Dasbor "EDUCASI ISLAM"
MENJELANG
KEMATIAN
“ Sebelum melangkah kejenjang kematian, setan beraksi
keras keras untuk menggelincirkan
keimanan seseorang ”.
Kematian pasti datang pada siapapun. Tak
mengenal jenis kelamin, kecantikan rupa, juga kekayaan. Jika Allah sudah
menghendaki, orang tak akan bisa berkelit lagi. Kenyataannya, banyak orang
takut menghadapi kematian. Penyebabnya bukan takut menghadapi Allah, tapi
kurangnya perbekalan yang hendak dibawanya. Lain lagi kalau seseorang sudah
merasakan mempunyai bekal cukup untuk bertemu Allah swt ia akan merasa gembira
dan menunggu – nunggu kedatangan maut.
Kaum
atheis berpendapat bahwa kehidupan setelah mati tak bakal terjadi. Alasannya
sederhana, jasad yang tak bernyawa akan habis dimakan tanah , cacing dan
belatung. Aneh jika kondisi manusia yang telah hancur lebur dan menyatu dengan
bumi tersebut bisa bangkit kembali. Tak ada yang mampu menolong orang yang
telah mati, tak terkecuali Allah.
Baca Juga "Miniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure Sederhana"
Baca Juga "Miniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure Sederhana"
Berbeda
dengan kaum Atheis , orang yang beriman tentu menilai lain. Kematian adalah
masa transisi dari kehiupan duniawi menuju kehidupan hakiki. Pepatah Jawa Wong
urip ning alam dunyo iku mung koyo mampir ngombe mungkin ada benarnya juga.
Artinya, kehidupan dunia adalah sesaat seperti orang yang hanya mampir untuk melepas
dahaga saja. Sementara kehidupan akhirat adalah kekal.
Karena
keberadaan manusia di bumi serba terbatas, maka orang harus mempersiapkan
semampunya agar bahagia nantinya. Orang harus tahan uji terhadap
kenikmatan-kenikmatan dan iming-iming dunia yang pada hakikatnya adalah semu.
Setan
yang sejak awal senantiasa berselisih dengan Adam, juga tiada henti-hentinya
berupaya menghalang-halangi langkah manusia yang hendak menuju kehidupan lurus
sampai kapanpun. Tanpa pandang bulu. Sebab misi yang diemban setan adalah
mencari teman sebanyak-banyaknya untuk diajak ke neraka. Maka takmengherankan
segala dad an upaya dilakukan untuk menggoyahkan keimanan seseorang.
Godaan-godaan
setan dalam menjerumuskan manusia tersebut bisa berupa dengan cara menyuguhkan
segala kesenangan, kenikmatan, kemaksiatan dan kemungkaran yang dibingkai yang
indah dan menawan agar manusia terjerumus didalamnya. Dengan cara ini manusia
diharapkan bisa keseret kedalam “samudra” buatan setan.
Sampai
orang yang sedang sakaratul maut pun tak luput dari incaran setan. Bahkan saat
kritis ini, setan gencar melancarkan serangan mautnya demi meruntuhkan tembok
tebal keimanan seseorang. Dalam situasi yang sulit ini, ketangguhan keimanan
menjadi benteng terakhir. Kalau orang mampu meredam setiap bujukan dan daya
pikat yang sebenarnya hanya perangkap, maka setan akan kesal memaki-maki
dirinya sendiri.
Baca Juga "Melindungi Anak dari Bahaya Teknologi"
Baca Juga "Melindungi Anak dari Bahaya Teknologi"
Suatu
ketika Abu Hanifah pernah ditanya, “Dosa mana yang mengkhawatirkan bisa
merobekkan iman ..?. Lalu ia menjawab : Meninggalkan syukur atas iman, dan
meninggalkan rasa takut di akhir umurnya serta menganiaya hamba. Sesungguhnya
orang yang kedapatan tiga perkara ini dalam hatinya, pada umumnya ia keluar
dari dunia dalam keadaan kafir, kecuali orang-orang yang menemukan
keberuntungan.
