Blog Konten Islam: KEHIDUPAN REMAJA MULAI JAUH DARI AGAMA, Perlu Pengajian Remaja

Friday 27 April 2018

KEHIDUPAN REMAJA MULAI JAUH DARI AGAMA, Perlu Pengajian Remaja

KEHIDUPAN REMAJA MULAI JAUH DARI AGAMA,Perlu Pengajian Remaja


Kehidupan Remaja Mulai Jauh dari Agama,
 Perlu Pengajian  Remaja


Dewasa ini, kita miris sekali jika melihat nasib anak remaja. Tampakanya Nilai-nilai agama sudah mulai jauh dari kehidupan mereka. Hampir jarang terlihat di masjid atau Mushalla , para remaja sedang mengaji atau mengikuti pengajian.

Yang ada habis Magrib mereka sudah siap-siap pergi. Contohnya pergi ke warung internet (warnet) untuk main games , buka situs-situs orang dewasa dan sebagainya yang mengarah ke hal-hal negative.

Baca juga>>>" 21 Alasan Jamaah di Masjid"

Kondisi demikian menjadi tanggungjawab kita bersama, bukan bukan saja orang tua dirumah, penguna masjid atau mushalla tapi juga pemerintah. Dengan kata lai, pemerintah juga sebaiknya juga tidak tinggaldiam melihat kondisi seperti ini.

Karena itu, kita perlu memberikan paresiasi terhadap Kota Yogyakarta yang telah mengeluarkan kebijakan Gerakan Masyarakat Masjid (GEMMAR). Mengaji sejak tahun 2012  (September).

Kebijakan ini  sendiri disambut sangat meriah oleh ribuan santri yang memadati Masjid Diponegoro, Komples Balai Kota Yogyakarta saat itu. Lengkap dengan pakain muslim dan mushaf Al-Quran , anak-anak ini menyambut peluncuran GEMMAR mengaji.

Menurut Kepala Kanwil Kemenag DIY, Maskul Haji , sendiri saat itu bahwa GEMMAR Mengaji di Kota Gudeg memang difokuskan untuk anak-anak . “ Diterapkan dulu untk TPA dan TPQ karena lebih efektif untuk usia mereka , “Ujar Maskul kepada Media “.

Sebelum GEMMAR Mengaji diluncurkan pun , kesadaran pemerintah DIY agar masyarakat dengan Al-Quran sudah terwujud,”Kita ada SK Gubernur tentang Pengamalan dan Pemahaman Al-Quran” katanya.

Menariknya program mengaji ini juga diterpakan kepada pejabat pemerintah , baik dari tingkat kota/kabupaten hingga Privinsi Yogyakarta. Setiap bulan pada Rabu pecan pertama, pegawai diberbagai SKPD menyelenggarakan pengajian.

Tidak hanya mengaji Al-Quran tetapi juga bahasan tematik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai Provinsi yang otonom untuk menerpakan Syariat Islam. Aceh lebih-lebih lagi,. Program Magrib Mengaji ini sudah berjalan rutin di Aceh Besar, Aceh Timur dan Banda Aceh.

Baca juga>>>"10 Alasan Doa Belum Dikabulkan"

Menariknya program ini telah mendapatkan dukungan penuh dari Pemda dengan sokongan APBD. Biaya tersebut digunakan Pengawas dalam menjalankan program hingga tingkat desa.

Di Aceh sendiri tradisi magrib Mengaji ini sebenarnya sudah sejak lama berlangsung, namun sejak konflik terjadi di Aceh kegiatan ini berhenti sebentar.Jangankan untuk mengaji di Suarau atau masjid, keluar rumah saja tidak berani.

Ancaman yang setiap saat menghantui para warga membuat mereka takut untuk melakukan kegiatan habis Magrib. Setelah konflik berlalu dan provinsi itu mempunyai hak otonomi untuk menerapkan syariat islam, kegiatan Magrib Mengaji diterapkan bahkan tidak itu saja pemerintah juga menyelenggarakan Program Subuh Keliling (suling).

Program ini ternyata cukup efektif untuk mengajak umat islam untuk meramaikan masjid dan lebih dekat pada Al-Quran.

Safari subuh dilakukan oleh masyarakat berbagai ormas islam ke berbagai masjid yang ada di seluruh Ace. Selain mengaji Al-Quran Suling juga diisi dengan ceramah. Kajiannya macam-macam, mulai dari tauhid, fiqih dan Tasawuf.

Suling ini manfaatnya banyak, salah satunyamengajarkan masyarkat untuk menjaga tali silaturahmi , baik penduduk satu desa maupun antar desa. Dalam Suling ini jamaah Subuh Keliling akan mendapatkan sarapan gratis usai Sholat Subuh.

Berbeda dengan daerah-daerah lain, di Aceh tampaknya kegiatan GEMMAR Mengaji dan Subuh Keliling ini mendapatkan respon yang lebih baik kondisinya yang memungkinkan, yaitu diterapkannya Qanun Syariah di sana. Kondisi ini membuat masyarakat nyaman dengan program-program keislaman.

Pengajian Khusus Remaja
Pada malam sabtu , 06 desember 2014 lalu, pengajian rutin untuk kalangan remaja juga baru dimulai di Masjid Al-Ithihad. Dayeuh, Cileungsi. Pengajian yang rencananya dilaksanakan tiap minggu sekali ini diselenggarakan tiap habis Isya’ dalam asuhan langsung Ustadz Muda dari Kedep Bogor, Ust Ahmad.


