Dasbor " Rahasia Illahi 2"
JENZAH
SANG NENEK
“ Anehnya, saat jenazah sang nenek di antar
kekuburan, kucing-kucing itu terus mengikutinya. Orang-orang pun dibuatnya
heran, bahkan hingga proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap
mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba “.
Perempuan dengan rambut
putih itu duduk seorang diri di sebuah gubuk. Tidak ada seorangpun yang
menemaninya. Tidak ada suami. Tak ada pula sanak saudara. Sehari semalam, ia
hanya bertemankan kucing yang sangat disayangi.
Miris sekali nasibnya..!. Dusia yang sudah renta , seharusnya ia hidup
bahagia bersama anak cucunya. Tapi, semua itu tak ada disisinya. Kemana
anak-anaknya..?. Kemana pula cucu-cucunya..?. Dimana juga suaminya..?.
Baca Juga "Hakekat Pasangan Hidup Sejati"
Baca Juga "21 Alasan Jamaah Di Masjid"
Baca Juga "Hakekat Pasangan Hidup Sejati"
Baca Juga "21 Alasan Jamaah Di Masjid"
Setiap hari, nenek itu menghabiskan waktunya digubuk itu. Tidak makan
sehari sudah biasa baginya. Kini baginya, makanan apapun sangat nikmat baginya
yang penting bisa untuk mengganjal perut yang kosong. Tidak perlu makan dengan
telur dadar atau ayam goring apalagi seafood. Makan dengan oreg (tempe) dan
ikan asin pun sudah cukup baginya dan sudah terasa lezat dan nikmat dimakannya.
Cukup satu kata menggambarkan nenek itu diusia senjanya sebatang kara.
Tidak ada pekerjaan yang ia kais untuk mendapatkan rejeki, kecuali hanya
mengumpulkan sampah-sampah yang ditemuinya yang tak jauh dari
gubuknya.Tenaganya sudah tak kuat lagi untuk jalan jauh. Sampah-sampah itu
dikumpulkan dan dijualnya hingga mendapatkan uang yang hanya cukup untuk
membeli sebungkus nasi.
Satu kilo sampah yang senilai tak lebih dari 10 ribu rupiah. Bayangkan
nenek itu harus mengumpulkan plastic bekas minuman mineral ringan, kaleng
kardus dan apa saja yang bisa dikumpulkan dan dijual kembali. Dengan tubuh
nenek yang ringkih dan tak bertenaga lagi berapa hari ia harus mengumpulkan sampah
sekilo. Tidak lagi hitungan hari, bahkan sebulanpun kadang tak bisa ia lakukan.
Lalu bagaimana ia bisa makan dan minum untuk bertahan hidup.
Belas kasihan orang lain. Ya, nenek itu hanya bisa berharap belas kasihan
tetangganya yang punya hati nurani. Kok bisa..?. Sebab banyak pula tetangganya
yang berduit tapi tak punya hati nurani. HIdupnya hanya untuk keluarganya
sendiri dan kepentingan sendiri. Ada seorang nenek yang sangat membutuhkan tak
jauh darinya yang tak pernah dihiraukannya. Demikian kebanyakan orang hidup
didaerah perkotaan yang cenderung individulis.
Jika tak ada tetangga yang memberinya makan dan minum., otomatis iapun
tidak makan. Bayangkan saja sudah, ringkih, kurus, dan lemah, tak makan lagi.
Apa yang akan terjadi..?. Pasti sakit. Ya tentu saja. Nenek itu sering sakit
dan sembuh juga dengan sendirinya, tanpa diobati. Dalam sebulan, pasti pasti
saja nenekitu pernah sakit.
Terkadang, yang jadi pertanyaan ; kenapa tidak ada seseorang pun yang
berusaha k menariknya kedalam rumah dan menjadikan sebagai bagian dari
keluarganya..?. Dengan begitu ia bisa makan dan minum sehari-hari dan tidak
repot lagi mengais – ngais sampah untuk mendapat kepingan-kepingan receh.
Ah, zaman sekarang sulit sekali mencari orang yang benar-benar berempati
terhadap orang lain , apalagi terhadap nenek-nenek. Yang dipikirkan mereka
selalu uang dan uang. Mengurus nenek-nenek yang bukan keluarganya hanya akan
merugikan diri mereka sendiri. Uang keluar dan waktu yang kesita banyak untuk
memperhatikannya. Dengan kata lain ia akan berkata , “Seharusnya Negara dong
yang mengurus nenek itu, bukan saya”.
Betul, jika Negara tidak mau mengambil alih, kenapa bukan kita. Bukankah
membantu nenek yang hidupnya sebatang kara adalah sedekah. Dan sedekah, kata
agama pahalanya sangat besar dan tidak akan pernah rugi bagi yang melakukannya.
Uang yang kita sumbangkan atau salurkan untuk membantu orang lain tampaknya
akan mengurangi tabungan kita, tapi kenyataan tidaklah seperti itu akan diganti
oleh Allah swt dalam keadaan jauh lebih banyak.
Faktanya tidaklah seperti itu. Banyak orang yang mengabaikan kebenaran
agama ini. Dan nenek yang diketahui bernama Kasyem itu menjadi salah satu
korbannya. Sebuah korban dari arogansi seseorang yang berduit dan mampu, tapitak
punya empati. Jika punya kekuatan untuk berteriak, sudah lama nenek itu ingin
berteriak memperjuangkan keadilan dirinya. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya.
