Blog Konten Islam: DARI KETURUNAN YANG BAIK
Showing posts with label DARI KETURUNAN YANG BAIK. Show all posts
Showing posts with label DARI KETURUNAN YANG BAIK. Show all posts

Friday 27 July 2018

ORANG BAIK, DARI KETURUNAN YANG BAIK

ORANG BAIK,   DARI KETURUNAN YANG BAIK

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"


ORANG BAIK, DARI KETURUNAN YANG BAIK


“Firasat mukmin sejati tak bisa diremehkan begitu saja.Kadang ia bisa “membaca” sesuatu yang orang lain pada umumnya tidak pahami ”.

Pada tahun 149 hijriah, Syaqiq al-Bakri, seoramg alim berangkat ke Baitullah untuk menunaikan haji. Namun ditengah perjalanan, ia berhenti sebentar di kota Qadisiyah bersama rombongannya. Dalam hiruk pikuk ditempat persitirahatan, Syaqiq memperhatikan orang-orang hilir mudik dengan pakaian mereka yang beragam corak.


Tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang pemuda. Wajahnya cerah bercahaya, menampakkan pesona dan kharisma. Seluruh tubuhnya dikerubungi karung goni yang kasar. Kakinya pun mengenakan terompah kayu. Pemuda ini duduk sendirian tersisih dari orang – orang yang cukup ramai.


Dalam, hati Syaqiq berkata bahwa si pemuda itu pastilah berpura-pura menjadi seorang sufi. Tentu nantinya ia akan menjadi beban atas orang lain. Terbersit di hati Syaqiq untuk menguji pemuda itu. Jika ketahuan, Syaqiq akan mencela dan mengkritik tajam atas sikapnya yang berpura-pura.


Namun, tatkala Syaqiq mendekati , tiba-tiba ia mendengar pemuda itu berkata, “Hai Syaqiq ..! Tidakkkah kau tahu bahwa Allah swt telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, ‘Hai orang-orang yang beriman jauhilah buruk sangka (terhadap orang lain) karena setengah dari buruk sangka itu berdoa”. (QS. Al-Hujurat ayat :12).


Setelah mebacakan firman itu, pemdua tersebut lalu bangun dan beranjak dari tempatnya. Tentu saja Syaqiq tersinggung dengan perkataan pemuda tadi. Tapi, ia sendiri bingung, entah dari mana dia dapat membaca isi hatinya. Sungguh ajaib. Dia mengetahui nama Syaqiq, padahal Syaqiq sendiri  sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. Syaqiq yakin, pastilah ini perkara besar. Tentu pemuda itu salah seorang salih yang termasyhur.


Merasa ingin mengenal lebih jauh, Syaqiq segera mengejarnya dari belakang. Tapi rupanya dia lebih cepat dari Syaqiq. Sampai iapun tidak lagi dapat menemuinya.
“Kemanakh dia menghilang diantara kerumunan orang di situ”, batin Syaqiq.


Gagal menemui pemuda tadi, Syaqiq pun segera melanjutkan perjalanan bersama rombongan dari Qadisiyah menuju Arafat. Begitu sampai disana tanpa diduga, untuk kedua kalinya ia bertemu dengan pemuda itu. Kali ini Syaqiq melihat kalau dia sedang kyusuk mengerjakan sholat. Sementara anggota-anggota badan yang bergoncang dan air matanya mengalir.


Syaqiq terharu. Ia pun berusaha mendekati pemuda itu dan duduk didekatnya , menunggu dia selesai sholat. Syaqiq kagum. Dalam hati ia berkata bahwa pemuda itu sangat khusuk sholatnya.


Begitu sholat selesai pemuda itu pun lalu menoleh kearah Syaqiq dan berkata , “Hai Syaqiq, bacalah firman Allah dan sesungguhnya Aku (Allah) adalah Maha Pengampun kepada siapa saja yang kembali kepada-Ku, beriman kepada-Ku , mengerjakan amal shalih, kemudian dia mencari jalan yang benar”. (QS. Thaha ayat :82).


Dalam hati Syaqiq terus merenung membaca firman tersebut. Sementara seperti biasa, kali ini pemuda tersebut telah menghilang lagi. Bahkan Syaqiq sangat kerepotan mencarinya, mengingat begitu ramainya orang hilir mudik.


Tapi begitu Syaqiq ada di Mina, lagi-lagi Syaqiq menjumpainya. Kali ini dia pergi mengambil sebuah teko, ditangannya ada bekas mengambil air. Syaqiq segera mendatanginya. Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil air.


Sementara air agak jauh sedikit untuk dijamah tangan. Tidak disangka-sangka bekas itu terlepas dari tangannya lalu jatuh kedalam wadah. Entah apa yang akan dilakukan saat itu. Pemuda itu malah langsung mengangkat kepalanya kearah langit seraya memohon.


Kepada Engkau aku kembali jika aku merasakan kehausan.
Daripada-Mu juga aku meminta makanan bila kau merasakan kelaparan.
Ya Allah Tuhanku. Aku tidak punya bekas selainnya, jangan engkau ambil dia dari tanganku..!.


