Blog Konten Islam: TUMBUH BULU DAN EKOR SAAT SAKARATUL MAUT
Showing posts with label TUMBUH BULU DAN EKOR SAAT SAKARATUL MAUT. Show all posts
Showing posts with label TUMBUH BULU DAN EKOR SAAT SAKARATUL MAUT. Show all posts

Sunday 15 April 2018

TUMBUH BULU DAN EKOR SAAT SAKARATUL MAUT

TUMBUH BULU  DAN EKOR SAAT SAKARATUL MAUT
TUMBUH BULU DAN EKOR
SAAT SAKARATUL MAUT

 “ Perlahan-lahan, , bagian muka, tangan dan badannya bermunculan bulu-bulu halus. Semakin lama, bulu-bulu itu semakin banyak dan lebat“

Himpitan yang mendera kadang mebuat sebagian banyak orang kehilangan akal sehatnya. Mereka sudah tidak bisa lagi pasrah dan berserah diri kepada Tuhan atas cobaan-Nya.

Apalagi kerja keras yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun tidak membuahkan hasil seperti apa yang diharapakan dan tidak membawa perubahan yang berarti secara ekonomi.

Tidak, jarang dan banyak manusia yang tak tahu terima kasih yang akhirnya menyalahkan Tuhan karena manakdirkan hidup dalam kemiskinan. Kondisi demikian tentunya sangat membahayakan, terlebih iman yang menjadi benteng terakhir manusia sudah tergadaikan.

Dengan bujuk rayu setan yang memberikan berbagai tawaran yang menggiurkan di dunia dan hakekatnya sebuah tawaran yang sangat menjauhkan kita dari Allah dan sangat menyesatkan yang pada akhirnya merugikan kita di akhirat.    

Cerita dibawah ini contohnya. Seorang petani yang tidak sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan Tuhan memutuskan untuk mengambiljalan setan dan bersekutu dengan setan.

Kemudian, dia hidup dalam gelimang harta dan mendapat derajat yang tinggi dimata masyarakat. Namun tragis ia harus menebus semuanya dengan penderitaan yang amat pedih saat sakaratul maut dan ini baru persekot di dunia.

Peristiwa ini terjadi 28 tahun yang lalu. Penulis Penulis menyamarkan semua nama-nama tokoh dan nara sumber dalam cerita ini tidak lain dan tidak bukan hanya diniatkan untuk  menjaga Muru’ah ( nama baik ) tokoh dan keluarga yang bersangkutan.

Baca Juga " Hidayah seorang lelaki yang diperlihatkan siksa KUBUR"

Badannya Berbulu dan Berekor
Sudah seminggu ini Pak Narto (41tahun ). Ia mengeluh kalau perutnya sakit dan buang air besar terus-menerus. Bila ia buang air besar, yang keluar bukan hanya tahi ( kotoran ), tetapi sudah bercampur dengan darah. Warnanya hitam pekat dan anyir.

Pak Narto heran dengan penyakit yang sedang dideritanya itu. Keluarganya sudah memanggil mantra beberapa kali, tetapi obat yang diberikan belum juga membuat keadaan Pak Narto membaik.

Selama seminggu Pak Narto tidak pernah keluar kamar. Bahkan mandi dan buang hajat pun dikamar dengan dibantu istri dan anak-anaknya. Padahal kamar mandi di belakang rumahnya tidak jauh tempatnya dari rumah.

“Waktu menengguk dengan tetangga sempat saya menanyakan kepada Pak Narto tentang sakitnya. Ia menjelaskan bahwa saat ia  buang hajat selalu saja mengeluarkan darah.

Kadang berampur dengan tahi ( kotoran ), tetapi lebih banyak darah yang berwarna hitam pekat. Pak Narto juga merasakan sakit yang teramat sangat di bagian perutnya “ Jelas Bu Iroh ( 44 tahun ) seorang saksi mata.

Merasa tidak nyaman dengan dipan ( tempat tidur ) karena selalu kena darah dan ceceran kotoran , Pak Narto meminta keluarganya untuk menggantinya dengan meja makan yang panjang.

Keluarga Pak Narto hanya bisa menuruti semua yang menjadi keinginannya. Sekitar jam tiga pagi, tetangga kemabali kerumah Pak Narto yang sedang Nazak ( menghadapi Sakaratul Maut ).

Sesampaniya disana tetangga tidak diperbolehka masuk ke kamar Pak Narto. Tetangga yang penasaran dan ingin apa yang terjadi dengan detik-detik terakhir Pak Narto ingin mengintip tetapi selalu dihalang-halangi oleh adik Pak Narto yang bernama Bu Darsi (37 tahuan ).

