Dasbor " Asmaul Husna"
AL-WAKIL BELAJAR
MENJADI WAKIL SEJATI
“
Yang kita wakili harus mendapat ketenangan, keamanan, dan terpenuhi semua
kepentingannya seperti hak-hak politik, ekonomi, sosial dan budaya “..
Bersumber dari Abu
Dzar ra berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Engaku tidak mengangkatku menjadi
wakilmu..?”. Kemudian beliau menepuk-nepuk pundakku dengan kedua tangannya
serya bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah,
padahal kekuasaan itu adalah amanah. Kelak di hari kiamat kekuasaan itu akan
menjadi kehinaan dan kesedihan , kecuali orang yang mengambilnya dengan
kebenaran dan menunaikan segala kewajiban” (HR. Muslim).
Baca Juga "Memahami Kata Tadarus"
Baca Juga "Melindungi Anak Dari Bahaya Teknologi"
Baca Juga "Memahami Kata Tadarus"
Baca Juga "Melindungi Anak Dari Bahaya Teknologi"
Bisa jadi yang dimaskud lemah pada diri Abu Dzar bukan lemah fisik.
Tetapi lemah dalam arti yang luas yang diperlakukan bagi seorang yang menjadi
wakil orang banyak. Apalagi menjadi wakil atau pimpinan itu harus mampu
memberikan ketenangan, keamanan, kepercayaan bagi orang yang diwakilkan atau
dipimpin. Rasulullah saw kembali menegaskan, “Sesungguhnya kita, demi Allah,
tidak akan memberikan pekerjaan ini (kepemimpinan) kepada seorang yang
memintanya dan tidak juga kepada orang yang sangat menginginkannya “, (HR.
Bukhari-Muslim).
Sungguh, keadaan saat ini sidah jauh berubah. Manusia saling berebut untuk
mewakili manusia yang lainnya. Dibidang kenegaraan banyak orang yang bersedia
menjadi wakil sekian banyak orang. Segala hajat dan hak-hak sebagai warga
Negara cukup diwakilkan oleh seorang saja yang duduk diparlemen. Untuk bisa
menjadi wakil rakyat atau orang banyak harus berjuang dan berkorban. Bukan
berjuang agar bisa menjadi wakil yang baik dan memenuhi harapan khalayak kelak.
Tetapi bagaimana menarik keuntungan atas kebaikan manusia. Pun amal-ibadah
sekian miliar hamba dalam sehari tidak menambah eksistensi – Nya sebagai Tuhan di
mata sekian miliar makhluk ciptaa-Nya.
Di dalam Al-Quran, kata Al-Wakil antara lain, “dan Allah pemelihara
segala sesuatu” QS. Hud/11:12); “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu” (QS. AL-Zumar/39:62). “Cukuplah Allah menjadi
pelindung” (QS. An-Nisa/4:81). “Janganlah kamu mencari penolong selain Aku”
(QS. Al-Israa/17:2).
Menurut Mahmud Samiy, Al-Wakil adalah zat yang mengurus segala urusan
hamba_Nya dan memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka. Atau Al-Wakil
adalah zat yang segala perkara diwailkan kepad-Nya. Jadi Allah adalah mutlak,
yang segala urusan diserkan kepad-Nya , dan Dia selalu sesuai untuk
melaksanakan dan menyempurnakannya.
Berdasarkan paparan diatas bagi semua makhluk tidak punya pilihan
selain harus menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Karena Dia-lah
sebaik-baiknya wakil yang paling pantas diserahi urusan. Di mampumemberi rasa
tenang bagi seklaian hamba yang menyerahkan hidup matinya kepada Allah, Dia
tidak merasa berat dan terbebani. Tetapi Dia tidak memiliki kewajiban untuk itu
semua. Manusia tidak boleh beranggapan bahwa Allah berkewajiban memenuhi semua
harapan manusia.
Selama ini manusia seperti kata Syekh Al-Jerrahi, mengira bahwa mereka
mampu berbuat, tetapi sejatinya Allah yang melakukan segalanya. Untuk semua
itu, Allah tidak memerlukan pihak lain sebab Dia bisa menggantikan segala
sesuatu. Tetapi segala sesuatu , apapun namanya, tidak bisa menggantikan
peran-Nya untuk menolong, memelihara, melindungi segala makhluk.
Hanya saja tidak harus memaknai bahwa kita tidak perlu lagi berusaha,
termasuk meminta kepada-Nya. Ini namanya salah kaprah. Dalam sejarah, seorang
sahabat menemui Nabi Muhammad saw di masjid tanpa menambatkan untanya.
Rasulullah saw bersabda : “Ikatlah untamu. Kemudian bertaqwalah kepada Allah
swt “, Rasulullah berkata demikian karena sahabat itu ketika ditanya tentang
untanya ia berkata , “Aku telah bertawakal kepada Allah”.
Jelas islam memegang teguh hubungan sebab akibat. Karena untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan , manusia harus mengusahakannya. Memang
keberhasilan yang didapat diberikan oleh Allah swt. Tetapi Allah begitu
mencintai hamba yang berdoa dan berusaha secara aktif. Allah berjanji bahwa Dia
tidak menjadikan usaha para hamba sia-sia. Inilah makna tawakal dalam teologi
kita.
Lebih jelas, Rasulullah saw pernah menyatakan, “Jika engkau benar-benar
bertawakal kepada Allah swt, Dia akan memberimu makan seperti halnya Allah
memberi makan burung-burung-Nya. Mengapa burung..?. Ya, karena burung hanya
berusaha mencari makan. Tidak seperti manusia yang diberi akal untuk bertani
dan berladang. Namun tidak pernah diberitakan ada burung mati kelaparan.
Sedangkan manusia kerap ditengarai kurang gizi dan nutrisi. Manusia harus
belajar bertawakal kepada makhluk seperti burung.
Saudaraku, kian gambling bahwa kita berpotensi untuk menjadi wakil bagi
sesame. Syaratnya kita memegang teguh kewajiban itu. Yang kita wakili harus
mendapatkan ketenangan, keamanan, dan terpenuhi seperti hak-hak politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
Inilah sebenarnya makna tertinggi AL-Wakil bagi manusia. Manusia memang
tidak bisa lari dari wakil bagi sesamanya. Allah memberi prosedur dan standart
operasionalnya sehingga semua manusia menuai bahagia, bukan justru menjadi
susah dan diliputi malapetaka seperti praktik di negeri kita ini.
Saatnya kita berlomba untuk menjadi wakil bagi semua penduduk di negeri
ini. Semoga kita bisa menjadi seorang sosok atau figure Al-Wakil yang
diaharpakan oleh Rasulullah yaitu sosok pemimpin yang adil, bijaksana, amanah dan
dapat dipercaya serta adil dalam memutuskan setiap perkara yang dihadapi bagi
orang yang diwakilinya. Semoga, Aamiin.
Wallahu ‘alam Bhisawab
( Berbagai Sumber )