Blog Konten Islam: KETIKA UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as
Showing posts with label KETIKA UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as. Show all posts
Showing posts with label KETIKA UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as. Show all posts

Monday 21 May 2018

KETIKA UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as

KETIKA   UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as


Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"


KETIKA UJIAN MENIMPA

NABI  IBRAHIM  as


“ Ibrahim berkata, “Hai anaku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !” Ia (Ismail) menjawab : “Hai Bapakku , laksanakan lah apa yang diperintahkan kepadamu ; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk para penyabar”. (QS. Ash-Shaff [37] : 102)  .

Tak ada ujian berat bagi seseorang, terlebih jika telah dipilih Allah sebagai nabi , kecuali datang perintah Allah untuk melepaskan apa yang dicintai. Tapi jika dia ringan tangan tak dibelit keraguan  merelakan apa yan dicintai itu dan melepas hanya semata-mata demi meraih ridha Allah, maka tak ada balasan dari Allah kecuali sesuatu yang lebih dari yang dicintai itu, kemuliaan dunia dan jaminan di akhirat kelak.
Ujian berat itulah yang dialami Nabi Ibrahim , ketika perintah Allah datang untuk mengorbankan Nabi Ismail. Padahal, Nabi Ismail adalah anak dari nabi Ibrahim as. Yang teramat dicintai setelah seratus tahun dilanda kesepian dan nyaris tidak memiliki harapan untuk bisa memiliki anak.

Disinilah keimanan Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, setelah Allah memberi “kabar gembira” dengan kehadiran seorang anak yang lama ditunggu dan dinantikan tetapi justru kemudian jadi batuan ujian berat Nabi Ibrahim as.

KELAHIRAN NABI ISMAIL as
Tahun-tahun perjuangan Nabi Ibrahim as telah berlalu. Sudah seabad, di aberjuang menumbangkan kejahiliyahan nenek moyang , fanatisme kaumnya (yang menyembah berhala) , melawan kekuasaan sang penindas Nambrud yang angkuh dan kahirnya dia diselamatkan Allah dari panasnya kobaran api yang membakarnya

Misi agung Nabi Ibrahim nyaris telah tertunaikan. Dia telah menyerukan risalah tauhid (monoteisme) di tengah system sosial yang dzalim dengan gemilang.Tetapi diujung usia Ibrahim yang sudah mulai menua itu, ternyata belum diberi anugerah keturunan.

Maka, did dihinggapi rasa gelisah. Padahal misi agung kenabian perlu penerus dan harapan itu nyaris jauh dari harapan dan kenyataan, karena istrinya (SARAH) mandul (tak subur) dan Ibrahim sudah udzur. SementaraNabi Ibtahim tak menemukan seorang pun yang dapat di banggakan sebagai penerus kecuali Nabi Luth. Karena, Nabi Ibrahim gelisah. Cemas dan resah.

Tak bisa diingkari, sebagai manusia dia ingin memiliki anak untuk membuatnya bahagia. Maka, diapun berharap bisa mendapatkan keturunan dan hanya pada Allah dia berharap besar dan tak sedkitpun diliputi putus asa. Maka, ia dengan khusyuk berdoa agar diberi anak “Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang termasuk orang-orang yang shaleh” (QS. Ash-Shaafat : 100).

Allah Maha mendengar dan mendengar doa Nabi Ibrahim. Allah memberi “Ganjaran” pada orang tua tersebut untuk waktu yang telah ia gunakan dan juga penderitaan yang telah dia alami selama bertahun-tahun dalam menyampaikan pesan Allah, dengan sebuah janaji, “Maka Kami memberinya kabar gembira dengan seorang anak yang amat penyantun (QS. Ash-Shaafat :101).

Baca Juga "Lubang Kubur Kekurangan Tanah"

Janji Allah menjadi kenyataan. Tidak lama kemudian, Ibrahim mendapatkan keturunan, karena lahir seorang anak laki-laki dari Hajar, hamba sahaya perempuannya, seorang perempuan kulit hitam yang tidak cukup terhormat untuk menimbulkan rasa cemburu di hati Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim. Jelas, kelahiran Nabi Ismail itu membuat Nabi Ibrahim gembira. Karena ismail tidak sekedar anak melainkan juga buah hati yang menghibur penderitaan Nabi Ibrahim selama seratus tahun berjuang melawan kemungkaran.

