Dasbor "Asmaul Husna"
AL-HAMID MAKNA SANG SANG MAHA TERPUJI
“
Dalam makna Al-Hamid, kesuksesan kita harus terkait dengan kesejahteraan orang
lain. Sedangkan keberhasilan orang lain harus menjadi bagian dari rasa syukur
kita pada-Nya “..
Al-Miqdad
meriwayatkan sebuah hadits, nabi saw bersabda, “Taburilah orang-orang yang suka
memuji dengan debu”. Tentu, dalam hadits diatas obyek yang dipuji bukanlah
Allah. Para ahli hadits memandang bahwa mereka yang diperintahkan Nabi saw
untuk ditaburi wajahnya dengan debu adalah orang-orang yang genar menjilat
dengan puji-pujian. Frasa “ditaburi dengan debu” bisa ditafsiri dengan
dipermalukan, diberhentikan dari jabatan dan huku.
Mengapa demikian..?. Sebab dalam kacamata sejarah praktik memuji para
penguasa atau lebih dikenal dengan suap berujung pada kehancuran sebuah Negara
atau pemerintahan. Imam Al-Ghazali dalam sebuah karyanya yakni, Makatib
Al-Ghazali membuktikan hal itu. Buku makatib Al-Ghazali adalah kumpulan
surat-surat Al-Ghazali yang ditujukan kepada para penguasa Saljuk, pangeran,
ulama sezamannya, termasuk perdana mentri Hasan bin Nizam Al-Muluk Al-Thusi.
Surat-surat tersebut bukan membuat senag atau memuji keberhasilan para
penguasa, tetapi Al-Ghazali mengkritik dengan keras penguasa Saljuk dan para
menteri yang berkompromi untuk melakukan suap , korupsi, nepotisme, praktik
ketidakadilan, yang semua itu menjakiti keuasaan.
Dalam salah satunya, Al-Ghazali mengeluhkan keadaan menyedihkan dalam
masyarakat pada masa itu. Yakni, suatu keadaan dimana penderitaan dan jeritan
mereka yang miskin tidak lagi didengar. Para penguasa lebih asyik mengotak-atik
matematika politik, berfikir, hari ini kedudukan dan kekuasaan apa yang bisa
diraih. Orang-orang tak berpunya mencurahkan segala daya justru untuk membiayai
pejabat Negara. Sementara segala fasilitas yang diberikan kepada para penguasa
yang hakikatnya bersumber dari rakyat begitu mudah diselewengkan.
Al-Ghazali menpertanyakan : akan pernahkan ada perdamaian diatas bumi,
selagi orang-orang miskin bekerja untuk memberi makan orang-orang yang kuat dan
menyumpal perut para tirani..?. Akan pernahkan kedamaian datang menyelamatkan
mereka dari cengkraman kelaparan..?.
Dalam surat lain yakni kepada Mujir Al-Daulah, seorang wazir Saljuk,
Al-Ghazali berkata, “Tidakkan anda sadari bahwa kekacauan telah tejadi dibagian
negeri ini. Para pemungut pajak yang korup menindas penduduk yang bodod untuk
kepentinga sendiri dan pendapatan lain kedalam khas Negara.
Berpikirlah tentang penduduk negeri anda yang badannya remuk, yang
digerogoti oleh kesedihan , kemiskinan dan kelaparan. Sementara anda sendiri
menjalani kehidupan mewah. Andai ada yang bisa menruntuhkan Khurasan sekaligus
maka itu adalah menteri seperti itu, yang pantas untuk dikutuk. Jangan biarkan
perasaan angkuh menahan Anda dari mengetahui betapa besar dan mengerikannya
diri Anda”.
