Blog Konten Islam: TALI & AIR ZAM-ZAM YANG MENYELAMATKAN
Showing posts with label TALI & AIR ZAM-ZAM YANG MENYELAMATKAN. Show all posts
Showing posts with label TALI & AIR ZAM-ZAM YANG MENYELAMATKAN. Show all posts

Saturday 7 July 2018

KAMERA, TALI & AIR ZAM-ZAM YANG MENYELAMATKAN

KAMERA, TALI & AIR ZAM-ZAM  YANG MENYELAMATKAN

DASBOR "RAHASIA ILLAHI 2"

KAMERA, TALI & AIR ZAM-ZAM
YANG MENYELAMATKAN

“ Kamera, tali & air zam-zam adalah barang-barang yang telah mengingatkan perjalanan haji lelaki itu agar tak melenceng “.

Aku merasa ibadah haji itu merupakan serangkaian ibadah panjang yang harus dilakukan secara total dan ikhlas , jujur dan penuh keyakinan. Rangkaian ibadah seperti thawaf, sa’I, melontar jumrah dan lain sebagainya harus dijalani dengan kemantapan hati. Sehingga proses ibadah yang sacral itu menemui kekhusyu’an dan menuai haji mabrur yang menjadi dambaan utama setiap orang yang menunaikan haji.

Baca Juga "Akhir Kisah Sang Durhaka"

Aku sendiri, sejak jauh-jauh hari, sudah mempersiapkan kemantapan dan keyakinan hati. Aku berkeyakinan dapat melaksanakan dan menjalankan ibadah ini secara totallitas , tanpa dicekoki urusan – urusan duniawi, sebab menurutku, haji adalah ibadah ukhrawi, hingga segala urusan keduniaan harus dikesampingkan beberapa saat.

Tapi, nyatanya, inilah keterbatasan hamba Allah swt yang dhaif, hamba yang tak terlepas dari khilaf dam alpa. Segala urusan duniawi yang seharusnya tersingkir namun, tetap terbawa dalam hajiku. Beberapa kejadian yang kualami di Tanah Suci adalah bukti kedhaifanku. Inilah kisah hajiku. 

THAWAF SELAMAT DATANG.
Saat thawaf , pemimpin rombongan sudah mengingatkanku jika langkah kaki sudah tergerak menuju rangkaian ibadah ini, maka mantapkan hati, jangan pernah menoleh kekiri, kekanan, apalagi ke belakang. Dan aku melanggar itu.

Hatiku tidak mantap. Ditengah jamaah yang siap menjalankan thawaf kudum (thawaf selamat tinggal) , aku teringat sebuah kamera yang kupersiapkan untuk mengabadikan perjalanan ini. Pada saat itulah muncul kebimbangan hati ; Dan akhirnya , aku kembali kepenginapan untuk menyimpan kamera yang terbawa.

Tanpa pertimbangan matang, karena merasa sayang jika kameraku harus disita askar, langkahkupun berbalik mundur. Aku berpikir akan dengan cepat menyimpan kamera ditempatnya, kemudian kembali lagi ketengah rombongan sebelum thawaf selamat datang itu dijalani. Namun apa yang aku alami kemudian adalah sesuatu yang tidak pernah aku pahami. Kupikir aku akan mudah kembali ke penginapan, tapi nyatanya penginapan itu begitu sulit aku temukan. Aku sangat yakin, aku cukup hafal letak penginapan itu, tapi setelah berputar –putar mencarinya, penginapan itu tak juga au temukan.

Baca Juga "Kisah Jamaah Haji Terkunci di Kamar Mandi"

“Lebih baik aku kembali ketengah rombongan”, itu rencanaku yang terselip ditengah keputus asaan mencari penginapan. Namun, apa yang terjadi saat merealisasikan rencanaku itu..?. Rombongan sudah tak lagi ada di tempat , aku tertinggal jamaah yang lain. Hanya karena kamera, aku tidak bisa melakukan thawaf kudum bersama rombongan.

MISTERI SeUTAS TALI.
Di Tanah Air , seutas tali barang kali menjadi sebuah barang yang tidak begitu bernilai. Kita dapat menemukannya di sembarang tempat dan dapat menggunakannya semaunya, tanpa ada resiko yang menyertai.

Namun, di Tanah Suci sesuatu yang bukan milik kita adalah sesuatu yang terlarang untuk digunakan, meskipun sesuatu baran itu barang yang sudah tak terpakai.Pada saat itu aku tengah membutuhkan seutas tali untuk mengikat sebuah kardus yang hendak kubawa kesuatu tempat dan aku tak memiliki tali. Aku mencoba meminta kepada jamaah yang lain, namun mereka juga tak memiliki.