Tatkala
seorang mukmin dalam keadaan sakaratul maut, setan datang. Rupanya setan
tahu apa yang dirasakan setan yang sedang sekarat, dahaga yang menggelegak.
Keadaan dahaga yang dirsakan bagai orang yang kehabisan bekal minuman ditengah
padang Sahara. Setan mondar-mandir disekitar orang yang sudah diambang ajal.
Ia mengambil momentum yang tepat untuk menakhlukkan sasaranya.
Tanpa
sepengetahuan manusia, ia menampakkan dirinya dalam wujud manusia menyerupai
salah satu keluarga orang tersebut seraya membawa segelas minuman.
Setan
duduk didekat kepala orang tersebut. Ia menggerak-gerakkan gelas ditangannya
dan berkata, “Apakah kamu ingin selamat dari siksa yang menderamu,,?. Aku akan
memberimu segelas minuman yang menyejukkan sehingga bisa menghilangkan
dahagamu. Dengan syarat, tinggalkan agama yang kau peluk itu dan katakan bahwa
Tuahn itu ada dua “.
Jika
iman seseorang kuat ia tak akan memperdulikan pertanyaan setan. Sebab ia bisa
mengekang nafsu yang sifatnya malah menjatuhkan dirinya.Namun setan. Namun
setan tak berhenti sampai disitu saja sebelum nayawa dalam raga orang itu bener-benar terlepas.
Kemudian
setan datang dari sisi lain, mencoba dengan cara yang lain. Setan akan berucap,
“Katakanlah bahwa Rasul itu pembohong !.., Maka akau akan memberimu air. Maukah
kau mengatakan itu..?. Dahagamu akan segera terobati jika kau mengiyakan
ucapanku”.
Segelas
minuman tentu sangat berarti disaat dahaga datang. Memang, sebuah tawaran yang
menggiurkan tapi mengandung resiko yang fatal. Bagiamana tidak..?. Dengan
menenggak segelas minuman, sama juga ia telah membenarkan perkataan-perkataan
setan. Dan secara tidak langsung orang tersebut mengatakan Tuahn itu ada dua
dan Rasul adalah pembohong.
Provokasi
setan memang tidak ada kata menyerah dan lelah. Penjelmaan setan dengan sosok
manusia yang mencoba bersikap baik dan berjiwa penolong tersebut, tak ada yang
mampu mengetahui. Padahal penjelmaan itu hanyalah satu trik untuk
membolak-balikkan hati manusia agar timbul keraguan dalam diri.
Bahaya
yang mengerikan (al-khathar) dan ketakutan yang besar )al-khaul adzim) ini
terus menghantui manusia dikala menemui ajal.
Kalau
orang rela meninggalkan, setan akan memberikan air itu. Jika orang tidak itu
tidak sabar akan kehausan yang dirsakanya, lalu menerima dan mengakui adanya sekutu
Tuhan, maka orang tersebut meninggal dalam keadaan kafir. Sungguh orang ini
dalam keadaan yang merugi. Dengan demikian, setan akan bertepuk tangan karena
keberhasilannya dan merasa senang karena temannya didalam neraka bertambah “Naudzu billah min dzalik”.
Bagi
orang yang imannya lemah jelas merupakan sasaran empuk setan untuk
menjerumuskan kejurang kekafiran. Dengan sedikit rayuan, orang bisa langsung
menerima minuman yang ditawarkan setan.Meminum berarti ia mengiyakan perkataan
setan dan ia telah murtad dari agamanya.
Namun
bagi orang yang imannya kuat, tentu ia tak akan menukar keimanan mereka dengan
kenikmatan yang sesaat. Keimanan dalam diri lebih berharga ketimbang segudang
harta, makanan dan minuman yang lezat. Ia sadar bahwa sedetik saja lengah lalu
menuruti kemauan setan, maka habis sudah amalan-amalan baik yang ia usahakan
selama hidpnya.