“ Ojo kemeng ( jangan melihat ). Ora pa …pa… ( idak ada apa apa)!”. Ujar Dari saat menenangkan tetangga-tetangga yang ingin melihat kejadian itu. Dari luara tetangga hanya bisa melihat suara Pak Narto yang meraung-raung kesakitan.

Raungan yang sangat memilukan hati. Suaranya melengking panjang lalu merendah perlahan-lahan. Haaaaaaaauuu……Haaaauuuu..!. Persis seperti monyet yang sedang kesakitan.

Tetangga-tetangga yang penasaran hanya bisa bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi dengan Pak Narto. Hari sudah siang sebentar lagi akan beranjak sore.

Penderitaan Pak Narto belum juga berakhir. Ia masih meraung-raung kesakitan. Padahal keluarganya sudah mencoba membimbingnya  untuk mengucapkan kalimat-kalaimat tahlil. Namun ia tetap saja meraung-raung.

Bahkan mulai terjadi kejanggalan-kejanggalan. Tiba-tiba perlahan-lahan bagian muka, tangan dan badannya bermunculan bulu-bulu halus. Semakin lama bulu-bulu halus itu semakin tumbuh panjang, banyak dan lebat.

Lebih mengejutkan lagi bagian belakan tulang ekor Pak Narto tumbuh buntut atau ekor yang semakin lama semakin panjang “ Na’uzubillah “. Melihat kejadian itu istri dan anak-anak Pak Narto menangis dan berterika-teriak histeris sambil lari berhamburan dari kamar.

Anak lakai-laki yang paling tua Pak Narto tidak lama setelah keluar kamar ikuti mengalami kejang-kejang dan kemudian tak sadarkan diri. Mungkin ia shock dan tidak tahan melihat kondisi bapaknya yang berubah menyerupai kera ( monyet ).

“ Saat anaknya berhamburan keluar, ibu saya sempat melongok kedalam melalui celah pintu. Waktu saya tanya, sambil berbisik mengatakan kalau badan Pak Narto penuh bulu dan ada buntut ( ekor ) di pantatnya “ ujar ibu Iroh bercerita.

Beberapa jam kemudian setelah jam empat sore akhirnya Pak Narto menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tangis keluarganya yang tidak terbendung lagi.

Sebagian yang lain sibuk menyiapkan pengurusan jenazah dan tempat pemakaman Pak. Narto. Didalam kamar hanay tinggal empat orang, yaitu Darmo ( 43 tahun ), Bu Darsi ( 37 tahun ), dan Pak Wito( 39 tahun ) yang merupakan adik pertama Pak Narto, selain tiga orang itu tidak ada yang diizinkan masuk.

Tetangga yang belum tahu peristiwa didalam, merasa curiga dan bertanya-tanya. Kenapa jenazah Pak Narto tidak dibawa keluar untuk dimakamkan..?. Kalau pun dimandikan didalam kamar , kenapa Bu Darsi tidak keluar, dia kan wanita…?. Bukankah itu tidak biasa..?. begitu kiranya pertanyaan tetangga yang berada di luar kamar.

“ Dar dalam kamar terdengar jawaban Bu Darsi “. “ Saya kan adiknya jadi tidak mengapa dan tidak membatalakan “ kenang ibu Iroh yang waktu itu berusia 16 tahun.

Persoses pemdian selesai jenazah Pak Narto langsng dikafani. Prosesnya tetap dilakukan didalam kamar. Sekitar jam setengah enam sore, jenzah Pak Narto yang sudah berwujud pocong dogotong oleh Pak Darmo dan Pak Wito menuju ruang tengah.

Selanjutnya, jenazah Pak Narto ditutupi kain jarik yang berwarna coklat. Tida begitulama adzan Magrib pun berkumandang dari mushalla desa. Sanak keluarga dan sebagian masyarakat segera menunaikan sholat magrib dan akan dilanjutkan dengan sholat jenazah.

Namun saat akan melakukan sholat jenazah banyak masyarakat yang enggan, mereka masih ragu-ragu dengan keanehan yang terjadi dengan kematian Pak Narto.

Setelah semuanya selesai, jenazah Pak Narto dimasukkan kedalam keranda dan diangkat secara bersama-sama ke kebun didepan rumahnya. Jenzahak Narto tidak dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum ( TPU ) desa karena ditakutkan akan terjai keanehan-keanehan.

Sejak meninggalnya Pak Narto harta kekayaan yang dahulumelimpah ruah habis perlahan-lahan. Sampai akhirnya tidak ada lagi yang tersisa dan keluarganya kembali hidup miskin.
 ( Sumber Majalah Hidayah )

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...