Blog Konten Islam: MENJELANG KEMATIAN MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR
Showing posts with label MENJELANG KEMATIAN MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR. Show all posts
Showing posts with label MENJELANG KEMATIAN MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR. Show all posts

Sunday 10 June 2018

MENJELANG KEMATIAN MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR

MENJELANG KEMATIAN   MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR

  DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"

MENJELANG KEMATIAN
MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR

“Mungkin ia berusaha melawan Malaikat Izrail saat hendak mencabut nyawanya“.

Tak ada seorang pun didunia ini yang ingin meninggal dalam keadaan mengenaskan, meski itu seorang begundal sekalipun. Sejahat-jahatnya manusia, mereka tetap berpikiran bahwa akhir hidup yang manis dan indah adalah impiannya. Namun, kematian adalah takdir Tuhan yang sangat misterius. Kita tidak bisa menentukan kematian diri kita sendiri. Kematian itu bisa datang kapan saja. Karena itu, bersiap-siaplah selalu diri kita dengan ibadah dan amal shaleh, hingga saat kematian itu tiba, kita siap menemui-Nya.

Kisah berikut ini menggambarkan pada kita betapa kematian itu adalah hal yang sangat misterius dan bisa terjadi kapan saja. Sebut saja namanya kakek Sahir. Usianya sekitar 60 tahun. Warga Bogor ini sebanarnya dikenal cukup baik dengan tetangganya. Ia pandai bergaul dan tidak memilih-milih teman. Maklum namanya juga tinggal di kampung hubungan kekerabatan di kampung dikenal masih sangat kuat dibandingkan di kota.


Hanya saja hasil yang kurang dimiliki oleh kakek Sahir ia tidak pernah sholat . Ibadah ibadaj lima waktu dalam sehari nampaknya menjadi sesuatu yang sangat asing sekali baginya. Padahal setiap hari ia mendengar adzan yang berkumadnang dari segala penjuru mushala dan masjid. Setiap saat pua ia melihat wanita berkerudung yang wira-wiri ikut pengajian di kampungnya. Juga lelaki berkopiah yang banyak ditemukan di sekitar rumahnya. Tampaknya, semua pemandangan yang islami itu tidak menggugahnya untuk menjadi lelaki yang raji beribadah. Jangankan sholat lima waktu sekali saja dalam sehari, misalnya sholat magrib tak pernah ia kerjakan.


Padahal saati itu, saat itu usia kakek Sahir sudah uzur 60 tahun. Usia dimana batas paling tipis seseorang mendekati kematian jika kita merujuk pada usia nabi kita yaitu usia63 tahun. Seharus dalam usia setua itu kakek Sahir mengubah pola dan maenset hidupnya menjadi lebih agamis. Namun, hidayah Allah itu memang tak menghampiri kakek Sahir. Hanya Tuhanlah semata yang berkuasa memberi hidayah kepada hambanya agar seseorang menjadi hamba yang shaleh.

Dalam keluarga kakek Sahir sendiri, sholat memangng menjadi barang yang sangat langka. Padhal di KTP –nya tertulis beragama islam, Sholat yang menjadi fondasi yang paling utama dalam agama islam justru ia tinggalkan dan tak pernah sama sekali ia tunaikan. Merea sholat terkadang pada hari-hari besar islam saja Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha. Sholat Jum’at yang hanya seminggu sekali pun, tak pernah ia tunaikan.


Kakek Sahir pernah ditanya soal ini ia menjawab, “Yang sholat saja banyak yang tidak benar. Koruptor, penjahat, maling pemerkosa, mereka semua juga sholat . Jika begini orang yang bertanya pun dibuat pusing tujuh keliing. Jika ditanya lagi, “Kalau mereka tidak sholat akan lebih jahat lagi kek”.


Kakekpun lebih pintar menjawabnya, “Itu kan menurut kamu. Kenyataannya, mereka yang jahat-jahat itu padahal sholat semua “, dalam hal ini kakek pun merasa menang. Akhirnya tak satu pun ada orang yang mampu menyadarkannya. Lagi-lagi Hidayah Allah belum berkenan mampir di kalbunya.

KERESAHAN WARGA.
Kebiasan jelek lainnya dari kakek Sahir adalah suka menyetel music keras-keras hingga tetangga yang jaraknya 20 meterpun cukup terganggu dengan suara musik yang di setel oleh kakek Sahir. Lagu-lagu kesukaannya berirama kenangan klasik dan dangdut. Namun bukan karena pada jenis musik yang membuatnya disalahkan, tapi pada waktunya. Kok bisa..?