Ismail itu lambing kemenangan (imbalan) bagi kehidupan Nabi Ibrahim yang penuh perjuangan. Karena itu, Nabi Ibrahim sangat mencintai Ismail. Apalagi dia adalah anak laki-laki yang sudah bertahun-tahun didambakan kehadirannya oleh nabi Ibrahim.
Seiring dengan perjalanan waktu, Ismail pun tumbuh menjadi seorang remaja yang santun. Maka nabi Ibrahim semakin sayang dan bahkan cinta setengah mati kepada Ismail. Nabi Ibrahim mencurahkan segenap jiwa dalam merawat Ismail karena dia anak yang dirindukan dan kelahirannya itu nyaris tidak diduga. Dia juga sebuah harapan bagi Nabi Ibrahim untuk, “meneruskan” risalah “Tauhid”, sebongkah cinta dan juga tumpuan akan kelanjutan bagi masa depan kehidupan anak turun Nabi Ibrahim as.

MIMPI UNTUK MENYEMBELIH NABI ISMAIL as
Tetapi ditengah kebahagiaan yang lagi melingkupi Nabi Ibrahim bersama buah hatinya Ismailyang seiring waktu tumbuh dewasa, tiba-tiba turun wahyu yang dijumpai oleh Nabi Ibrahim dalam sebuah mimpi yang nyaris membuatnya terguncang, “Wahai Ibrahim , taruhlah sebilah pisau dileher anakmu dan sembelihlah dia dengan tanganmu sendiri”.

Saat bagun dari tidur , Ibrahim , hamba Allah yang paling setia itu mulai goyah. Seakan hendak roboh. Tokoh besar yang tak terkalahkan dalam sejarah itupun serasa pecah berkeping-keping. Setelah seratus tahun diangkat menjadi Nabi , hidup sebagai pemimpin , berjuang melawan kaumnya yang fanatic menyembah berhala ( jahiliya ), melawan penindas dan penguasa lalim mampu meraih kemenangan dan juga berhasil melakukan segala tanggungjawab , tetapi kini justru dilanda ragu. Apakah dia harus mengikuti jeritan hati dan menyelamatkan Ismail atau mengikuti perintah Allah dan harus mengorbankan Ismail.

Dua pilihan itu (antara cinta terhadap anak yang sudah lama dirindukan dan kebenaran disisi Allah swt) berkecamuk dalam dada Nabi Ibrahim. Seandainya, Allah memintanya untuk mengorbankan dirinya sendiri , bukan Ismail, tentu akan sangat mudah menentukan sebuah piliha. Tetapi, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail, bukan dirinya sendiri. Itu yang membuat Nabi Ibrahim dilingkupi perasaan berat dalam menentukan pilihan.

Tetapi, keraguan di dada yang tak lain akibat godaan setan atau iblis itu akhirnya mampu dilampaui oleh Nabi Ibrahim as . Ia tidak ragu bahwa mimpi itu perintah dari Allah yang bertujuan untuk mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa kecintaan terhadap seorang anak tak ada artinya disisi Allah. Dengan perintah itu, dia harus melepas segala kepentingan yang menguasai pikiran dalam berkomunikasi dengan Allah swt.

Dengan ujian besar Allah memerintahan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail agar dia bisa berserah total terhadap apa yang diperintahkan Allah. Dalam Al-Quran Allah swt berfirman, “Dan ketahuilah bahwa hartamu, dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan (QS. Al-Anfal :28).

DIALOG ANTARA BAPAK DAN ANAK
Setelah merenung bahwa mimpi itu adalah perintah Allah, maka Nabi Ibrahim pun pasrah kepada Allah. Dengan kepasrahan itu, ia akhirnya mengambil keputusan dilandasi kemerdekaan yang mutlak dengan mentaati perintah Allah  dan sudah bulat tekad untuk memberitahukan perintah tersebut kepada Ismail.

Hari yang mendebarkan itupun tiba. Di sebuah sudut Mina yang sepi, Ibrahim akhirnya angkat bicara. Sang ayah yang memiliki rambut dan janggut sudah memutih dan sudah menjalani hidup Selma seabad  sedang Ismail seorang anak yang baru saja tumbuh remaja (sementara ulama’ memperkirakan usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Langit Semenanjung Arabia seakan berselimut dengan kabut pilu. Ibrahim merasa berat untuk menyampaikan pesan Allah tersebut kepada anaknya yang disayanginya itu.

