Kehidupan Remaja
Mulai Jauh dari Agama,
Perlu
Pengajian Remaja
Dewasa ini,
kita miris sekali jika melihat nasib anak remaja. Tampakanya
Nilai-nilai agama sudah mulai jauh dari kehidupan mereka. Hampir jarang
terlihat di masjid atau Mushalla , para remaja sedang mengaji atau mengikuti
pengajian.
Yang ada habis Magrib mereka
sudah siap-siap pergi. Contohnya pergi ke warung internet (warnet) untuk main
games , buka situs-situs orang dewasa dan sebagainya yang mengarah ke hal-hal negative.
Baca juga>>>" 21 Alasan Jamaah di Masjid"
Baca juga>>>" 21 Alasan Jamaah di Masjid"
Kondisi demikian menjadi
tanggungjawab kita bersama, bukan bukan saja orang tua dirumah, penguna masjid
atau mushalla tapi juga pemerintah. Dengan kata lai, pemerintah juga sebaiknya
juga tidak tinggaldiam melihat kondisi seperti ini.
Karena itu, kita perlu memberikan
paresiasi terhadap Kota Yogyakarta yang telah mengeluarkan kebijakan Gerakan
Masyarakat Masjid (GEMMAR). Mengaji sejak tahun 2012 (September).
Kebijakan ini sendiri disambut sangat meriah oleh ribuan
santri yang memadati Masjid Diponegoro, Komples Balai Kota Yogyakarta saat itu.
Lengkap dengan pakain muslim dan mushaf Al-Quran , anak-anak ini menyambut peluncuran
GEMMAR mengaji.
Menurut Kepala Kanwil Kemenag
DIY, Maskul Haji , sendiri saat itu bahwa GEMMAR Mengaji di Kota Gudeg memang
difokuskan untuk anak-anak . “ Diterapkan dulu untk TPA dan TPQ karena lebih
efektif untuk usia mereka , “Ujar Maskul kepada Media “.
Sebelum GEMMAR Mengaji
diluncurkan pun , kesadaran pemerintah DIY agar masyarakat dengan Al-Quran
sudah terwujud,”Kita ada SK Gubernur tentang Pengamalan dan Pemahaman Al-Quran”
katanya.
Menariknya program mengaji ini
juga diterpakan kepada pejabat pemerintah , baik dari tingkat kota/kabupaten
hingga Privinsi Yogyakarta. Setiap bulan pada Rabu pecan pertama, pegawai
diberbagai SKPD menyelenggarakan pengajian.
Tidak hanya mengaji Al-Quran
tetapi juga bahasan tematik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai Provinsi yang otonom untuk menerpakan Syariat Islam. Aceh lebih-lebih
lagi,. Program Magrib Mengaji ini sudah berjalan rutin di Aceh Besar, Aceh
Timur dan Banda Aceh.
Baca juga>>>"10 Alasan Doa Belum Dikabulkan"
Baca juga>>>"10 Alasan Doa Belum Dikabulkan"
Menariknya program ini telah
mendapatkan dukungan penuh dari Pemda dengan sokongan APBD. Biaya tersebut
digunakan Pengawas dalam menjalankan program hingga tingkat desa.
Di Aceh sendiri tradisi magrib
Mengaji ini sebenarnya sudah sejak lama berlangsung, namun sejak konflik
terjadi di Aceh kegiatan ini berhenti sebentar.Jangankan untuk mengaji di
Suarau atau masjid, keluar rumah saja tidak berani.
Ancaman yang setiap saat
menghantui para warga membuat mereka takut untuk melakukan kegiatan habis
Magrib. Setelah konflik berlalu dan provinsi itu mempunyai hak otonomi untuk
menerapkan syariat islam, kegiatan Magrib Mengaji diterapkan bahkan tidak itu
saja pemerintah juga menyelenggarakan Program Subuh Keliling (suling).
Program ini ternyata cukup
efektif untuk mengajak umat islam untuk meramaikan masjid dan lebih dekat pada
Al-Quran.
Safari subuh dilakukan oleh
masyarakat berbagai ormas islam ke berbagai masjid yang ada di seluruh Ace.
Selain mengaji Al-Quran Suling juga diisi dengan ceramah. Kajiannya
macam-macam, mulai dari tauhid, fiqih dan Tasawuf.
Suling ini manfaatnya banyak,
salah satunyamengajarkan masyarkat untuk menjaga tali silaturahmi , baik
penduduk satu desa maupun antar desa. Dalam Suling ini jamaah Subuh Keliling
akan mendapatkan sarapan gratis usai Sholat Subuh.
Berbeda dengan daerah-daerah
lain, di Aceh tampaknya kegiatan GEMMAR Mengaji dan Subuh Keliling ini
mendapatkan respon yang lebih baik kondisinya yang memungkinkan, yaitu
diterapkannya Qanun Syariah di sana. Kondisi ini membuat masyarakat nyaman
dengan program-program keislaman.
Pengajian
Khusus Remaja
Pada malam sabtu , 06 desember 2014 lalu, pengajian rutin untuk
kalangan remaja juga baru dimulai di Masjid Al-Ithihad. Dayeuh, Cileungsi.
Pengajian yang rencananya dilaksanakan tiap minggu sekali ini diselenggarakan
tiap habis Isya’ dalam asuhan langsung Ustadz Muda dari Kedep Bogor, Ust Ahmad.
Yang menarik, inisiatif pengajian ini justru muncul dari kalangan remaja
sendiri yang merindukan suasan keagamaan di masjid untuk kalangan mereka.