Begitu selesai memanjatkan dia, ajaib wadah berisi bekas telapak tangan dia (pemuda itu) berangsur naik, seolah ada mata air yang sedang mengisinya dari bawah.Pemuda itu lalu mencelupkan tangannya kedalam air wadah itu dan mengeluarkan bekas yang jatuh kedalam air tadi. Dia lalu meminum air itu sepuas-puasnya, mengambil wudhu kemudian berdiri sholat empat rakaat.


Usai sholat ia lantas mengeggam pasir dari tempat itu , dan dibubuhnya kedalam bekas itu serta dikocok – kocoknya dengan air yang ada didalam bekas itu, lalu diapun meminumnya


Sungguh  Syaqiq terkagum-kagum oleh ulah si pemuda itu. Takjub bukan main terhadap apa yang telah diperbuat pemuda itu. Dia minum apa yang ada dalam bekas itu setelah Syaqiq lihat pemuda itu membubuhkan segenggam pasir.


Syaqiqi lantas memutuskan untuk mendekatinya dan berkata, “Berilah aku sedikit rezeki yang diberikan Allah kepadamu..!
Syaqiq penasaran ingin tahu banyak apa sebenarnya didalam bekas yang dimakan pemuda itu. Pemuda itu pun lantas menoleh kearah Syaqiq. Namun tatapannya seolah berkata bahwa sesuatu tengah terjadi pada diri Syaqiq.


“Wahai Syaqiq nikmat Allah itu terlalu banyak yang diberikan kepada kita, baik yang nampak ataupun tidak. Bersihkanlah hatimu jangan pernah menduga apa-apa !”.
Pemuda itu lalu memberi Syaqiq bekas itu dan minumannya. Rasanya seperti bubur sawiq yang manis dan enak serta baunya harum pula. Syaqiq senang bukan main. Apalagi rasa bubur sawiq yang dimakannya itu lezat tak terkira.


“Demi Allah, aku belum pernah merasakan bubur sawiq yang begitu lezat seumur hidupku seperti yang sedang aku makan kini. Aku terus mencium bubur itu sampai aku merasa kenyang. Bahkan rasa kenyang diperutku terasa dan tahan berhari-hari, sampai – sampai aku tidak mengingginkan makanan lain saat itu”, batin Syaqiq.


Setelah kenyang dan puas , Syaqiq pun mengembalikan bekas tangan pemuda itu. Si pemuda lalu pergi. Seperti yang sudah – sudah , kali ini tak kelihatan batang hidungnya sampai berada di Mekkah.


Pada salah satu malam di Mekkah , sekali lagi Syaqiq melihat pemuda itu di pinggir kubah air zam-zam. Dia sedang berdiri menunaikan sholat penuh khusuk. Rentang waktu sholatnya lama sekali. Hingga Syaqiq mendengar suara keluh kesah dan suara tangisannya yang sungguh-sungguh memilukan siapa saja yang berada disampingnya.


Pemuda itu pun terus sholat , rakaat demi rakaat. Sampai muncul waktu fajar, barulah dia berhenti. Kemudian disambung pula dengan tasbih dan berdzikir.


Tatkala waktu subuh tiba, pemuda itu turut berjamaah dengan rombongan Syaqiq. Selepas subuh, dia lalu thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran. Kemudian dia menepikan dirinya dari tempat thawaf menuju ke suatu tempat di pinggir masjid.


Syaqiq penasaran dan mengikutinya dari belakang untuk melihat apa yang akan diperbuatnya setelah itu. Syaqiq melihat dia duduk dan orang-orang banyak mengelilinginya. Syaqiq menduga, mereka mungkin para pengikut dan pengawal-pengawalnya.


Orang-orang tersebut ternyata datang dari berbagai tempatdan mereka bertemu setiap tahun disana. Sebab dalam perjalanan menuju Baitullah, Syaqiq tidak melihat seorang pun dari mereka dalam rombongan.


Syaqiq lalu ikut duduk di situ mengelilinginya. Sementara orang-orang semakin ramai berdatangan membanjirinya dari arah masjid itu. Rasa penasaran Syaqiq akan siapa gerangan pemuda itu sebenarnya semakin menjadi. Selama ini Syaqiq telah menjumpai bermacam-macam keanehan terjadi pada pemuda itu. Namun tidak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk bertanya siapakah gerangan dirinya (pemuda itu).


“Wahai saudaraku, boleh aku bertanya sedikit,,? Syaqiq menghampiri salah seorang yang mengerumuni pemuda itu.
“Boleh”
“Siapa sebenarnya pemuda ini..? tanya syaqiq.
“Kau belum tahu..?”.
Syaqiq menggeleng-gelengkan kepala, tanda bahwa ia belum tahu.


Dia adalah Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib”, jawab lelaki yang ditanya Syaqiq seraya tersenyum.
‘Oh dari keturunan Ali Zainul Abidin bin Husain”.


Semoga Allah menurunkan rahmat dan berkah dari mereka sekalian serta mengkaruniakan manfaat bagi kita didunia dan akhirat Aamiin.


(Dinukil dari Anisul Mukminin / Hiburan Orang Mukmin / Shafwak Sa’dallah al-Mukhtar. Penerjamah H. Salim Basyarahil. Gema Insani Press, 1996).  


(dari berbagai sumber)



Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...