“ Malam itu akau melewati tanpa sholat tahajud, karena saat
aku merebahkan kepalaku untuk tidur aku melihat seakan kitab Allah dan sunnah
Nabi ada didepan mataku. Dari situ, aku menemukan kesimpulan tujuh puluh masalah fiqih yang bermafaat bagi kaum muslimin dan tak
ada kesempatan untuk melakukan sholat malam ”.
Imam Syafi’I suatu hari, menginap dirumah Imam
Ahmad. Sebelum iti Imam Ahmad sudah berkali-kali berscerita kepada tentang
sosok Imam Syafi’I – sosok yang dikenal sebagai ahli ibadah, berilmu dan
bertaqwa, jadi sang putri pun merasa penasaran dan membuktikan kebenaran cerita
tersebut.
Baca juga "Perjalanan Ruhani Al-Ghazali "
Baca juga "Perjalanan Ruhani Al-Ghazali "
Tapi setelah Imam safi’I menginap sang putri kecewa. Apa yang dilihat tidak seperti apa yang
diceritakan ayahnya. Setidaknyaada 3 hal yang dicatat. Pertama :
Saat dijamu makan, Imam Syafi’I makan dengan lahab seperti orang rakus, Kedua
: Ia tak melihat Imam Syafi’I sholat tahajud- dan bahkan memperkirakan
sepanjang malam, sang imam tidur pulas, Ketiga : Saat subuh tiba langsung
keluar kamar tak dan mengambil air wudhu, kemudian sholat subuh.
Sontak sang putri menemui ayahnya, menceritakan segumpal kekecewaan dan
apa yan dicatat. Imam Ahmad yang tak menyangka
memperhatikan dengan detail Imam Syafi’I ikut merasa penasaran.
Lalu ia menemui Imam syafi’I dan menanyakan hal tersebut. Awalnya Imam
Syafi’I berat berkata jujur, tapi akhirnya bercerita terus terang. “ Aku tahu
makan banyak karena tahu makanan yang kau hidangkan halal baik dank au seorang
laki-laki mulia.
Sedangkan makanan orang mulia dan halal adalah obat. Hal itu berbeda
dengan makanan orang kikir, yang bisa menjadi penyakit. Ujar Imam Syafi’i.
Imam Ahmadpun hanya termangu.
“ Malam itu aku melewatkan tanpa sholat Tahajud karena saat aku
merebahkan kepalaku untuk tidur aku melihat seakan kitab Allah dan sunnah Nabi
ada didepan mataku.
Dari situ, aku menemukan kesimpulan tujuh puluh masalh fiqih yang
bermanfat bagi kaum muslimin dan tak ada kesempatan untuk melakukan sholat
malam.
Imam Ahmad pun terkesima, “ Lalu aku sholat subuh tanpa wudhu karena
sepanjang malam itu aku tidak tidur sama sekali. Tidak ada sesuatu yang
membatalkan wudhuku. Jadi aku sholat subuh dengan wudhu Isya’.
Pengakuan Imam Syafi’I itu menepis rasa penasarannya dan Imam Ahmad tentu
merasa lega. Apa yang dilihat dan diperkirakan oleh putrinya ternyata tidak
benar Imam Syafi’I tidak melakukan sholat tahajud tapi dibalik itu justru
memikirkan nasib dan masa depan umat dengan menemukan beberapa kesimpulan
penting dalam ilmu fiqih.
Kelak dikemudian hari kesimpulan itu menjadi rujukkan banyak umat
islam.
Itulah Sosok Imam Syafi’I – lahir pada 150H (764M) di Gazzah. Dia
dikenal sebagai seorang ulama’ besar dan dicatat sejarah sebagai satu pendiri
mazhab yang dijadikan rujukan umat islam di dunia tidak terkecuali di negeri
ini.
Di balik kecemerlangan dan kecerdasan Imam Syafi’I, jauh sebelum ia
lahir ada satu kisah menarik yang mungkin bisa dijadikan pelajaran.
Alkisah, suatu hari ada pemuda yang berangkat mengaji dengan menyusuri
sungai. Di tengah perjalanan dia menemukan Delima Merah mengapung . Lapar
menggaruk perut, dan buah delima itu diambilnya kemudian dimakannya.
Tapi sebelum buah delima itu habis dimakannya dia teringat bahwa buah
delima itu pasti ada yang punya. Dan selama dia belum meminta izin kepada yang
punya haram hukumnya buah itu dimakannya. Sekilas ia teringat pesan sang guru.
“ Makanan yang masuk kedalam tubuh dan pakaian haram yang menutupi
badan dapat menjadi suatu sebab terhambatnya sebuah doa.
Sontak ia merasa bersalah dan berdosa karena telah memakan buah delima
yang belum menjadi miliknya atau haknya. Dia pun berpikir bagaimana menebus
kesalahan yang ia perbuatnya. ..?. Lama ia merenung dan akhirnya ia menemukan
solusi. Dia mau tak mau harus mencari si pemilik buas delima tersebut untuk
mendapatkan keikhlasan. Pemuda itu menyusuri sungai , berusaha mencari pemilik
buah delima yang telah dimakan separuh.
