NENEK HALIMAH PENJUAL
NASI KUNING NAIK HAJI
“PROFESI APAPUN JANGANLAH KITA ANGGAP
SEPELE. BAHKAN, HAL YANG KADANG TERLIHAT KECIL DIMATA ORANG , JUSTRU SANGATLAH
BESAR DIMATA ALLAH SWT .“”
Janganlah pernah kita
menganggap remeh pekerjaan orang
meskipun itu seorang kuli bangunan, pedagang emperan dan bahkan pemungut sampah
atau pemulung sekalipun.
Bisa jadi mereka justru
lebih terhormat dimata Allah swt dibandingkan dengan mereka yang mempunyai
pekerjaan yang hebat di kantor, pengusaha atau pejabat sekalipun.
Justru bahkan tak jarang
pekerjaan yang dipandang mulia dan terpandang, dihormati dan disegani dimata
kebanyakkan orang, malah sebaliknya dimata Allah, endingnya menemui kejanggalan
diakhir hayatnya,dikarenakan perilku yang tidak amanah, menyimpang, kurang
bersyukur dan bahkan menyimpang dari ajaran Allah swt.
Baca juga "Pemuda itu meninggal dipangkuan Sang Ibu "
Baca juga "Pemuda itu meninggal dipangkuan Sang Ibu "
Kisah berikut ini, sekali
lagi, memperlihatkan kepada kita bahwa pekerjaan kecilpun jika dilakukandengan
sungguh-sungguh dan niat tuluskarena Allah swt akan menghasilkan sebuah
prestasi yang besar.
Hal ini dianggap sebagai
pekerjaan kecil karena banyak orang menganggapnya demikian, meski dimata Allah
semua pekerjaan adalah mulia tergantung orang yang melakukannya.
Justru banyak pekerjaan yang
dipandang mulia kebanyakkan orang, menjadi hina didapan banyak orang dan
menimbulkan murka Allah swt, ketika pekerjaan itu dilakukan menyimpang dari
perintah Allah swt.
Sebaliknya pekerjaan yang
dianggap hina kebanyakkan orang justru malah mulia dihadapan Allah swt, karena
yang membedakan bukan status pekerjaannya dihadapan Allah melainkan Iman dan
Taqwanya.
Karena dilakukan dengan penuh tanggungjawab
dan amanah dan tidak meyimpang dari perintah Allah bahkan lebih dari itu justru
lebih menjauhkan dari dosa orang yang melakukan pekerjaan itu dan tidak
terjebak dari iming-iming duniawi.
Yang lebih mengharukan kita
adalah bahwa ia tak pernah patah semangat untuk mengejar mimpinya itu. Yaitu,
mimpi pergi menunaikan panggilan Allah ( naik haji ).
Meski dengan pekerjaannya
itu, hal itu akan dipenuhinya selama bertahun-tahun. Tapi kondisi demikian tak
memutuskan semangatnya. Sebuah pelajaran berharga bagi orang-orang yang cepat
putus asa dan ingin segera sukses atas apa yang diusahakannya tanpa mau melihat
proses dan hasilnya.
Sebut saja namanya Halimah,
warga Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Poliwali Mandar, Sulawesi Selatan. Wanita sepuh ini ( 60 tahun), beberapa waktu lalu,
menyentakkan sanubari kita yang masih muda dan mungkin keadaan materi yang
masih lebih dibandingkan dia.
Bukan saja karena usianya
yang sudah tak muda lagi, bahkan bisa dibilang nenek-nenek, tapi profesinya
sebagai seorang pedagang kecil, yaitu pedagang nasi kuning.
Sepintas hal ini tak bisa
membuat pelakunya bisa pergi naik haji. Bisa anda bisa tebak sendiri berapa sih
penghasilan seorang pedagang nasi kuning..?
Jika satu bungkus harganya
5000,00 dan ia hanya bisa menjual 50
bungkus misalnya, otomatis ia meraup penghasilan 250.000,00 dan ini belum
dipotong modalnya.
Jadi untungnya tak lebih
dari 50 s.d 100 ribu /hari. Hal itu jika hitung-hitungannya demikian, kalau
perhitungannya meleset, misalnya sehari hanya bisa menjual 15-30 bungkus saja,
tentu bisa jadi bukan untung yang didapat melainkan malah bunting.
Coba bandingkan dengan gaji
para Pegawai Negeri orang-orang kantor lainnya. Dalam sebulan mereka dapat
menghasilkan gaji diatas 5 jt rupiah.
Belum lagi kalau dia mengerjakan
pekerjaan sampingan atau proyek lainnya yang tentunya akan menambah pundi-pundi
penghasilan mereka. Dan mereka tidak mengenal istilah rugi, beda dengan
pedagang.
Kenyataannya tidak demikian
semuanya kalau sudah Allah swt yang berkehendak lain cerita, seperti yang
dialami Nenek Halimah salah satu contoh dalam kehidupan nyata seorang pedagang
nasi kuning.
Baginya, bisa balik modal
saja sudah bersyukur, apalagi untung Alhamdulillah. Dan ia tidaklah salah jika
kemudian menerapkan target agar bisa naik haji meski banyak orang yang
mencibirnya.