Bujukkan
dan rayuan setan ini pernah dialami Abu Zakaria, seorang yang zuhud, ketika
mendekati ajalnya. Tatkala teman-temannya mengajarkan kalimat Tauhid “La
illaaha illa Allah”, namun Abu Zakaria malah memalingkan wajahnya. Lalu
temannya menuntunnya yang kedua kali hingga ketiga kali. Tetapi lelaki itu
tetap enggan mengucapkan.
Hal
ini membuat temannya bingung. Kenapa abu Zakaria yang ahli ibadah tak mau
mengucapkan kalimat tauhid tersebut..?. Justru Abu Zakaria memalingkan mukanya
demi menjawab setan yang terus-menerus membujuk dirinya mau mengakui Isa adalah
anak Allah.
Akan
tetapi keimanan seseorang bisa saja terkoyak oleh sebuah rasa kenikmatan dan
gelimang janji-janji kosong dari setan. Ini padahal bisa dikatakan keimanan
orang imannya diatas rata-rata saja bisa tergoyahkan oleh bujuk setan.
Bagaimana seperti kemanan orang-orang yang dibawahnya..?
Rasulullah
saw menganjurkan kita untuk menuntut seseorang yang hendak meninggal , membaca
kalimat tauhid secara istoqamah. Sehingga seseorang yang sedang menghadapi maut
tersebut mau mengucapkan kalimat tauhd. Sebagaimana sabdanya, “Ajarilah orang
yang akan mati di antara kamu dengan kalimat La Ilaha illa Allah”.
Kenapa
Rasul mengajarkan demikian..?. Karena dengan membiasakan kalimat tauhid yang
teraktualisasikan dalam sholat lima waktu, orang yang akan senantiasa berusaha
mengingat Sang Maha Pencipta dan mempraktekkan apa yang di sayariatkan – Nya.
Pada gilirannya semakin memperteguh keimanan seorang mukmin agar tidak goyah
atau lari kepada kepercayaan lain, apalagi tidak mempercayai Allah swt. Sebab
tingkat keimanan seseorang berbeda-beda, ada kuat, tapi banyak pula yang tipis
sehingga mudah dipengaruhi.
Namun
kalangan ulama berpendapat bahwa sebenarnya dalam hal bacaan kalimat tauhid ini
sangat bergantung pada pribadi seseorang dalam perjalanan hidupnya. Jika bukan ahli ibadah,ia akan sukar mengucapkan
kalimat tauhid itu, meski sudah diajarkan berulang-ulang. Dengan kata lain,
orang yang masa hidupnya penuh dengan noda-noda dosa, tidak pernah ingat pada
Allah (dzikir Allah), tidak melaksanakan perintah Allah dan melanggar
larangan-Nya akan sangat sukar jika ingin mengucapkan kalimat tauhid.
Berangkat
dari permasalahan itulah, perintah untuk menjalankan sholat lima waktu tidak
boleh kita abaikan begitu saja. Sebab dalam sholat itulah, senantiasa kita
sebut syahadat, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah swt “. Duduk tahiyyat dengan membaca kalimat
tauhid seakan melatih lidah dan jiwa untuk menghayati kalimat tersebut.
Sehingga ketika menghadapi maut, lidah dan jiwanya sudah terbiasa dan tidak
asing lagi.
Dalam
hadits disebutkan bahwa malaikat maut akan menjenguk lima kali sehari pada
setiap muslim yang senantiasa konsisten menjalankan sholatnya. Maka, setiap
kali akan menjabut nyawa seseorang yang tetap menjaga serta melaksanakan sholat
tepat waktu, malaikat mauat akan menuntunnya untuk membaca dua kalimat syahadat
serta menjauhkan dari setan.
Dengan
mencermati beberapa riwayat diatas mengindikasikan bahwa begitu pentingnya arti
sholat lima waktu dalam kehidupan seseorang.Substansi sholat tidak hanya
sekedar ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan sholat, sebagaimana pandangan khalayak, tapi juga manifestasi
perlindungan diri dari segala bentuk kemurtadan yang dilancarkan setan.
(Berbagai
Sumber).
Wallahu ‘alam Bhisawab