Anak adalah anugerah terindah dari Allah
swt. Karena itu harus dilindungi dari pengaruh – pengaruh negative yang
bertebaran dimana-mana.
Usai Gonajng-ganjing yang
mengegerkan public Indonesia , muncul berbagai usulan menarik. Seperti
pembatasan tayangan infotainment (berita hiburan). Pengklasifikasian
infotainment sebagai program non factual hingga pemblokiran situs porno yang
dimotori oleh menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) dan dikawal Komisi
Perlindungan Anak Indonesia( KPAI).
Jujur saja , ekspos yang
jor-joran di berbagai televise soal pornografi kemarin memang membuat miris
banyak pihak. Keprihatinan ini menyangkut moralitas anak-anak hendak diarahkan
kemana mereka jika dalam usia dini sudah mengunyah informasi yang mracuni
kepala mereka.
Sayang program pertelevisian
kita yang benar-benar mendidik, porsinya jauh sedikit ketimbang hiburannya.
Justru tayangan hiburan , seperti infotainment, reality show, sinetron,
kekerasan yang ditampilkan secara vulgar dan sebagainya, jauh lebih besar.
Jika sudah demikian maka
televise yang seharusnya menjadi media yang bisa mencerdaskan makin jauh dari
sasaran.
Apalagi dewasa ini
perkembangan Teknologi Informasi dan Teknologi semakin pesat dengan maraknya
bermunculan Hand Phone dilengkapi dengan Fasilitas yang cukup canggih yang bisa
digunakan untuk mengakses internet, dan seabrek jaringan-jaringan super
canggih.
Seperti, WA, Facebook,
Instagram,Twiter, e-mail dan lain sebagainya. Dimana saja dan kapan saja jaringan
ini bisa diakses oleh anak kita selagi
punya HP Andrid dan terhubung dengan jaringan, seperti; Wifi, paket data
hotspot dan yang sejenisnya.
Padahal jaringan ini bisa
menjadi hal positif dan negative bagi pertumbuhan anak-anak kita. Jika pada
saat mengakses anak kita bisa memfilter memprioritaskan penyajian informasi
yang lebih edikatif dan inspiratif maka akan membawa kebaikan pula bagi
anak-anak kita. Tapi sebaliknya jika informasi yang didapat kurang baik
dipertontonkan maka membawa petaka bagi pertumbuhan anak-anak kita.
Sebab penanaman nilai yang
salah itu bisa tertanam ke alam bawah sadar anak-anak. Televisi yang punya visi
membangun masadepan bangsa tentu tidak lepas kendali. Ada asas kepatuhan apakah
informasi dan tayangan yang ditampilkan bakal menimbulkan keresahan atau tidak
dan perlu pemikiran bagaimana anak-anak tidak dipaksa untuk mengunyah mentah
apa yang mereka lihat.
MUDAH MENIRU DAN TERPENGARUH
Televisi serta perangkat
yang dapat menyuguhkan tontonan mengasyikan di era TIK yang semakin berkembang
pesat seperti ini bagi anak-anak dan orang dewasa seperti candu. Ada
manfaatnya, tapi tidak sedikit pula mudharatnya.
Malahan jika mencermati
kondisi belakangan ini perangkat seperti HP yang semakin canggih saat ini
berpotensi menularkan efek buruk, bagi sikap, pola pikir dan perilaku orang,
terlebih anak-anak.
Tak jarang terjadi tindak
kekerasan yang berasal dari Medsos yang terjadi dikalangan anak-anak dan bahkan
orang dewasa. Anak-anak yang masih rentan daya kritisnya akan mudah terpengaruh
dengan ini dan materi tayangan yang dilihatnya dan pengaruhnya bisa dibawa
sampai mereka dewasa.
Karakter anak memang mudah
meniru daripada menalar. Anak-anak yang tengah dalam masa pertumbuhan akan
tertuntun dengan apa yang dilihatnya. Sesuatu yang kurang baik bisa jadi akan
langsung terekan kedalam memorinya dan dianggapnya sebagai sebuah kebenaran.
Ingat Kasus
Sandi bocah Perokok asal Malang Jawa Timur. !. Lingkungan sekitarnyalah yang membentuk
perilakunya hingga sedemikian rupa. Sandi sebelumnya merupakan perokok berat,
bicaranya pun jorok.
Ketika ditanya cita-citanya
pun ia menjawab sekenanya. Fakta ini lagi-lagi membuktikan bahwa segala sesuatu
yang dilihat secara kontinyu seolah menjadi pembenaran tentang perbuatannya.
Televisi dan perangkat HP
saat ini pun juga demikian. Tatkala ada sesuatu atau acara menampilkan sesuatu
yang kurang pantas, namun terus-menerus mencekoki anak bisa saja dianggap
sebagai pembenaran.
Apalagi jika perbuatan itu
dilakukan oleh Publik Figur. Bukan saja anak-anak yang bisa meng-copy perbuatan
tersebut melainkan juga remaja yang emosinya masih labil.
Nah jika Televisi dan HP
yang banyak menyuguhkan tayangan-tayangan yang kurang etis , baik dari sisi
norma agama maupun masyarakat, maka sejatinya sama saja ikut andil membentuk
karakter anak-anak yang kurang baik.
