DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"
MENJELANG
KEMATIAN
MATA MELOTOT & TANGAN MENCAKAR
“Mungkin ia berusaha melawan Malaikat
Izrail saat hendak mencabut nyawanya“.
Tak ada seorang pun didunia ini yang
ingin meninggal dalam keadaan mengenaskan, meski itu seorang begundal
sekalipun. Sejahat-jahatnya manusia, mereka tetap berpikiran bahwa akhir hidup
yang manis dan indah adalah impiannya. Namun, kematian adalah takdir Tuhan yang
sangat misterius. Kita tidak bisa menentukan kematian diri kita sendiri.
Kematian itu bisa datang kapan saja. Karena itu, bersiap-siaplah selalu diri
kita dengan ibadah dan amal shaleh, hingga saat kematian itu tiba, kita siap
menemui-Nya.
Kisah berikut ini menggambarkan pada kita betapa kematian
itu adalah hal yang sangat misterius dan bisa terjadi kapan saja. Sebut saja
namanya kakek Sahir. Usianya sekitar 60 tahun. Warga Bogor ini sebanarnya
dikenal cukup baik dengan tetangganya. Ia pandai bergaul dan tidak
memilih-milih teman. Maklum namanya juga tinggal di kampung hubungan
kekerabatan di kampung dikenal masih sangat kuat dibandingkan di kota.
Hanya saja hasil yang kurang dimiliki oleh kakek Sahir ia
tidak pernah sholat . Ibadah ibadaj lima waktu dalam sehari nampaknya menjadi
sesuatu yang sangat asing sekali baginya. Padahal setiap hari ia mendengar
adzan yang berkumadnang dari segala penjuru mushala dan masjid. Setiap saat pua
ia melihat wanita berkerudung yang wira-wiri ikut pengajian di kampungnya. Juga
lelaki berkopiah yang banyak ditemukan di sekitar rumahnya. Tampaknya, semua
pemandangan yang islami itu tidak menggugahnya untuk menjadi lelaki yang raji
beribadah. Jangankan sholat lima waktu sekali saja dalam sehari, misalnya
sholat magrib tak pernah ia kerjakan.
Dalam keluarga kakek Sahir sendiri, sholat memangng
menjadi barang yang sangat langka. Padhal di KTP –nya tertulis beragama islam,
Sholat yang menjadi fondasi yang paling utama dalam agama islam justru ia
tinggalkan dan tak pernah sama sekali ia tunaikan. Merea sholat terkadang pada
hari-hari besar islam saja Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha. Sholat
Jum’at yang hanya seminggu sekali pun, tak pernah ia tunaikan.
Kakek Sahir pernah ditanya soal ini ia menjawab, “Yang
sholat saja banyak yang tidak benar. Koruptor, penjahat, maling pemerkosa,
mereka semua juga sholat . Jika begini orang yang bertanya pun dibuat pusing
tujuh keliing. Jika ditanya lagi, “Kalau mereka tidak sholat akan lebih jahat
lagi kek”.
KERESAHAN WARGA.
Kebiasan jelek lainnya dari
kakek Sahir adalah suka menyetel music keras-keras hingga tetangga yang
jaraknya 20 meterpun cukup terganggu dengan suara musik yang di setel oleh
kakek Sahir. Lagu-lagu kesukaannya berirama kenangan klasik dan dangdut. Namun
bukan karena pada jenis musik yang membuatnya disalahkan, tapi pada waktunya.
Kok bisa..?
Ya kakek Sahir kadang
seenaknya saja menyetel musik. Meski adzan sedang berumandang sekalipun. Kakek
Sahir tetap tidak memelankan vlume musik yang didengarnya. Sehingga lagu-lagu
yang disetel saling bertautan dan bertegur sapa dengan suara adzan.
