5 KALI BERHAJI,
TIDAK BISA MELIHAT KA’BAH
“Pulanglah engkau biar aku yang mengurus jenazh ibumu.
Tapi, ingat sewaktu kau meninggalkan tempat ini, jangan sekali kali kau menoleh
kebelakang” ujar lelaki berjubah hitam kepada Hassan.
Apakah kau bisa membayangkan bagaimana rasanya
orang orang yang pernah Haji berkali-kali, namun tak bisa melihat Ka’bah. Tentu
menyedihkan, tapi ini benar-benar terjadi dan nyata adanya yang terjadi di
daerah Mesir. Kisah ini diceritakan oleh seorang ustadz dalam sebuah kesempatan
kepada penulis.
Berikut ini kisahnya, …..?
Sebut saja namanya ibu Hassan, ia memilikiseorang putra bernama Hassan
yang taat beragama dan berbakti kepada ibunya yang telah merawat dan menafkahi
dirinya seorang diri setelah kematian ayahnya.
Baca Juga>>>" Jenazah Tidak bisa Di kuburkan"
Baca Juga>>>" Jenazah Tidak bisa Di kuburkan"
Hassan tumbuh menjadi orang yang sukses baik pada pendidikannya pada
sebuah universitas ternama di Mesir dan meraih gelar master , maupun usahanya.
Namun, satu hal yang luput dari pandangan Hassan adalah ia tak pernah tahu
usaha apa yang dilakukan ibunya sehingga bisa membiayai pendidikannya.
Yang jelas, Hassan melihat bahwa ibunya seorang ibu yang luar biasa dan
sangat mandiri sehingga bisa membuatnya seperti ini.Singkat cerita, sebagai
bentuk rasa kasih sayangnya, Hassan pun mengajak ibunya untuk pergi Haji.
Biarkan semua biaya ditanggung oleh Hassan yang berbakti itu.
Melihat penawaran demikian sang ibupun tak berfikir panjang lagi. Ia pun
menerima ajakan putranya semata wayangnya. Merekapun akhirnya berangkat ibadah
Haji. Sejak awal hingga sampai Mekkah Al-Mukarramah, Hassan selalu membimbing
dan menunjukkan segala tempat yang dianggapnya perlu kepada ibunya dengan penuh
kasih.
Demikian pula saat berada didepan Ka’bah. Maka ditunjukkanlah dan
diberitahukanlah oleh Hassan kepada sang ibu tercinta bahwa saat ini yang ada
didepannya adalah Ka’bah yang agung, yang selama ini selalu dijadikan arah
Ki’blat oleh umat Islam seluruh dunia, termasuk dirinya.
Kembali Ke Dasbor>>>"RAHASIA ILLAHI 1"
Kembali Ke Dasbor>>>"RAHASIA ILLAHI 1"
“Wahai Ummi, lihatlah bangunan suci disana, itulah Ka’bah !”. Ujar
Hassan kepada sang ibu dengan penuh kelembutan. Sang ibupun melihat kearah
tempat yang ditunjuk sang putranya. Namun ia bingung karena ia merasa tak
melihat apa-apa didepannya, termasuk Ka’bah yang dimaksudkan anaknya tersebut.
Yang adalah hanya kabut kegelapan didepan mata sang ibu. Hassan mencoba
mengarahkan lagi telunjuknya untuk memastikan ibunya untuk melihat Ka’bah yang
dimaksud. Namun ibunya tetap dengan apa yang ia rasakan dan ia alami mengatakan
bahwa sama sekali ia tak melihat Ka’bah yang ditunjuki anaknya tersebut.
Karena tidak ingin menyakiti hati sang ibu, Hassan pun tidak membentak
atau memarahi ibunya. Hassan menganggap seolah tidak pernah terjadi, meski
batinya bertanya-tanya ada apa dengan ibunya. Bagaimana Ka’bah sebesar itu
tidak bisa dilihatnya.?
Apa yang terjadi dengan sang ibu..?. Pertanyaan-pertanyaan ini hanya
disimpan dalam hatinya karena tak ingin menyakiti hati ibunya. Merekapun
akhirnya kembali ke Mesir , tentunya setelah berbagai ritual Haji ditunaikan.
Dua tahun berikutnya, karena rasa baktinya yang luar biasa pada sang
ibu, Hassan pun mengajaknya kembali ke Tanah Suci. Kali ini berharap bahwa
ibunya bisa melihat Ka’bah. Lagi-lagi untuk kedua kalinya , sang ibu dibutakan
matanya oleh Allah sehingga tidak bisa melihat Ka’bah lagi.
Hassan tetap berusaha menghibur hati ibunya dan tak pernah putus asa
untuk membutktikan kasih sayangnya sebagai seorang putra dan bisa berbakti
dengan menunaikan rukun islam yang kelima secara sempurna. Namun hingga
beberapa tahun kemudian sebanyak lima kali keberangkatan dirinya membawa ibunya
pergi Haji. Lagi-lagi beliau sang ibu sama sekali hanya mengeluh gelap dan
gelap. Seolah ibunya mengalami kebutaan jika berada didepan Ka’bah.
Merasa penasaran apa yang menimpa sang ibu, Hassan mencoba konsultasi
dengan seorang ulama’ besar di kota Negara itu. Ulama’ itu nampaknya memahami
apa yang dirasakan Hassan. Beliau memberikan nomor telephone untuk ibunya dan
menyuruh ibunya sendiri berkonsultasi langsung dengan ulama tersebut.
