MEMAHAMI
KONSEP TAWAKAL dan MAKNA AL-WAKIL
“Tidak ada suatu binatang melatapun
melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya .“”
Al-wakil merupakan satu dari nama-nama
Allah yang bagus dan mengandung sedekah. Allah menyebut asma-Nya ini dalam
Al-Quran dalam beberapa ayat antara lain :
“Dan Allah pemelihara segala
sesuatu “ (QS. Hud:12)
“Allah menciptakan segala
sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” (QS. Az-Zumar ; 62)
“Pencipta segala sesuatu
maka sembahlah Dia, dan Dia Pemelihara segala sesuatu” (QS.Al-An’am ;102 )
”Cukuplah Allah menjadi
pelindung (QS.An-nisa ; 81 )
Al-Wakil, menurut Ibnu
Manzhur, berarti penanggung jawab dan penjamin rejeki hamba. Menurut
pendapat lain Al-Wakil berarti penjaga. Sedangkan menurut Abu Ishak , Al-Wakil
dalam konteks sifat Allah adalah zat yang diserahi tanggungjawab atas semua
ciptaan-Nya.
Sedang ulama’
lainmengartikan Al-Wakil sebagai penjamin. Dari pendapat yang dikemukakan Ibnu
Manzhur, maka ditarik pengertian bahwa Allah menciptakan makhluk dari
ketiadaan, dan apapun selain Allah adalah makhluk.
Kita adalah makhluk karena
dahulu kita tidak ada. Kita tak ada saat revolusi Perancis, tak ada saat perang
Badar, dan saat air bah membanjiri bumi di zaman Nabi Nuh. Allah kuasa
menciptakan dari ketiadaan itu
Baca Juga "MEMAHAMI KATA TADARUS"
Baca Juga "MEMAHAMI KATA TADARUS"
Allah berfirman “Bukankah
telah datang atas manusia satu waktu dari masa sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut..? Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah
dan larangan) karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat “. (QS.Al-Insan;1-2).
Setelah menciptakan kita,
Allah kemudian mengawasi dan menjaga kita, menganugrahi sarana-sarana untuk
bertahan hidup serta menjaga kita dan semua makhluk lainnya dari kepunahan.
Kalau Allah tidak melakukan
seperti itu, niscahya langit, bumi dan isinya akan hancur.
“Sesungguhnya Allah swt
menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. Dan sungguh jika keduanya akan
lenyap, tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah swt “. (QS.Al-Fathir;41).
Allah menciptakan kita dan
menjamin urusan-urusan kita. Maka jika ada bencana besar sekalipun kita tak
perlu takut karena kita adalah hamba Al-Wakil yang senantiasa melindungi dan
memelihara kita.
Allah swt, Pemelihara segala
sesuatu, yang besar dan yang kecil, yang terhormat dan yang hina, binatang,
tumbuhan, dan benda mati. Pokoknya segala sesuatu yang mengacu pada pengertian
segala yang ada, Allah akan menjaga dengan sempurna.
Kesempurnaan inilah yang
membuatnya tidak mengantuk dan tidak pula tidur.
“Allah tidak ada Tuhan
melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus(makhluk-Nya). Tidak
mengantuk dan tidak tidur “. (QS.Al-Baqarah;255).
Dari pengertian ini, kalau
Allah sendiri yang menjadi tempat bergantung sebagai urusan makhluk-Nya, dan
yang tidak bergantung kepada yang lain, maka makhluk seharusnya menjadikan-Nya
sebagai tempat bergantung satu-satunya “. Janganlah kamu mengambil penolong
selain Aku “ (QS.Al-Isra;2)
INTI TAWAKAL
Rasulullah saw yang telah
ditetapkan sebagai suri tauladan bagi hidup kita telah diperintahkan untuk
bertawakal.
“Dan bertawakallah kepada
Allah. Cukuplah Allah sebagai pemelihara “. (QS.Al-Ahzab ;3)
“Bertawakallah kepada Allah
yang hidup(kekal) yang tidak mati bertasbihlah dengan memujin-Nya “
(QS.Al-Furqan ;58).
“Bertawakallah kepada Allah
yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang “. (QS. Asy-Syuara ;217).