Kalaupun ia bisa melakukannya, percuma juga. Pasti tak ada orang yang
meperhatikannya.
Nenek itu memang terkadang masih bisa makan. Tapi sekali lagi itupun
hanya berharap pada bantuan orang lain atau tetangganya. Dan kita tahu sendiri,
kalau membantu sifatnya tidaklah permanen. Terkadang ia membantu dan terkadang
tidak, jadi tidak setiap hari. Sedangkan untuk makan dan minum harus setiap
hari, dan tak cukup sekali saja. Idealnya dalam sehari seseorang harus makan 3
kali ; pagi, siang, dan sore/malam.
Orang yang tidak makan dalam sehari pasti akan terkena penyakit dan
itulah yang dialami oleh sang nenek. Hebatnya ditengah kelaparan yang
melandanya nenek itu masih punya jiwa welas asih kepada kucing-kucing yang
hidup bersamanya.
Saat iamendapatkan makanan dari orang lain, ia tak sungkan-sungkan
berbagi kepada kepada kucing-kucing yang jumlahnya sekitar lima ekor itu.
Bayangkan, nasi sebungkus dibagi antara dirinyadan lima ekor kucing. Beberapa
sendok makan jatah untuk dirinya sendiri. Dalam sebungkus nasi tak lebih ia
bisa menikmati 7-8 sendok makan. Sedikit sekali..! Itupun tak rutin ia lakukan.
Ah sungguh sedih sekali mendengarnya.
MENINGGAL
DIKELILINGI KUCING
Suatu ketika seorang tetangga menghampiri rumahnya, hendak memberi makan
dan minum. Diketuk pintu gubuk rumahnya. Tidak ada jawaban. Berkali-kali
diketuksambil dipanggil-panggil namanya, “Nek…nek…!!. Tapi nenek itu tidak
menjawab. Merasa curiga, tetangga itupun memaksa masuk. Sampai didalam ia
sangat terkejut melihat beberapa ekor kucing berdiri mengelilingi nenek yang
terbujur kaku di tempat pembaringan yang sangat sederhana.
Ia pun mengahmpiri nenek itu dan mengoyang-goyangkan. Nek…! Nek,,,..!.
Tetangga it uterus memanggilnya sambil menggoyang-goyangkan tubunya. Tetapi
tidak ada respon sama sekali. Tubuhnya tidak bergerakApakah ia telah meninggal
dunia..? batinya. Seketika tetangga itu berteriak , “Tolong…tolong…!!!”.
Ia secepat kilat keluar dari gubuk itu dan memanggil-manggil orang ,
“Nenek meninggal dunia…Nenek meninggal dunia…!!!.
Tak beberapa lama kemudian wargapun berdatangan. Mereka terkejut melihat
nenek sduah terbujur kaku dipembaringannya. Merekapun banyak yang bertanya ,
“Penyakit apa yang menimpa nenek itu sehingga membuatnya meninggal dunia..?”.
Tak ada yang tahu persis tentang penyebab kematiannya. Namun , menurut
tetangga yang sering memberi makan, beberapa hari sebelumnya sang nenek memang
mengeluh agak demam.Oleh tetangga itu nenek itu hanya diberi obat demam biasa,
tidak dibawa kedokter. Setlah itu ia pun lepas control dari tetangganya.
Wargapun berkesimpulan, bisa jadi penyakit demam itulah yang menyebabkan nenek
meninggal dunia.
Jenazah nenekpun diurusnya mulai memandikan , dikafani hingga dikuburkan.
Yang jelas tidak ada sanak kelurga, sudara yang datang menjenguknya. Hidupnya
sangat menyedihkan dan sebatang kara. Pengurusan jenasahnya pun merupakan
kolekkan (patungan) dari tetangga dan warga dekat yang menjenguknya.
Namun, yang menjadi pemandangan ganjil adalah sejak meninggal
kucing-kucing itu milik nenek tak mau jauh pergi dari pemiliknya, kucing-kucing
it uterus mengelilinginya. Ketika diusir pergi mereka datang lagi dan
seterusnya hingga jenazah nenek diantar kekuburan seolah ikut berduka atas
kematian sang nenek.
Tampaknya kucing-kucing itu merasakan duka yang mendalam dengan kepergian
sang nenek. Jika ia bisa bicara mungkin akan mengatakan, “Nek setelah kamu
pergi. Siapa lagi yang akan memberi kami makan. Kamu berhati mulia, Nek..!
Meski kamu sendiri mendapatkan makanan dari bantuan orang lain, tapi kamu tidak
lupa membagikan kepada kami. Semoga arwahmu tenang dialam sana Nek..!”.
Jenazah nenekpun akhirnya diantar ke kuburan. Anehnya, saat jenazah itu
diantar ke kuburan, kucing-kucing it uterus mengikutinya Orang-orang itupun
keheranan. Bahkan proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari
kuburan sang nenek hingga malam tiba.
Kucing-kucing itu baru bubar satu persatu. Entahlah setelah kepergian
nenek bagaimana nasib kucing-kucing itu…?. Apakah ia tetap hidup di gubuk
miliknya nenek dulu atau mencari majikan baru.
Tak ada yang tahu persis. Yang jelas kisah nenek dan kucing-kucing itu
bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama untuk selalu menyayangi binatang kapan
saja. Kasih sayang kita yang tulus kepada binatang membuat merekapun akan
merasa kehilangan ketika kita telah pergi. Jika manusia punya rasa, tampaknya
binatang pun demikian.
Wallahu ‘alam Bhisawab