Setelah menempuh jalan berliku dan berkelok, akhirnya ia menemukan
sebuah kebun yang ditumbuhi buah delima. Pemuda itu tidak ragu lagi pastilah
pemilik kebun itu yang memiliki buah delima yang telah dia makan tadi.
Maka untuk membuktikan bahwa buah delima itu dari kebun tersebut,
pemuda itu mengamati pohon delima yang menempel di dahan seraya mencocokkan
dengan buah delima yang masih separuh yang ada dalam genggaman tangannya.
Buah delima yang ada dalam genggaman tangannya sama seperti buah delima
yang masih di dahan pohon delima di kebun tersebut.Tidak berbeda dengan kata
lain sama persis.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan sang pemilik kebun tersebut. Setelah
bertemu pemuda itupun meminta maaf dan dengan penuh rendah hati meminta
keikhlasan. Tentu pemilik kebun heran. Apalagi sebelumnya mereka belum kenal
dan belum pernah ketemu.
“Untuk apa engkau meminta maaf apalagi sebelumnya kita belum pernah “
Ketemu”. Lalu pemuda itu
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga dia memutuskan untuk menyusuri
sungai “ Kini setelah saya menceritakan apa yang terjadi maukah bapak memaafkan
saya..?”.
Seketika itu sang pemilik kebun yang sudah tua itu terkesima. Apalagi
ia tak pernah menjumpai pemuda yang begitu hati-hati dalam menjaga makanan yang
masuk dalam perut.
Pemilik kebun itupun termenung , tapi pemuda itu merasa cemas. Apa yang
kiranya diucapkan oleh yang empunya kebun ersbut. Apakah dia menerima maafnya
dan mengikhlaskan buah delima yang dimakan itu..? “ Aku akan memaafkan tetapi
dengan satu syarat”.
“ Dengan sekuat tenaga akan aku penuhi syarat tersebut “. “ Begini “
Jawaban pemilik kebun tersebut dengan penuh teka-teki. “Aku memiliki anak
perempuan tunggal yang tuli, buta , bisu dan limpuh “.
“Lalu apa persyaratan yang harus aku lakukan..?. Aku mau kau menikahi
puriku itu, aku mau kau jadi menantuku. Itu syarat yang aku ajukan untuk sebuah
delima yang telah engkau makan agar aku dapat mengikhlaskannya.
LAngit seperti runtuh seketika pemuda itu mendengar persyaratan sang
pemilik delima sekaligus pemilik kebun tersebut. Bagaimana hanay memakan delima
ia harus menebusnya dengan cara menikahi seoranggadis, Buta, tuli, bisu dan
lumpuh…?.
Rasanya syarat tersebut tak sebanding dengan kesalahan yang telah
diperbuat hanya karena makan Buah Delima yang kebetulan bukan haknya palagi
buah tersbut sudah tereksan dibuang dan hanyut disungai.
Tetapi apa yang bisa diperbuat..?. Dia sudah bertekat mencari
keikhlasan. Bagaimana cara buah delima yang dimakan itu bisa halal yang sudah
masuk kedalam perut pemuda itu.
Akhirnya sang pemuda itu mau tak mau demi halalnya separuh delima yang
sudah dimakannya itu menyanggupi persayaratan tersebut. Dia bersedia menikahi
anak perempuan pemilik kebun delima tersebut yang di ceritakan Buta, Tuli, Bisu
dan lumpuh itu.
Sebelum pemilik kebun menikahkan putrinya yang cacat itu. Sang pemuda
diajak menemui putri- yang tidak lain adalah calon istrinya lebih dulu. Tapi
apa yang dijumpai sang pemuda saat melihat langsung putri pemilik kebun
tersebut.
Pemuda itu bingung karena pemuda itu hanya melihat ada seorang wanita
cantik rupawan. Tak ada wanita lain apalagi wanita Bisu, Tuli, Buta dan Lumpuh. “ Ia
itu calon istrimu”. Ujar pemilik kebun tersebut.
Setelah sang pemuda meninggalkan ruangan. “ Tadi Bapak bercerita putri
bapak Buta, Tuli, Bisu dan Lumpuh “. Tapi sebaliknya justru yang aku lihat
Gadis yang cantik rupawan.
Pemilik kebun tersebut lalu menjawab : “ Ia Buta
soal melihat kemaksiatan, Ia Tuli karena
tidak pernah mendengar pembicaraan yang dapat menimbulkan murka Allah, Ia Bisu juga tidak mengucapkan makian, Ia Lumpuh karena tidak pernah melangkahkan
kakinya ke tempat maksiat. Dan tak ada pemuda yang menikahinya kecuali kamu…”
Siapa pemuda itu …? Pemuda itu tidak lain adalah Idris As-Syafi’I. dan
dari pernikahan itulah kemudian lahir anak yang kemudian lahir dikenal dengan
sebutan Imam Syafi’I anak yang cemerlang dan cerdas saat umur 6 tahun dia sudah
hafal Al-Quran dan setelah wafat dikenal sebagai ahli fiqih yang mumpuni.
( Berbagai Sumber )