Blog Konten Islam: ISLAM BRUNAI DARUSSALAM
Showing posts with label ISLAM BRUNAI DARUSSALAM. Show all posts
Showing posts with label ISLAM BRUNAI DARUSSALAM. Show all posts

Friday 25 May 2018

ISLAM BRUNAI DARUSSALAM

ISLAM   BRUNAI DARUSSLAMA


ISLAM    BRUNAI DARUSSALAM



“Jika Islam Indonesia bisa diibaratkan sebagai arus angin yang keras, maka Brunai adalah semilir angin yang sejuk. Tradisi melayu yang kuat , system monarki Islam yang kukuh , serta kemakmuran yang merata seantero negeri, membuat muslim Brunai menjalankan Islam tanpa perlu “ribut-ribut.”
Baca Juga "Memahami Kata Tadarus"
Apa yang terlintas jika nama Brunai Darussalam disebut..?. Tentu yang utama adalah kemakmuran. Negara mungil yang berada di Negara Borneo itu memang sangat tersohor sebagai negeri yang kaya raya. Minyak dan gas bumi yang melimpah adalah penyebabnya. Kemakmuran itulah yang dipandang pelbagai pihak sebagai penyebab adem ayemnya kehidupan beragama disana.

Membayangkan muslim Brunai tak jauh beda dengan muslim Singapura dan Malaysia. Rumpun bangsa yang sama dengan kondisi perekonomian Negara yang baik membuat muslim di tiga Negara ini cenderung tipikal.Memiliki Ghirah keislaman yang baik, dibanjiri fasilitas yang menunjang kehidupan beragama mereka dan sangat setia dengan tradisi ahli sunnah wal jamaah yang sudah berakar dimasyarakat melayu. 

Sebagaimana Jazirah Melayu umumnya, termasuk Indonesia di bagian Sumatera dan Kalimantan,  Tradisi Brunai dibentuk dari pengaruh kuat Hindu dan Islam. Tumbuhnya kesultanan-kesultanan Islam di Jazirah ini pasak yang kuat menghantarkan kehidupan Islam sampai sekarang. Kesultanan-kesultanan ini merata di semua wilayah, baik yang kecil, maupun yang besar.

Namun Brunai kelihatan lebih konservatif dibandingkan Malaysia. Penjualan dan penggunaan Alkohol diharamkan. Bila ada orang non muslim yang masuk mereka hanya dibenarkan membawa bir dalam jumlah terbatas.Maklumat resmi dari Negara yang dikeluarkan pada tahun 1990-an membuat club-club malam ditutup di sana.toh, kebijakan ini nyaris tak menghadirkan gejolak berarti di Brunai. Bayangkan bila ini terjadi di Indonesia..?.

Akar yang Panjang
Brunai termasuk kerajaan tua di tanah Melayu. Selisih kerajaan brunai didapatkan pada batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-raja Brunai yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin, Sultan Brunai ke-19 yang memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807.

Dalam catatan sejarah china ,Brunai dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenal dengan nama Dzabaj atau Randj. Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunai berasal dari kata Barunah yaitu tempat yang sangat baik.

Dasbor " Cerita Rahsia Illahi 1"
Dasbor "Cerita Rahasia Illahi 2"

Dalam tradisi lisan tersebut seorang bernama Pateh Berbai dan rombongan suku Sakai yang dipimpin berniat mendirikan negeri baru. Ditemukanlah kawasan strategis yaitu sebuah tempat yang diapit bukit dan kaya akan sumber air. Daerah itu juga terdapat sungai yang sangat memadai untuk jalur transportasi dan kaya akan ikan. Disanalah terucap Barunah dan kemudian bermertamorforsis  menjadi Brunai.

Replica stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunai menjelaskan bahwa agama Hindu – Budha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunai. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut , apabila mereka sampai disuatu tempat mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu.