Dalam hal inipun ia pernah
ditegur. Namun, dasar sudah kakek ingatannya terkadang muadah lupa. Sekali
waktu ia melaksanakan perintah orang yang menegurnya namun lain waktu ia
mengulanginya lagi. Dan seterusnya begitu yang pada akhirnya orang yang
menegurnya menjadi jenuh sendiri, “Sudah saya ingatin soal ia mau berubah atau
tidak itu urusan dia sendiri dengan Tuhan”, kata orang yang menegur suatu kali.
Lagi, pula suasana dikampung
tempat kakek Sahir tinggal memang memiliki sikap toleransi yang tinggi>
orang-orang jarang sekali mengusik urusan orang lain meskipun itu dinilai
mengganggu dan kurang tepat. Jadi, kebiasaaan kakek Sahir yang demikian kurang
tepat it uterus dibiarkan begitu saja hingga tak lagi ada orang mau
mengingatkannya.
Meski, sudah uzur kakek sahir
memang terbilang penyuka lagu dangdut kelas kakap. Jika ada acara dangdutan
dikampung , ia tak pernah absen menontony. Bahkan tanpa malu lagi ia terkadang
naik panggung dan saweran (joget sambil membayar langsung sang penyanyi).
Suatu ketika ia pernah
mempertontonkan aksi joget yang kurang senonoh pada sang biduan yang cantik.
Kedua matanya melototi kedua pantat dan pinggul sang penyanyi dengan tak
berkedip sambil mendongakkan kepalanya. Aksinya yang kurang bermoral ini lantas
membuat pihak keamanan sempat bereaksi. Ia segera saja ditarik dari panggung karena
membuat sang penyanyi sudah tidak nyaman lagi.
Demikian beberapa kebiasaan
kejelekkan Kakek Sahir. Usianya yang sudah tidak muda lagi bahkan sudah
menyandang kakek itu tak seharusnya perilakunya seperti itu. Akhirnya, iapun
mengalami akhir hidup yang mengenaskan
Meninggal Mengenasakan.
Suatu, kali salah seorang anaknya masuk kekamar Kakek
Sahir. Betapa terkejutnya ternyata Kakek sahir dilihatnya sudah meregang nyawa.
Yang paling mengenaskan ia meninggal dalam kondisi mata melotot dan kedua
tangannya bereaksi seperti mau mencakar oran. Banyak orang yang menafsiri kematian
kakek Sahir ini ia berusaha melaan Malaikat Izrail saat hendak
mencabutnyawanya, sehingga kondisi tangannya seperti hendak mencakar, maksudnya
ia hendak mencakar sang Malaikat.
Namu, sakitnya nyawa saat dicabut membuat mata kakek
Sahir melotot. Tampaknya ia mengalami proses kematian yang sangat menyekitkan.
Ia tak kuasa menahan kekuatan Malaikat Izrail yang super dahsyat saat mencabut
nyawanya. Wallahu a’lam bl-shawab!
Yang jelas, akhir kisah hidup sang kakek sahir yang
tiba-tiba dan mengenaskan itu memang menjadi perhatian banyak orang. Akibat
menyepelekan arti pentingnya sholat lima waktu, suka menyetel musik dengan
keras disaat-saat kurang tepat dan melakukan perbuat tidak senonoh kepada orang
lain, Kakek sahir pun dipanggil Allah swt dalam kondisi yang tidak tenang dan
tidak diridha I Allah swt alias dalam keadaan Su’ul khotimah.
NAIK PANGGUNG DAN SAWERAN.
Tentu kita tidak ingin seperti kakek sahir, arena itu,
selagi masih hidup, ayo jalankan sholat lima waktu dengan sebaik-baiknya dan
kalau bisa tepat waktu. Lebih baik lagi, sholat sunnah juga kita jalankan.
Selain itu hargai orang yang sedang beribadah. Matikan musik, meski itu pelan
sekalipun, saat adzan sedang berkumandang sebagai bentuk penghormatan dan
sebagai muslim yang baik ini salah satu bentuk penghormatan terhadap seruan
Allah swt.
Semoga kita termasuk kedalam golongan umat Nabi Muhammad
saw yang meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah, Amiiiiin
(Wallahu A’lam Bisshawab)