Ya kakek Sahir kadang seenaknya saja menyetel musik. Meski adzan sedang berumandang sekalipun. Kakek Sahir tetap tidak memelankan vlume musik yang didengarnya. Sehingga lagu-lagu yang disetel saling bertautan dan bertegur sapa dengan suara adzan.

Dalam hal inipun ia pernah ditegur. Namun, dasar sudah kakek ingatannya terkadang muadah lupa. Sekali waktu ia melaksanakan perintah orang yang menegurnya namun lain waktu ia mengulanginya lagi. Dan seterusnya begitu yang pada akhirnya orang yang menegurnya menjadi jenuh sendiri, “Sudah saya ingatin soal ia mau berubah atau tidak itu urusan dia sendiri dengan Tuhan”, kata orang yang menegur suatu kali.

Lagi, pula suasana dikampung tempat kakek Sahir tinggal memang memiliki sikap toleransi yang tinggi> orang-orang jarang sekali mengusik urusan orang lain meskipun itu dinilai mengganggu dan kurang tepat. Jadi, kebiasaaan kakek Sahir yang demikian kurang tepat it uterus dibiarkan begitu saja hingga tak lagi ada orang mau mengingatkannya.

Meski, sudah uzur kakek sahir memang terbilang penyuka lagu dangdut kelas kakap. Jika ada acara dangdutan dikampung , ia tak pernah absen menontony. Bahkan tanpa malu lagi ia terkadang naik panggung dan saweran (joget sambil membayar langsung sang penyanyi).

Suatu ketika ia pernah mempertontonkan aksi joget yang kurang senonoh pada sang biduan yang cantik. Kedua matanya melototi kedua pantat dan pinggul sang penyanyi dengan tak berkedip sambil mendongakkan kepalanya. Aksinya yang kurang bermoral ini lantas membuat pihak keamanan sempat bereaksi. Ia segera saja ditarik dari panggung karena membuat sang penyanyi sudah tidak nyaman lagi.

Demikian beberapa kebiasaan kejelekkan Kakek Sahir. Usianya yang sudah tidak muda lagi bahkan sudah menyandang kakek itu tak seharusnya perilakunya seperti itu. Akhirnya, iapun mengalami akhir hidup yang mengenaskan

Meninggal Mengenasakan.
Suatu, kali salah seorang anaknya masuk kekamar Kakek Sahir. Betapa terkejutnya ternyata Kakek sahir dilihatnya sudah meregang nyawa. Yang paling mengenaskan ia meninggal dalam kondisi mata melotot dan kedua tangannya bereaksi seperti mau mencakar oran. Banyak orang yang menafsiri kematian kakek Sahir ini ia berusaha melaan Malaikat Izrail saat hendak mencabutnyawanya, sehingga kondisi tangannya seperti hendak mencakar, maksudnya ia hendak mencakar sang Malaikat.

Namu, sakitnya nyawa saat dicabut membuat mata kakek Sahir melotot. Tampaknya ia mengalami proses kematian yang sangat menyekitkan. Ia tak kuasa menahan kekuatan Malaikat Izrail yang super dahsyat saat mencabut nyawanya. Wallahu a’lam bl-shawab!

Yang jelas, akhir kisah hidup sang kakek sahir yang tiba-tiba dan mengenaskan itu memang menjadi perhatian banyak orang. Akibat menyepelekan arti pentingnya sholat lima waktu, suka menyetel musik dengan keras disaat-saat kurang tepat dan melakukan perbuat tidak senonoh kepada orang lain, Kakek sahir pun dipanggil Allah swt dalam kondisi yang tidak tenang dan tidak diridha I Allah swt alias dalam keadaan Su’ul khotimah.

NAIK PANGGUNG DAN SAWERAN.
Tentu kita tidak ingin seperti kakek sahir, arena itu, selagi masih hidup, ayo jalankan sholat lima waktu dengan sebaik-baiknya dan kalau bisa tepat waktu. Lebih baik lagi, sholat sunnah juga kita jalankan. Selain itu hargai orang yang sedang beribadah. Matikan musik, meski itu pelan sekalipun, saat adzan sedang berkumandang sebagai bentuk penghormatan dan sebagai muslim yang baik ini salah satu bentuk penghormatan terhadap seruan Allah swt.

Semoga kita termasuk kedalam golongan umat Nabi Muhammad saw yang meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah,  Amiiiiin


 (Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com 11Juni2018 -

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...