Replica batu Nisan P’u Kung Chi Mu, Batu Nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan Batu Nisan Sayid Alwi Ba-Faih (Mufaqih) turut pula menggambarkan kedatangan agama islam di Brunai yang dibawa oleh musafir , pedagang dan mubaligh-mubaligh Islam. Kerja dakwah inilah yang membuat Islam sangat berpengaruh dan memperoleh tempat dihati penduduk local maupun keluarga kerajaan Brunai.

Namun, peneliti sejarah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan Brunai. Catatan orang Tiongkok dan orang Arab menunjukkan, kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunaiawal abad ke-7 atau ke -8 Kerajaan itu memiliki wilayah cukup luas meliputi Sabah, Brunai, dan Serawak.

Kerajaan awal ini pernah ditakhlukkan kerajaan Sri Wijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga pernah dijajah kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa tetapi berhasil membebaskan dirinya dan kembali sebagai sebuah negeri yang penting.

Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka dibawah Pemerintahan Prameswara mengambil alih perdagangan Brunai. Perubahan ini menyebabkan agama islam lebih tersebar diwilayah Brunai. Kejatuhan Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 membuat Sultan Brunai mengambil kembali kepemimpinan Islam.

Abad ke-15 hingga abad ke-17 adalah masa perluasan kekuasaan Kesultanan Brunai. Waktu itu kekuasaan Brunai merambah Kalimantan dan Filipina. Pada tahun 1839, James dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta menyerang Brunai , sehingga Brunai kehilangan kekuasaan atas Serawak. Pada masa yang sama  Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunai menjadi sebuah negeri dibawah perlindungan kerajaan Inggris. Pada tahun 1906, Brunai menerima satu lagi langkah perluasan kekuasaan Inggris saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang Residen Inggris , yang menasehati Baginda Sultan dalam semua perkara ,kecuali yang bersangkut –paut dengan adat istiadat setempat dan agama.

Pada tahaun 1967 Omar AliSaifuddin III yang telah turun dari tahta dan melantik putranda sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi sultan Brunai ke 29. Baginda juga berkenan menjadi menteri pertahanan setelah Brunai mencapai kemerdekaan pada 1 Januari 1984 dan disandangkan Gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunai Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa Baginda.Mutlaknya kekuasaan sultan yang memegang kendali pemerintahan dan juga bertindak sebagai pemimpin agama menjadikan Brunai menjadi salah satu Negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.

Al-Banjari.
Sebagai Negara Islam resmi Brunai membawa symbol-simbol Islam dan dalam lambang – lambang negaranya. Motto negeri ini adalah, “Selalu menuruti Arahan Tuhan” dalam pengertian selalu menjalani tuntunan yang sudah ditetapkan syariat Islam.

Lagu kebangsaan juga begitu. Sekalipun ada jejak Inggris yang kental terasa, Brunai tetap mengedepankan keislamannya dengan menjadikan, “Allah Peliharakan Sultan” sebagai lagu kebangsaan mirip dengan lagu kebangsaan Inggris, “God Save The Queen”.

Kira-kira dua pertiga penduduk Brunai adalah orang melayu. Kelompok etnik minoritas yang paling penting dan menguasai ekonomi Negara adalah orang Tionghoa (Han) yang memenuhi lebih kurang 15% jumlah penduduknya. Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting ; Bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa, Bahasa Inggris juga dituturkan secara luas , dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar dengan sejumlah besar warga Negara Inggris dan Australia.

Bila direntang dalam seabad yang berjalan , keberislaman masyarakat Brunai tak bisa lepas dari peran ulama’-ulama’ Indonesia, terutama yang berasal dari Kalimantan. Ulama Brunai awal diantaranya adalah : Syarif Ali, Syarif Mufaqqih al-Muqaddam, Syeikh Adam, Sulaiman Abdur dan Sayid Abu Bakar. Sayid Abu Bakar ini adalah kakek Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjar, ulama tasawuf terkemuka asal Indonesia dari Banjar Kalimantan.Beberapa ulama’ asal Banjari memang banyak yang menyeberang ke Brunai dan melaksanakan dakwah disana.