Pun begitu pula orang
beriman juga diperintahkan untuk bertawakal:
“Hanya kepada Allah sajalah
hendaknya orang-orang mukmin bertawakal “. (QS. Ibrahim : 11)
“Hanya kepada Allah saja
orang-orang yang bertawakal itu berserah diri “. (QS.Ibrahim : 12 )
Kepada siapa lagi
orang-orang mukmin itu bertawakal kalau tidak kepadan-Nya..?. Kepada siapa
berpegangan kalau tidak kepada-Nya..?. Sesungguhnya Tuhan kitalah yang memegang
semua ubun-ubun hamba-Nya.
“Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang
memegang ubun-ubunnya .“(QS.Hud :65)
Dialah yang Maha menguasai
segala sesuatu Maha Agung dan Maha Kuasa. Tidak ada sesuatu yang dapat memaksa
dan mengalahkan-Nya.
“Barang siapa yang
bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana “. (QS.Al-Anfal : 49).
Sesungguhnya Allah swt
member kecukupan kepada orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
“Dan bertawakallah kepada
Allah. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara “. (QS.Al-Ahzab : 3).
Tawakal kepada Allah bukan
berarti bermalas-malas dan tak mau berusaha, seperti yang dilakukan oleh mayoritas
kaum muslimin saat ini. Tetapi Tawakal kepada Allah adalah :
‘Dengan menjalankan
yang benar, memegang teguh prinsip, dan bersabar menghadapi tekanan dari yang
tidak benar “
“Sebab itu bertawakallah
kepada Allah, sesungguhnya kamu berada diatas kebenaran yang nyata (QS.An-Naml
: 78).
“Yaitu orang-orang yang
sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal “. (QS.An-Nahl:42).
“Kami sungguh-sungguh akan
bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan terhadap kami. Hanya
kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri “ (QS.Ibrahim
:12 ).
Sesungguhnya Tawakal kepada
Allah adalah menggantungkan diri kepada-Nya dalam memperjuangan islam dan
berdakwah kepada Allah, terutama ketika berhadapan dengan kekuatan dan
kesewenang-wenangan para penguasa yang menekan kebenaran.
Disinilah seharusnya kaum
mukminin berpegang teguh prinsip, bermental baja dan bertawakal kepada Tuhan
sekalian alam “..
“Kepada Allah lah kami
bertawakal wahai Tuhan kami, janganlah engaku jadikan kami sasaran finah bagi
kaum yang lalim “ (QS. Yunus:85).
“Mengapa kami tidak
bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan
kami sungguh –sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu
lakukan kepada kami, dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal
itu, berserah diri “. (QS.Ibrahim:12)
Bertawakal kepada Allah tidak berarti pasrah dan enggan melawan
kebatilan. Karena konsep tawakal seperti ini adalah konsep yang
dianut oleh kalangan bani Israel, yang mereka sampaikan kepada Musa dan
saudaranya.
“Karena itu pergilah kamu
bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk
menanti disini “ (QS. Al-Maidah :24).
Allah sangat mencela konsep
tawakal ini dan sebaliknya memuji Muhammad saw dan para sahabatnya yang terluka
di perang Uhud. Sehingga ketika Rasululah menyeru mereka untuk menyerang
kembali kaum musyrikin, sontak mereka mengiyakan meski luka-luka ditubuh mereka
masih meneteskan darah.
Dan ketika terdengar kabar
bahwa kaum musyrikin kembali untuk menumpas habis mereka, mereka bertawakal,
“(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka
mendapat luka.(dalam peperangan Uhud ).
Bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar
(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul ) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan :
“Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka “,
Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab :
“Cukuplah Allah menjadi
penolong kami dan Allah sebaik-baiknya Pelindung”.Maka mereka itu tidak lain
hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya ( orang-orang
musyrik Quraisy ) , karena itu janganlah kamu takut kepada mereka , tetapi takutlah
kepad-Ku , jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman (QS.Ali-Imran :172-174).
Kisah perang Uhud ini
merupakan contoh yang paling baik yang menggambarkan pemahaman yang benar
tentang konsep tawakal kepada Allah.
Contoh ini menjelaskan islam
sebagai akidah syariat dan metodologi kehidupan. Contoh yang menggerkkan hati
untuk menyeru kepada Allah, dan melawan musuh-musuh-Nya.
Merek yang dicontohkan dalam
contoh ini benar-benar bertawakal, berlindung dan berserah dibalik perlindungan
Allah.
Mereka itulah yang memahami
makna firman Allah :
“Katakanlah, Cukuplah Allah
bagiku ,”Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri “.
(QS.Al-Zumar : 38).
(Sebagian besar dinukil
dari Al-Asma, Al-Husna,karya Prof. Umar Sulaiman Al-Asyqar)
Wallahu ‘alam Bhisawab