AKhirnya aku berusaha mendapatkan tali keruang seblah, namun ruangan itu telah kosong ditinggalkan penghuninya. Tak ada siapapun disit, juga barang-barang mereka yang tertinggal hanya seutas tali.

Ya, ya seutas tali yang sangat aku butuhkan. Tanpa perpikir panjang segera kuambil seutas tali yang sudah tidak terpakai itu untuk mengikat kardus. Namun apa yang terjadi setelah itu.

Kemana saja seutas tali yang mengikat kardus itu kubawa, tercium olehku bau busuk yang cukup menusuk hidung. Aku merasa sangat tergganngu oleh bau busuk itu, begitu juga dengan jamaah lain Akhirnya aku berusaha mencari sumber bau busuk tersebut agar bisa aku singkirkan. Namun, meski terus berusaha, sumber bau itu tak juga kunjung aku temukan.

AKu sempat berpikir, pertanda apakah itu..?. Apakah aku telah melakukan kesalahan..?. AKupun terus berinteropeksi . Lelah memikirkan asal bau busuk itu, akupun duduk didekat kardus yang kuikat dengan seutas tali yang kudapat dari ruangan sebelah tadi. Pada saat itulah tercium bau busuk yang sangat kuat dan kuperkirakan bersumber dari kardus yang kubawa. “Apakah sumber bau berasal dari kardusku..?”, batinku terus berusik.

Rasa penasaran membuatku menarik kardus itu dan membuka ikatannya, saat akau menarik ikatan itu agak tinggi, bau yang semakin kuat tercium dan kurasakan bersumber dari seutas tali itu.

“Astagfirullahal adzim. Jadi seutas tali inikah yang menjadi sumber bau busuk itu..?. Batinku. Kemudian kusadari kealpaanku bahwa aku telah menggunkan barang yang bukan hakku untuk menggunakannya. Berkali-kali aku beristigfar dan memohon ampun. Aku juga memohon keikhlasan keikhlasan pemilik tali ini.

Sungguh Allah-lah sebenar-benarnya zat Yang Maha Sempurna , Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Setelah beristigfar berulang-ulang dan memohon ampunan –Nya bau busuk itu pergi entah kemana..?.

Air Zam-Zam.
Setelah rangkaian ibadah haji selesai , sudah menjadi kebiasaan jamaah untuk mendapatkan air zam-zam untuk oleh-oleh keluarga dan handai taulan di Tanah air. Aku juga melakukan hal yang sama. Yang membedakan ; Aku berkeputusan didalam hati untuk membawa air zam-zam lebih dari lima liter. Ya lima liter air zam-zam bagiku sudah cukup. Aku sudah membayangkan , jika membawanya dalam jumlah lebih, pasti cukup kesulitan.

Namun, pada praktiknya, saat aku ikut mengambil air zam-zam itu, jumlah yang aku dapatkan melebihi jumlah yang kuingini, mungkin mencapai 10 liter dan aku menerima saja apa yang aku dapat. Dan air zam-zam dalam jirigen (tempat air) itu kutitipkan bersama-sama jirigen jamaah lain untuk dibawa ke penginapan.

Dalam perjalanan menuju penginapan, tersiar kabar bahwa ada beberapa jirigen air zam-zam yang pecah dan isinya tumpah  tanpa sisa. Atas kejadian itu, aku tak menduga bahwa jirigen itu adalah miliku. Dugaanku meleset. Air zam-zam yang tumpah berceceran itu adalah milikku. Aku hanya pasrah dan menerima jika harus kembali ketanah air tanpa berbekal air zam-zam.

Lagi-lagi pembuktian bahwa manusia hanya bisa merencanakan, namun hanya Allah lah Yang Maha Kuasa. Ditengah kerelaan harus pulang tanpa membawa air zam-zam, saat itulah ketua rombongan datang dan memintanya untuk mampir keruangannya guna mengambil air zam-zam sebagai pengganti air zam-zam ku tadi yang tumpah dijalan.

Tentu saja aku bersyukur dan lagi-lagi memperkirakan kalau pengganti iar zam-zam itu juga berjumlah 10 liter sesuai dengan jumlah air zam-zam yang tumpah tadi. Namun, perkiraanku kembali salah. Kepala rombongan mengganti air zam-zam itu hanya 5 liter.

“Allahu Akhbar!”, Aku segera memuji kebesaran Zat Yang Maha Besar. Zat Yang Maha Mengetahui apapun yang tersirat dihati hamba-Nya. Sejak awal yang tersirat dihatiku hanya ingin membawa 5 liter air zam-zam. Dan yang tersirat itu menjadi nyata, setelah ketua rombongan mengganti air zam-zam yang tumpah dengan jumlah 5 liter. Subhanallah …!
(Kisah Haji ini sebagaimana dituturkan H. Abd Rachman Agus kepada Hidayah. Jazakumullah)

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 8 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...