Pada zaman dulu hampir-hampir tidak ada ulama besar yang berasal dari banjar yang terlepas dari pada kaitan dengan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari, penyusun Kitab Sabil Al-Muhtadin, yang sangat masyur itu. Kaitan ini terjadi dua hal, kaitan ilmu, guru murid atau nasab. Adakalanya hubungan itu terkait keduanya.

Salah satu jejak langkah Al-Banjari dalam Keislaman Brunai dapat dijumpai pada Datuk Haji Ahmad Banjar. Sebelum datang ke Brunai beliau terlebih dulu telah memperoleh aliran ilmu Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari yang turun kepada beberapa orang anak beliau. Datuk Haji Ahmad Banjar hanyalah sezaman dengan cucu-cucu ulama’ besar itu. Kemantapan dilanjutkan di Mekkah. Beliau berguru dengan banyak ulama’ diantaranya : Syeikh Ahmad Khathib bin Abdul ghaffar as-Sambasi, yang juga salah satu ulama’ terkemuka Indonesia asal Kalimantan, Guru dari Syeikh Nawawi Al-Bantani.

Jejak inilah yang membawa tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah, juga berkembang di Brunai Darussalam karena peran dari ulama’-ulama’ tasawuf dari Kalimantan. Nilai dan ciri keberislaman warga Brunai karenanya tak jauh beda dengan Indonesia dan masyarakat melayu pada umumnya. Akidah yang dianut adalah, “Alhi Sunnah wal Jamaah” menurut metode Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Madzab fiqih yang dianut adalah Syafi’i.

Tentang tasawuf tetap berpedoman dan berpegang teguh dengan kitab-kitab pelajaran tasawuf seperti karangan-karangan Imam Al-Ghazali. Demikian juga pegangan tentang amalan, secara rutin tiada sekali-kali ditinggalkan amalam Tarekat Qadriyah-Naqsyabandiyah yang beliau terima langsung daripada gurunynaSyeikh Ahmad Khathib Sambas yang sangat terkenal itu.

Ulama’ – ulama’ asal Kalimantan tersebut memiliki kewenangan yang luas berkat mashurnya ketinggian ilmu mereka. Datuk haji Ahmad banjar, yang disebut diatas, menjabat sebagai Pengawas Perkembangan Agama Islam di Brunai Darussalam. Selain itu, beliau juga pernah menjadi hakim memutuskan perkara-perkara umat.

Masjid Omar ‘Ali Saifuddien yang berdiri megah dipinggir sungai Brunai di Bandar Seri Begawan , menjadi symbol bagaimana rahmat Islam di Negeri Brunai. Masjid yang merupakan masjid terindah di Asia Tenggara itu adalah bukti bahwa kerajaan dan masyarakatnya berkomitmen membawa Islam ke tempat yang tertinggi.

Bangunan masjid ini mempunyai bentuk arsitektur Islam Klasik, dihiasi dengan Mozaik emas, batu marmer dan kaca berwarna-warni. Menaranya mempunyai lift dan kubahnya dibuat dari emas setiap satunya berukuran 53 dan 54 meter tinggi

Masjid ini telah dibuka resmi oleh Duli Yang Maha Mulia Maulana Al-Sultan Haji Omar ‘Ali Saefudien Sa’adul Khairi Waddien, Sultan Brunai ke-28 pada hari Jum’at 1958. Masjid ini dapat menampung jamaah sebanyak 3.000 orang.

Demikianlah, Brunai tak lain adalah saudara dekat kita dimana tradisi keberislamannya berakar sama dengan islam Indonesia, khususnya yang berbasis melayu di Sumatra dan Kalimantan. Komitmen kuat mewujudkan kehidupan agama yang kondusif dan sedapat mungkin memakmurkan kehidupan rakyatnya membuat islam Brunai berjalan dengan tenang, tak perlu ribut-ribut, dipolitisir atau dijadikan bagian dari industry hiburan seperti di Negara kita.

( Berbagai Sumber)

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 26 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...