Ya , sejarah telah memberi pelajaran kepada kita akibat buruk yang
mendera manakala manusia memuji-muji penguasa secara salah. Dalam konteks
seperti I inilah relevansi doa Nabi saw yang diriwayatkan oleh Aisyah perlu
kita amalkan : “Ya Allah aku berlindung pada kerelaan-Mu dari kemarahan-Mu dan
pada maaf-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung pada-Mu kalau akau tidak
memuji-Mu secara semestinya sebagaimana Engkau memuji diri-Mu”
Kenapa kita harus emuji Allah swt sebagai Al-Hamid ..?. Dan seperti
apakah Al-Hamid bermakna dalam kehidupan kita..?. Kita harus memuji Allah swt,
sebab Dialah yang dipuji oleh makhluk sejagat yang bereksistensi. Bagi Syaikh
Al-Jerrahimemuji adalah memuliakan dengan menghormati dan berterima kasih
kepad-Nya. Semua yang bereksistensi memuji Allah dengan lidah mereka, dengan
perbuatan, atau dengan keberadaan mereka. Sebab hanya AL-Hamid sajalah yang
pantas dipatuhi, dihormati, disyukuri dan dipuji.
Bagaimana mungkin seseorang memuji kebesaran seseorang penguasa
dihadapan Allah, pada kemuliaan itu berasal dari-Nya..?. Pujian itu hanya milik
Allah kenapa harus disandangkan kepada penguasa dzalim. Bunkankah dzalim itu
lawan kata dari terpuji..?. Bagimana bisa sesuatu yang dzalim bersanding dengan
yang terpuji..?.
Para ahli bahasa memberi sdikit makna berbeda antara AL-Hamid dan
Al-Syukur. Kata yang kedua digunakan manakala seseorang mendapat karunia dari
Allah. Sedangkan makna kata yang pertama digunakan dalam konteks seseorang
memperoleh nikmat dari Allah dan orang lain.
Sesuai makna diatas, maka kita punya kesempatan memperagakan rasa
terima kasih kita kepada Allah dan sesama yakni, dengan memperteguh simpati dan
kesetiakawanan sosial. Dalam makna Al-Hamid, kesuksesan kita harus terkait
dengan kesejahteraan orang lain. Sedangkan keberhasilan orang lain harus
menjadi bagian dari rasa syukur kita kepada-Nya.
Secara normative – teologis, terdapat beberapa alasan yang harus
dipegang teguh mengapa kita harus memuji Allah sebagai Al-Hamid.
Pertama , Allah Maha Terpuji Karena Dia telah
menciptakan langit dan bumi dan yang menjadikan gelap dan terang.”Segala puji
bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan gelap dan
terang” (QS. Al-Israa :111). Tentu sudah tahu seperti apakah rasa kepemilikan
kita terhadap isi langit dan bumi ini, padahal semuanya Allah yang menciptakan
sekaligus yang memiliki keduanya. Pun bagaimana pentingnya malam dan juga
siang. Hampir-hampir selama ini kita mengabaikan begitu saja, tanpa memuji-Nya
manakala keduanya datang silih berganti.
Kedua, alasan Allah Maha Terpuji, berturut-turut dapat kita
pelajari dalam makan ayat sebagai berikut, “Sesungguhnya Allah Maha Terpuji
lagi Maha Pemurah” (QS.Hud/11:73). “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
lagi Maha Terpuji” (QS. Al-Hajj/22:64) yang diturunkan dari Tuhan Yang
Bijaksana lagi Maha Terpuji” (QS. Fushshilat/41:42).
Dari ayat-ayat diatas adakah alasan diatas untuk tidak memuji Allah
swt..?. Atau relakah negeri ini hancur karena kita suka menjilat penguasa dan
menyuap para pejabat..?. Bukankah Nabi saw telah mewanti-wanti untuk menghukum
mereka yang berperilaku seperti itu..?.
Mari bersama-sama kita mengamalkan makna Al-Hamid yang kemunculannya
dalam Al-Quran hingga 17 kali. Selamat memperagakan sifat-sifat Allah,
Al-Hamid. Dalam kehidupan sehari-hari dan membiasakannya setiap hari untuk
selalu memuji Allah swt. Semoga Aamiin.
Wallahu ‘alam Bhisawab
( Berbagai Sumber )