Pasalnya selama ini pengajian di masjid tersebut didominasi oleh pengajian
orang dewasa sehingga anak remaja yang ingin mengaji merasa minder.
Dengan adanya pengajian khusus untukkalangan remaja ini , membuat
mereka semangat untuk mengaji. Konsep pengajian tersebut beragam , seperti
pembelajaran Iqra’ da Al-Quran serta pendalaman dasar-dasar ilmu agama baik
fiqih, hadits, akhlaq dan sebagainya.
Yang jelas adanya pengajian ini memberikan rangsangan yang positif
kepada para remaja di sekitar Masjid Al-Ittihad untuksemakin mencintai kegiatan
– kegiatan keagamaan ditengah maraknya serangan budaya modern seperti internet,
gadget, dan sebagainya.
Kasus ini juga memberikan sebuah gambaran bahwa remaja memang harus
diberikan “Kegiatan Keagamaan Khusus” alias “Pengajian sendiri”. Selama ini
sosok remaja memang kerap kali terpinggirkan dalam kegiatan keagamaan.
Kalu tidak untuk anak-anak, pengajian kerap kali diarahkan kepada
orang-orang dewasa. Jadi wilayah pengajian khusus untuk kalangan remaja sangat
jarang.
Karena itu, adanya kegiatan GEMMAR Mengaji yang ditunjukkan untk
menarik mint para anak-anak dan remaja untuk mengaji serta pengajian-pengajian
khusus linnya perlu dikembangkan lagi.
Sebab, para remaja itu peril “distimulasi” (dirangsan) untuk mengaji.
Asalnya, dunia mereka bukan dunia pengajian. Dunia mereka dunia senang-senang
dan hura-hura.
Mengaji berarti serius. Sedangkan anak remaja belum pada kehidupan yang
serius.Mereka masih senang ngumpul dengan teman-temannya dan sebagainya. Karena
itu mereka perlu dirangsang dengan pengajian yang dibentuk oleh kalangan
dewasa.
Jadi harus ada inisiatif dari orang-orang dewasa untuk memberdayakan
anak remaja agar mencintai pengajian. Untuk mewujudkan itu, atas izin Allah
penulis sendiri diberikan kesempatan oleh-Nya untuk membuat pengajian Ulul Abah
untuk kalangan anak-anak dan remaja di kawasan perumahan Grand Kahuripan
Klapanunggal Bogor.
Awalnya pengajian ini hanya diperuntukkan untuk kalangan anak-anak yang
ingin belajar Iqra’. Namun dalam perkembangannya, ternyata tidak sedikit anak
remaja yang ingin bergabun. Waktunya persis seperti GEMMAR Mengaji yaitu habis
Magrib.
Bedanya Pengajian Ulul Albab ini diselenggaraan di rumah bukan di
masjid atau mushalla. Bukan pula sebuah TPA (Taman Pendidikan Anak-anak) atau TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) , tapi
hanyalah sebuah PTA (Pengajian Tradisional Anak).
Di kampung-kampung, Tradisi PTA ini masih berlangsung cukup baik. Ibu
saya sendiri, sejak puluhan tahun yang lalu masih mengadakan pengajian
anak-anak dan remaja di rumahnya.
Ibu saya menyelenggarakannya habis sholat Ashar. Sudah puluhan anak
santri yang sudah berhasil dikhatam(khataman) yaitu selesai membaca Al-Quran 30
juz. Sebagai bentuk rasa syukur, diadakanlah waimah (acara). Tradisi walimah
untuk merayakan selesainya membaca Al-Quran 30 Juz ini disebut Khataman.
Di Kampung atau pesantren, tradisi Khataman ini masih berlangsung
sangat baik. Hal ini berbeda perkotaan. Say jarang sekali melihat tradisi ini
berlangsung dirumah-rumah. Kalau pun ada pengajian , namun tradisi khataman ini
jarang sekali dilestarikan kecuali di pesantren – pesantren perkotaan.
Kondisi ini juga seharusnya merangsang para ustadz/ustadzah untuk
membuka pengajian sendiri (PTA) di rumahnya.Tapi tampaknya, hal ini tidak mudah
diwujudkan. Pasalnya . para ustadz/ustadzah sendirikonsentrasinya lebih banyak
pada dakwah dakwah umum yaitu tidak bersentuhan dengan anak-anak dan remaja.
Mungkin keadaanya sudah berbeda dengan masa lampau ketiak era teknologi
belum masuk ke negeri ini. Banyak sekali pendakwah atau ustad/ustadzah yang
lebih tertarik berdakwah lewat Televisi, mimbar dan panggung, tapi tidak
memiliki santri dirumahnya.
Alasan sederhana mereka tak punya waktu untuk bersentuhan langsung
(mengajar) anak-anak dengan membuat pengajian dirumahnya. Dan jika ditinjau
dari segi material, memang tidak mendapatkan apa-apa selain kepuasan batin
semata dan rasa tanggungjawabnya kepada umat, terutama anak-anak dan remaja.
Semoga kedepan anak-anak dan remaja mencintai pengajian semakin banyak
lagi. Demikian juga denga ustadz/ustadzah yang membuka pengajian di rumahnya.
Sebab masa depan bangsa ada ditangan mereka yaitu anak-anak dan remaja.
Semakin baik mereka dibekali ilmu-ilmu agama sejak dini kian baik pula
bangsa ini dengan kehadiran mereka saat dewasa amiiin .
Wallahu ‘alam Bhisawab
Wallahu ‘alam Bhisawab