Setelah mencapai kata sepakat, akhirnya Hassan berpamitan pulang untuk
menemui sang ibu dan menyampaikan ulama’ besar tersebut. Hassan meminta ibunya
untuk menghubungi dan menceritakan perbuatan apa yang ia lakukan sebelum
peristiwa keanehan pada dirinya.
Beberapa minggu kemudian sang ibu menelepon dan menceritakan secara
terang-terangan apa yang telah diperbuatnya.
Dia mengaku sewaktu dia masih muda dan menjadi janda, wanita itu bekerja
sebagai perawat di rumah sakit pusta. Sang ulama’ mendengarkan dengan seksama
via telephone dan mengungkapakn pekerjaan sebagai perawat adalah tugas mulia.
Wanita itu juga mengungkapkan sealain sebagai perawat dirinya tak jarang
bertugas mengurus dan memandikan jenazah para pasien yang meninggal dunia di
rumah sakit.
Selama dirinya bekerja sebagai perawat , dia sering menukar bayi antara
sang ibu yang melahirkan tetapi tidak menyukai bayinya dengan bayi yang lain
yang diinginkannya.
Atas jasanya ini, Ia mendapatkan imbalan yang sangat besar. Selain
pekerjaan menukar bayi , wanita itupun juga menghalalkan segala cara untuk
kepuasan dan kepentingan pribadinya. Dia juga seringkali memasukkan jarum,
besi-besi , gunting , dan benda tajam lainnya ke mulut mayat-mayat yang tidak
berdosa.
Tujuan agar mayat tersebut pada waktu dikubur tersiksa dengan
benda-benda yang dimasukkannya tersebut. Ia merasa benci dengan mayat yang
dikenal tak banyak dosa selama hidupnya (meski) hanya Allah Yang Maha Tahu Hal
ini.
Dan ia sangat senang melakukannya. Suatu ketika ia pernah mengurus mayat
seorang ulama’ besar. Dia memasukkan benda-benda tajam melalui mulut mayat itu
sebelum dibawa keluarganya sebelum dikebumikan.
Entah mungkin mayat itu adalah seorang tokoh ulama’ yng suci, walaupun
beberapa kali dimasukkan, bena-benda teluh sang wanita,benda-benda tersebut
tidak dapat masuk dan selalu keluar dengan sendirinya dan jatuh terpental.
Hingga wanita itu benar-benar kesal.
Demikian pengakuan ibu Hassan kepada sang ulama’ lewat telephone.
Sekejap ulama’ itu terdiam dan merasakan betapa sakitnya penuturan sang wanita
durjana tersebut. Pantas saja jika hajinya tidak diterima oleh Allah
mengazabnya dan membutkan matanya untuk tak bisa melihat Ka’bah meski lima kali
pergi haji. Rupanya, perbuatannya kejamnya sudah diluar nalar manusia lagi.
Dengan hati seakan tersayat, ulama’ itu mengingatkan dan menyarankan
kepada ibunda Hassan agar cepat-cepat bertaubat dan memohon ampunan kepada Alla
swt.
Ternyata, di akhir kisah, wanita itu tak mau bertobat. Menurut Hassan
anaknya, tak lama setelah berkonsultasi ibunya meninggal dalam kondisi
mengenaskan. Ketika mayatnya akan dikubur , tiba-tiba saja tanah yang telah
digali mendadak sempit. Beberapa kali digali lebih luas lagi, tetap saja
jenazahnya tidak bisa masuk.
Merasa lelah, akhirnya para pengantar jenazah satu per satu
meninggalkannya jenazah ibu Hassan. Hari pun merambat dan berganti petang dan
mulai masuk malam dan Hassan menangis kebingungan dengan apa yang dialami oleh
jenazah ibunya tersebut.
Ditengah-tengah rasa kebingungan Hassan dengan kondisijenazah ibunya
yang penuh keganjilan, Tiba-tiba munculah seorang laki-laki berjubah yang tak
tahu dari mana datangnya.
Dari Ujung hingga kakinya tak kelihatan, wajahnya tak terlihat karena
menunduk.
Sosok itu berkata kepada Hassan, “Pulanglah engkau, biarkan aku yang
akan mengurus jenazah ibunmu. Tapi ingat sewaktu kamu berjalan meninggalkan
tempat ini, jangan sekali-kali menoleh kebelakang “.
Akhirnya Hassan meninggalkan area pemakaman itu. Namun setelah beberapa
langkah meninggalkan tempat itu, karena tidak tega dan penasaran dengan jenazah
ibunya , akhirnya Hassan melanggar untuk tidak menoleh kebelakang.
Alangkah terkejutnya Hassan, karena ia melihat jenazah ibunya terangkat
keatas disertai jilatan apai yang berkobar dengan dahsyatnya. Sedangkan sosok
lelaki berjubah pun sudah raib entah kemana.
Karena Hassan melanggar amanah dari lelaki berjubah tadi jilatan api
tersebut tiba-tiba menghantam Hassan tepat mengenai mukanya. Hassan berlari
ketakutan sambil menahan panas dimukanya karena hantaman api dari jilatan api
yang membakar jenazah ibunya tadi.
Amiin. Ya Rabbal ‘Aalamin
Wallahu ‘alam Bhisawab
Amiin. Ya Rabbal ‘Aalamin
Wallahu ‘alam Bhisawab