Nabi meyakinkan Fatimah saat wanita-waniat Quraisy mengunjungi ihwal suaminya
yang serba kekurangan.
Ada baiknya pula jika kita tengok sebuah hadits yang
pernah termaktub dalam Kitab Usfuriah.
Dikisahkan begini :
Sai’id bin Musayyab menceritakan tentang kondisi Khalifah Ali bin Abi Thalib. Suatu
hari, Ali keluar dari rumahnya dan bertemu dengan Salman Al-Farisi.
“ Apa kabar, Abu
Abdillah ( nama panggilan Salman Al-Faisi ) tanya Ali .
“ kabar saya, wahai amirul mukminin, menyangkut empat
keprihatinan”. Jawab Salman”.
“Keprihatinan tentang apa..? semoga Allah merahmatimu..”
“ Keprihatinan keluarga yang selalu membutuhkan roti :
keprihatinan sebagai hamba yang harus taat kepada Allah : keprihatinan kepada
setan, yang selalu mengajak maksiat, dan keprihatinan terhadap malaikat maut
yang akan mencabut roh saya”.
“Bergembirlah Abu Abdillah” ujar Ali, “ pada setiap hal
yang tadi itu, engaku memiliki derajat “. Ali lalu bercerita ;
Suatu hari, aku datang kepada Rasulullah dan beliau bertanya kepadaku: “
apa kabarmu pagi ini Ali..? ”.
“ Rasulullah saya sudah tak memiliki apa-apa lagi di rumah kecuai air.
Ini memprihatinkan saya. Lalu saya prihatin kepada ketaatan saya sebagai hamba
Allah. Kemudian keprihatinan akan semua akibat perbuatan yang saya lakukan ,
dan keprihatinan akan datangnya akan datngnya malaikat maut demikian jawabku.
Nabi lalu berkata “
Bergembiralah Ali Sesungguhnya keprihatinan itu merupakan tabir perlindungan
dari neraka. Keprihatinan terhadap ketaatan seorang hamba ciptaannya adalah
pengamannya dariazab.
Keprihatinan terhadap kelakuan sendiri adalah jihad dan
melebihi keutamaan ibadah 60 tahun. Sedang kerihatinan terhadap malaikat maut
adalah penghapus dosa-dosa”.
“Ketahuilah Ali, “ imbuh nabi lagi “ keprihatinanmu itu tidak
mempengaruhi rezekimu tetapi memberimu pahala. Karena itu bersyukurlah kepada
Allah, dan jadilah orang tawakal, niscahya kau akan menjadi kekasih Allah “.
“ Dengan apa saya bersyukur..?”. tanyaku kepada Rasulullah. “ Dengan
islam jawab Nabi.
“ Dengan apa saya taat kepada Allah..?.
“ Dengan mngucapkan La haulawala Quwwata illa billahil’ Aliyyil azhim “.
“ Lalu apa yang harus saya singirkan..?”.
“ Amarahmu” jawab Nabi “ Menyingkiri rasa amarah akan memadamkan amarah
Tuhan. Juga memberatkan timbangan amalmu serta menuntunmu ke surga.
Salma Al-Farisi lalu berkata “ Saya sangat rihatin akan hal itu, terutama
yang menyangkut soal keluarga “.
Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda “ Barang siapa yang tak pernah
memprihatinkan keluarganya, Ia tak memiliki bagian di surge sahut Ali “.
LAlu Salman menyergah, “ Bukankah Nabi pernah bersabda “ Seorang pengasuh
keluarga Tak akan bahagia selama-lamanya ?“.
Ali menjawab “ Bukan begitu maksudnya. Jika pekerjaan halal tentunya kau
bahagia, Salman surge disiapkan untuk mereka yan prihatin dan sedih dalam
mencari yang halal.”
Demikianlah tips menyikapi hidup saat seseorang dilanda keprihatinan yang
diajarkan Nabi kepada Imam Ali bin Abi Thalib.
Kita semua tahu bahwa bertahan hidup dizaman sekarang ini sungguh berat.
Pekerjaan yang langka kebutuhan hidup yang biaya nya kian melambung. Semua itu
kerap membuat seseorang memilih jalan yang tidak diridhai Allah ; mengais
rejeki dengan cara-cara yang tidak baik dan haram.
Nah, saat-saat momen keprihatinan menyergap anda ada baiknya kita
bercermin kepada pesan Khalifah Ali bin Abi Thalib tersebut. Bahwa ujian hidup
yang memprihatinkan itu kelak, akan mengantarkan seorang hamba pada surge-Nya.
Sebab, kita mafhum, betapa ujian kekurangan, kemiskinan, keprihatinan dan
kawan-kawannya adalah ujian yang kerap menggelincirkan seseorang kepada
kekufuran. Tentu kita semua tak ingin termasuk didalamnya bukan…? Semoga
Amiiin.
(Sumber acuan ; Fatimah, The True Story of Muhammad and Khadijah’s
Beloved Daughter dan kKitab Usufuriah ,
Kisah-kisah Hikmah Dari Lektur Pesantren [ Pustaka Firdaus , Jakarta 1993]
{Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com
17 April, 2018}