Sejak lama memang Halimah
mimpikan bisa naik haji “ Sudah lama saya ingin naik haji “ ujarnya suatu kali. Karena itu meski hanya
seorang ppedagang nasi kuning, tak menyurutkan keinginannya untuk bisa
mewujudkannya impinnya tersebut.
Cara jitupun dilakukan yaitu
ikut arisan bulanan sebesar 1 jt. Dengan harapan ketika ia mendapat arisan ia
langsung menyetorkan uangnya untuk daftar ibadah haji.
Apa yang dilakukan oleh
nenek Halimah, ini terbilang nekad. Bayangkan 1 jt rupiah sebulan untuk bayar
arisan sementara penghasilannya dia sendiri tidaklah terlalu besar.
Artinya jika satu bulan
harus dipotong berapa sisanya yang harus ia sisipkan untuk makan minum dan kebutuhan
untuk keluarganya. Tapi perhitungan yang tak logis itu coba diabaikan oleh
nenek Halimah.
Pokoknya soal ditengah jalan
ia bayar atau tidak itu urusan gampang atau urusan nanti. Yang penting ia
berniat sekali ikut arisan dan jika kelak ia dapat Insya Allah uangnya akan
diperuntukkan untuk daftar Ibadah Haji.
Akhirnya nenek Halimah
benar-benar ikut arisan. Alhamdulillah rejeki itu selalu ada, dengan kata lain
nenek Halimah selalu saja bisa mengcover alias menutupi uang arisan dan
kebutuhan – kebutuhan lainnya.
Mungkin niatnya tulus dan
uang itu memang benar-benar diperuntukkan ibadah haji, jadi rejekinya
dilancarkan oleh Allah swt. Bulan terus berjalan dan beberapa orang ada yang
sudah mendapatkan uang arisan itu.
Kapan waktunya nenek
Halimah..?. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia pun dapat giliran untuk
menang arisan ia dapat uang sebesar 22 jt rupiah.
Sebuah jumlah yang cukup
besar dan cukup untuk bisa daftar ibadah haji. Kekurangannya alias sisanya,
bisa ditutupi sambil jalan (sampai menunggu beberapa waktu sebelum
keberangkatan).
Oleh Nenek Halimah uang
arisan itu akhirnya benar-benar langsung disetorkan untuk dafatar ibadh haji.
Hal ini terjadi pada tahun 2009. Sekarang, antrian ibadah haji sangatlah
panjang bisa sampai lima tahun, sepuluh tahun, bahkan 20 tahun.
Ditempat nenek Halimah
sendiri, antrian ibadah haji bisa sampai 20 tahun lebih. Bayangkan, jika tak
sabar banyak orang yang tidak ingin pergi haji dan lebih memilih umrah.
Namun, antrian yang panjang
itu tak menyurutkan nenk Halimah untuk mantap dan yakin untuk daftar ibadah
haji. Yang penting, niatnyasudah terlaksana.
Soal kapan berangkatnya, itu
biarkan menjadi urusan Allah. Benar saja, ternyata manusia sangatlah berbeda
dengan apa yang direncanakan oleh Allah swt.
Ternyata, nenek Halimah bisa
berangkat lebih cepat, yakni 6 tahun kemudian tepatnya, pada tanggal 30 Agustus
2015, iapun dipastikan untuk bisa berangkat ke tanah suci.
Betapa girangnya nenek
Halimah. Meski ia berangkat sendiri, tapi hal itu sudah sangat
menggembirakannya. Penantian panjang seperti yang dibicarakan orang-orang
ternyata tak berlaku buat dirinya.
Ia cukup menunggu sampai 6
tahun saja. Sebuah waktu bisa dikatakan sangat singkat dibandingkan kebiasaan
disana, yaitu hingga 28 tahun (devisite
22 tahun ).
Kini wanita yang dalam
berjualannya selalu pakai geribak keliling ini , telah resmi menjadi seorang
Hajah. Tentu banyak pengalaman yang tak terlupakan saat berada disana.
Yang jelas impiannya untuk
pergi naik haji telah terwujud. Ia tak saja bisa menghadap ki’blat saat sholat
lima waktu dan sholat sunnah, namun juga bisa melihat Ka’bah itu sendiri secara
langsung didepan mata.
Tidak ada kebahagiaan yang
lebih utama didunia ini selain dekat dengan Allah. Dan berada di kota Mekkah
untuk pergi haji adalah salah satu cara bagaimana ia bisa lebih dekat dengan
Allah.
Dibalik lain dari kisah luar
biasa sosok nenek Halimah adalah bahwa ia juga bisa menguliahkan anak-anaknya. “Satu
anak perempuan saya menjadi (Bidan) PNS (Pegawai Negeri Sipil ), “ ujarnya
bangga.
Tidakkah kita bisa belajar
dari nenek Halimah, Sang penjual nasi kuning..?. Sekali lagi, profesi apapun
janganlah kita anggap sepele, bahkan hal yang kadang terlihat kecil dimata
orang, justru sangatlah besar dimata Allah buktinya adalah nenek Halimah.
Meski hanya seorang pedagang
nasi kuning, yang kata orang-orang tidaklah seberapa penghasilannya, buktinya
ia bisa naik haji dan menguliahkan anak-anaknya.
Semoga kisah ini bisa
menginspirasi kita semua. Amiiiin.
Wallahu ‘alam Bhisawab