Tapi akhirnya Nabi Ibrahim memasrahkan diri kepada Allah , alau berkata , “Ismail, anaku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !”.

Seketika sepi, Ibrahim diam, diliputi perasaan takut. Wajahnya pucat tak kuasa menatap mata Ismail anak kesayangannya. Sementara Ismail menyadari apa yang berkecamuk dalam hati bapaknya. Ia coba menenangkan hati bapaknya. Nabi Ibrahim. Kemudian berkata, “Bapaku, patuhilah dan jangan ragu-ragu untuk memenuhi perintah Allah Yang Maha Kuasa. Engkau akan mendapatiku sebagai orang yang patuh dan dengan pertolongan Allah akau dapat menanggungnya” (QS.Ash-Shaafat :102).

Ibrahim sudah memutuskan untuk memasrahkan diri kepada Allah  tetapi rasa takut masih juga berkecamuk didalam hati. Kendati demikian, ia sudah memasrahkan segalanya hanya kepada Allah semata. Setelah itu Nabi Ibrahim mengambilpisau dan mengasahnya dengan sebilah batu hingga tajam kemudian membawa Ismail ketempat pengorbanan dan menyuruhnya berbaring di tanah, tentu sebelum memegangi kakinya, menggenggam rambutnya dan mendongakan kepalanya ke belakang supaya dapat melihat urat lehernya.

Detik-detik yang mendebarkan itu pun akhirnya tiba. Nabi Ibrahim berserah diri. Dengan menyebut nama Allah kemudian menempelkan pisau kearah leher Ismail , berusaha memotongnya dengan cepat. Orang tua itupun berusaha menyelesaikan prosesi penyembelihan dalam sekejap. Tapi, ternyat pisau itu tidak sanggup melukai leher Ismail, “Pisau itu menyakitiku, karena aku merasa tersiksa”. Erang Ismail.

Dengan diliputi amarah Nabi Ibrahim akhirnya melemparkan pisau itu dengan penuh rasa takut, ia bertanya, “Apakah aku bukan bapakanya..?”.

Ibrahim berdiri, mengambil pisau dan kemudian mencoba melakukan perintah Allah untuk menyembelih Ismail lagi tidak diliputi rasa takut tetap bersikap tenang, dan sebelum Ibrahim menyentuhnya, tiba-tiba datang seekor domba. Rupa-rupanya Allah telah mengganti korban yang akan dilaksanakan Nabi Ibrahim itu dengan seekor domba Allah tak menghendaki Ismail dikorbankan. Ibrahim pun tidak lagi perlu menyembelih Ismail karena Allah tidak membutuhan apa-apa!.

Akhirnya yang dikorbankan waktu itu adalah domba, bukan manusia, bukan Ismail. Awalnya memang Allah memerintahkan Ibrahim mengorbankan Ismail, tetapi sebelum selesai penyembelihan , perintah itu dibatalkan oleh Allah. Dengan pembatalan itu ada bentuk peyangkalan berupa larangan untuk mengorbankan manusia kepada Tuhan. Karena pada waktu itu hampir di seluruh dunia telah dikenal adanya  “Ritual suci” keagamaan untuk mengorbankan manusia sebagai sesaji kepada Tuhan yang disembah.

Di Mesir misalnya, ada ritual persembahan seorang gadis cantikkepada dewa sungai Nil Beda tempat, berbeda lagi sesembahanyang dikorbankan. Di Kan’an Irak, bukan gadis cantik yang dikorbankan melainkan bayi untuk dipersembahkan kepada dewa ba’al, yang berbeda dengan suku Astec-di Meksiko – yang mempersembahkan kepada dewa Matahari, berupa jantung dan darah manusia.

Sementara di Eropa Timur, orang-orang Viking yang menyembah dewa perang (Odion) justru mepersembahkan pemuka agama mereka. Jadi, pembatalan Ismail untuk dikorbankan lalu diganti Allah dengan “Domba” itu adalah sebuah simbul bahwa manusia memang tidak layak untuk dikorbankan karena manusia terlalu mahal untuk tindakan yang sepele itu.


(Di sarikan dari buku, Makna Haji, Ali Syariati Penerbit Zahra, Jakarta [cetakan 8], 2007).

Wallahu a’lam bis-shawab     


Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 22 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...