Yang menarik, inisiatif pengajian ini justru muncul dari kalangan remaja sendiri yang merindukan suasan keagamaan di masjid untuk kalangan mereka. Pasalnya selama ini pengajian di masjid tersebut didominasi oleh pengajian orang dewasa sehingga anak remaja yang ingin mengaji merasa minder.

Dengan adanya pengajian khusus untukkalangan remaja ini , membuat mereka semangat untuk mengaji. Konsep pengajian tersebut beragam , seperti pembelajaran Iqra’ da Al-Quran serta pendalaman dasar-dasar ilmu agama baik fiqih, hadits, akhlaq dan sebagainya.

Yang jelas adanya pengajian ini memberikan rangsangan yang positif kepada para remaja di sekitar Masjid Al-Ittihad untuksemakin mencintai kegiatan – kegiatan keagamaan ditengah maraknya serangan budaya modern seperti internet, gadget, dan sebagainya.

Kasus ini juga memberikan sebuah gambaran bahwa remaja memang harus diberikan “Kegiatan Keagamaan Khusus” alias “Pengajian sendiri”. Selama ini sosok remaja memang kerap kali terpinggirkan dalam kegiatan keagamaan.

Kalu tidak untuk anak-anak, pengajian kerap kali diarahkan kepada orang-orang dewasa. Jadi wilayah pengajian khusus untuk kalangan remaja sangat jarang.

Karena itu, adanya kegiatan GEMMAR Mengaji yang ditunjukkan untk menarik mint para anak-anak dan remaja untuk mengaji serta pengajian-pengajian khusus linnya perlu dikembangkan lagi.

Sebab, para remaja itu peril “distimulasi” (dirangsan) untuk mengaji. Asalnya, dunia mereka bukan dunia pengajian. Dunia mereka dunia senang-senang dan hura-hura.

Mengaji berarti serius. Sedangkan anak remaja belum pada kehidupan yang serius.Mereka masih senang ngumpul dengan teman-temannya dan sebagainya. Karena itu mereka perlu dirangsang dengan pengajian yang dibentuk oleh kalangan dewasa.

Jadi harus ada inisiatif dari orang-orang dewasa untuk memberdayakan anak remaja agar mencintai pengajian. Untuk mewujudkan itu, atas izin Allah penulis sendiri diberikan kesempatan oleh-Nya untuk membuat pengajian Ulul Abah untuk kalangan anak-anak dan remaja di kawasan perumahan Grand Kahuripan Klapanunggal Bogor.

Awalnya pengajian ini hanya diperuntukkan untuk kalangan anak-anak yang ingin belajar Iqra’. Namun dalam perkembangannya, ternyata tidak sedikit anak remaja yang ingin bergabun. Waktunya persis seperti GEMMAR Mengaji yaitu habis Magrib.

Bedanya Pengajian Ulul Albab ini diselenggaraan di rumah bukan di masjid atau mushalla. Bukan pula sebuah TPA (Taman Pendidikan Anak-anak)  atau TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) , tapi hanyalah sebuah PTA (Pengajian Tradisional Anak).

Di kampung-kampung, Tradisi PTA ini masih berlangsung cukup baik. Ibu saya sendiri, sejak puluhan tahun yang lalu masih mengadakan pengajian anak-anak dan remaja di rumahnya.

Ibu saya menyelenggarakannya habis sholat Ashar. Sudah puluhan anak santri yang sudah berhasil dikhatam(khataman) yaitu selesai membaca Al-Quran 30 juz. Sebagai bentuk rasa syukur, diadakanlah waimah (acara). Tradisi walimah untuk merayakan selesainya membaca Al-Quran 30 Juz ini disebut Khataman.

Di Kampung atau pesantren, tradisi Khataman ini masih berlangsung sangat baik. Hal ini berbeda perkotaan. Say jarang sekali melihat tradisi ini berlangsung dirumah-rumah. Kalau pun ada pengajian , namun tradisi khataman ini jarang sekali dilestarikan kecuali di pesantren – pesantren perkotaan.

Kondisi ini juga seharusnya merangsang para ustadz/ustadzah untuk membuka pengajian sendiri (PTA) di rumahnya.Tapi tampaknya, hal ini tidak mudah diwujudkan. Pasalnya . para ustadz/ustadzah sendirikonsentrasinya lebih banyak pada dakwah dakwah umum yaitu tidak bersentuhan dengan anak-anak dan remaja.

Mungkin keadaanya sudah berbeda dengan masa lampau ketiak era teknologi belum masuk ke negeri ini. Banyak sekali pendakwah atau ustad/ustadzah yang lebih tertarik berdakwah lewat Televisi, mimbar dan panggung, tapi tidak memiliki santri dirumahnya.

Alasan sederhana mereka tak punya waktu untuk bersentuhan langsung (mengajar) anak-anak dengan membuat pengajian dirumahnya. Dan jika ditinjau dari segi material, memang tidak mendapatkan apa-apa selain kepuasan batin semata dan rasa tanggungjawabnya kepada umat, terutama anak-anak dan remaja.

Semoga kedepan anak-anak dan remaja mencintai pengajian semakin banyak lagi. Demikian juga denga ustadz/ustadzah yang membuka pengajian di rumahnya. Sebab masa depan bangsa ada ditangan mereka yaitu anak-anak dan remaja.

Semakin baik mereka dibekali ilmu-ilmu agama sejak dini kian baik pula bangsa ini dengan kehadiran mereka saat dewasa amiiin .  

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 April 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...