Mungkin wajah media kita
masih menjunjung tinggi Kapitalisme, sehingga moral agak sedikit terabaikan,
apalagi perangkat HP tanpa ada kendali dari pihak manapun bahkan ini jauh lebih
parah.
Satu contoh kekeran public
memuncak, tidak ada yang meredam dengan menyuguhkan sajian yang lebih
produktif. Justru sebaliknya informasi yang meresahkan itu terus di
–blow up habis-habisan sehingga dampaknya merembet
kemana-mana.
CIPTAKAN LINGKUNGAN YANG SEHAT
Meningat dampak psikologis
yang sangat serius , dengan adanya kemajuan Teknologi informasi dan komunikasi
ini peran lingkungan keluarga sangat menentukan siapa lagi yang peduli kalau
tidak keluarga kita senidiri.
Memang secara keseluruhan,
ada 3 lingkungan yang sangat mempengaruhi kualitas mental dan spiritual anak,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dana lingkungan sosial yang bisa
mempengaruhi perkembangan dan pembentukkan karakter anak.
Akan tetapi keluargalah
lingkungan pertama yang dikenal anak. Ketika lingkungan keluarga kondusif bagi
anak maka besar kemungkinan perkembangan fisik maupun psikisnya juga akan baik.
J. Drost SJ,
seorang ahli pendidikan dari IKIP Sanat Dharma pernah menulis dalam
buku Reformasi Pengajaran : Salah Asuhan Orang tua?. Menurutnya
penanaman nilai-nilai dalam pembentukan watak merupakan proses informal. Jadi
seluruh pembentukan moral manusia muda hanya lewat interaksi informal antara
dia dan lingkungan hidup manusia muda itu.
Maka pendidikan utamanya
adalah orang tua. Oleh karena itu, keluarga mesti bisa menciptakan lingkungan
yang sehat. Sehat disini bukan fisik belaka namun lebih penting lagi sehat
ruhani. Kalau pun tidak bisa menyetop sama sekali perhatian anak dari kotak
ajaib itu, setidaknya perlu pendampingan dan bimbingan mengenai suguhan yang
layak.
Perlu dijelaskan pula tidak
semua tayangan mengandung nilai-nilai kebenaran yang pantas untuk dilihat dan
ditiru oleh anak. Orang tua harus memilih program-program dan mengarahkan
apa-apa yang boleh dilihat dan yang tidak boleh dilihat.
Mungkin sebagian orang tua
acuh terhadap perangkat TIK yang akan dilihat dan digunakan anaknya. Namun dari
sinilah dampak negative itu timbul karena kurangnya control orang tua terhadap
anaknya dalam mengakses perangkat yang akan membentuk karakter anak kedepan.
Sebab ada pembiaran dari
orang tua, anak merasa mendapat izin mengakses seluas-luasnya padahal belum
bisa mebedakan baik buruk atau benar salah apalagi daya kritis anak masih
rentan dan daya nalar anak masih kurang.
Disamping itu orang tua
harus menjadwalnya. Ada saatnya menonton , menggunakan, emngakses yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Ada waktunya belajar, bermain dan membantu pekerjaan
rumah. Karena itu jika sang anak melanggar orang tua bisa mengenakan sanksi
yang mendidik.
Sementara di luar rumah,
orang tua juga tetap memantau kegiatan anak di luar rumah. Sebab bisa saja anak
yang elihatannya alim dirumah, namun merasa terkekang dirumah kemudian
meluapkan kekesalan diluar rumah.
Karena komunikasi dua arah
yang baik antara nak dan orang tau harus dibangun dengan baik. Orang tua tidak
boleh sembarang mengekang sebelum bisa menjelaskan dengan baik kepada sang
anak.
Tidak cukup sampai disitu,
benteng yang tiak kalah pentingnya bagi anak dari bahaya kemajuan TIK adalah
pemenuhan kebutuhan spiritual. Pendidikan agama mulai ditumbuhkan sejak dini
agar bisa berpikir dengan kejernihan hati.
Terkadang anak melakukan
suatu perbuatan yangt tidak selayaknya anak karena minimnya pengetahuan agama.
Bila sudah bekal agama yang didapat cukup baik, arus Teknologo Informasi dan
Komunikasi yang bersifat negative yang datang dari luar ataupun dari
kecanggihan teknologi tidak terlalu berpengaruh bagi anak tersebut Karen secara
otomatis sudah dapat menyaring informasi-informasi yang ada.
Dari sini jelas anak, bahwa
anak tidak boleh dilepas begiu saja. Mengingat anak adalah anugerah yang tak
ternilai dari Allah swt. Maka ia harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh negative
yang bertebaran dimana-mana apalagi kemajuan teknologi semakin mudah dijangkau.
Bukan berarti mengekang anak
untuk bersentuhan dengan teknologi, melainkan dibutuhkan pengetahuan yang benar
agar penggunaan dan pemanfaatannya positif.
Sebab teknologi jutru sangat
berguna ketika bisa menggunakan kearah yang baik . Sebaliknya Teknologi
Informasi dan Komunikasi bisa menjadi malapetaka ketika salah menempatkan.
No comments:
Post a Comment