KEAJAIBAN SEDEKAH KOMAR
“Terima kasih Pak Komar. Maaf, saya sangat
tergesa-gesa. Nanti sepulang dari Singapura, Pak Komar saya hubungi .“”
Sedekah itu dari hati, bukan karena
ikut-ikutan apalagi agar orang tahu.Begitu pula pahala atau balasannya, semua
orang gak ada yang tahu, sebab itu hak prerogative sang penguasa rejeki.
Ada yang dibalas cepat ada yang dibalas lambat, atau
bahkan ada yang tak terbalas, padahal itu hanya rasa saja. Ketika kita
bersedakah gaka ada yang tidak dibalas oleh Alllah swt. Semua itu hanya soal
waktu dan tergantung orang yang bersedekah pandai memaknai karunia Allah swt
atau tidak….?
Karena sedekah kita akan dibalas berlipat oleh Allah dan
kebanyakkan orang balasan Allah identik dengan materi, padhal semuanya balasan
sedekah kita dibalas dengan Allah berupa materi.
Bisa juga dengan rejeki kesehatan, anak, masalah dan
lain sebagainya yang dimudahkan urusannya oleh Allah swt. “ Allah itu maha adil
sedekah sebiji sawi pun akan diperhitungkan oleh Allah swt.
Baca Juga " Akhir Kisah Sang Pejabat Rakus "
Baca Juga " Akhir Kisah Sang Pejabat Rakus "
Betul lanjut mas “Yok” Kita sudah diberikan kesehatan
jauh dari penyakit. Kita sudah diberi nikat ini itu termasuk nikmat iman,
islam, Pokok e buayak.
Betul potong “Wawan” Dari semua yang disebut mas Yok
tadi, mungkin salah satunya balasan atas sedekah yang kita lakukan jadi kita
bersykur saja.
“Betul Bang Wawan” sambung Komar yang sejak tadi diam “
Saya juga ada pengalaman yang sangat berkesan berkenaan dengan sedekah”
tambahnya.
“Apa itu..?” Mas Yok dan Wawan berbarengan melontarkan
pertanyaan yang sama.
BERSEDAKAH WALAU SEDIKIT
Demikianlah percakapan sahabat seputar sedekah. Komar adalah sosok lelagi
baru berumah tangga dan merasakan kehidupan rumah tangganya berjalan stagnan alias
jalan di tempat.
Ketika “Komar” baru menikah , kehidupan rumah tangganya begitu sajan dan
ketika ia sudah memiliki momongan , kehidupan rumah tangganya begitu-begitu
saja, serba pas-pasan.
Komar ingin sedekah seperti temannya dengan nominal yang cukup lumayan,
tapi ia tak mampu. Komar juga ingin menurunkan nilainya , juga belum bisa.
Alhasil, Komar bersedakah sesuai dengan sisa uangnya yang ada dikantongnya atau
dengan makanan yang seadanya di rumah.
Yang penting keikhlasanya, “
kalimat itu yang akhirnya mebuat Komar rutin bersedekah sampai-sampai, Komar
beranggapan keramah tamahan dan senyumamn pun sebagai sedekah.
Mungkin karena sedekah Komar yang serba sedikit, jadinya komar tidak
terbesit diangannya untuk dibalas oleh Allah swt. Tidak seperti keajaiban
sedekah yang dialami orang banyak.
Orang-orang yang telah menerima balasan.” Laa haula walaa quwwata”
semua diserahkan kepada Allah Sang Pemilik Rejeki Yang Maha Pemurah.
Suatu ketika, Komar yang kerjanya serabutan sedikit mengalami kesulitan
yang sering terjadi dalam rumah tangga yang sangat sederhana.
“Susu si kecil habis , Bang tuh dia sudah rewel mau nyusu “, keluh istri
Komar yang sebenarnya bukan hal mengejutkan. Tapi kalau si kecil nangis karena
tak punya susu ..? Wah komar merasa iba.
Doain yah, saya mau keluar dulu mudah-mudahan ada yang didapatkan untuk
membeli sekaleng susu, jawab Komar.
“Tapi jangan lama-lama bang kasihan si kecil kalau nangsi terus “, desak
istri Komar. Meski bingung, Komar tetap mengangguk. Dia mencoba meyakinkan diri
ikhtiar sudah dijalankan Insya Allah ada jalan keluar.
KOmar berjalan dengan semangat menuju pasar. Sasarannya area parker lanatai
tiga. Di sana ia menjumpai Pak Matin yang punya usaha sampingan pengiriman
barang. Orang-orang yang belanja di pasar dalam partai banyak , biasanya suka
mencarter mobil box milik Pak Martin.
Dan Komar akan menawarkan dirinya untuk membawa dan menaikkan
barang-barang belanjaan ke mobil box itu. Dengan begitu Komar akan mendapatkan
upah.
Namun, saat Komar tiba di lantai tiga Pak Martin tak terlihat, yang
nampak hanya mobilnya saja yang kosong melompong. Komar bingung tapi dari pada
dia bengong di situ, lebih baik berjlan-jalan saja di area parker sambil
menunggu kemunculan Pak Martin.
Baru melangkah beberapa meter saja mata Komar melihat sebuah benda
bergeletak. Komar mendekat dan mengambil benda yang dilihatnya itu yang
ternyata sebuah Paspor.
“Milik siapa ini..?” tanya Komar dalam hati. Pertanyaan Komar langsung
terjawab setelah membuka buku Paspor halaman pertama, disitu terselip sebuah
kartu nama atas nama Ferdinand.
Komar tahu, buku yang sekarang ada ditangannya itu sangat penting bagi
pemiliknya. Karena itu, meski pulsa di HP jadulnya tinggal sedikit ia berusaha
menghubungi nomor telephone yang tertera di kartu nama.
Ketika tersambung lalu Komar langsung memberikan info kepada pemilik
paspor. Sang pemilikpun berujar seperti orang yang ketiban rezeki dari langit “
Alhamdulillah..!” terucap dari sang pemilik Paspor tersebut.
Komarpun mendatangi rumah sang pemilik Paspor tersebut yang tak lain pak
Ferdinand seperti nama yang tertera dalam kartu nama yang dilihat Pak Komar.
Pada waktu Komar berada di rumah Pak Ferdinand, ia tak begitu lama
ditemui oleh Pak Ferdinand karena keadaan yang mendesak Pak Ferdinand harus
berada di Bandara dalam waktu 15 menit.
“Terima kasih pak Komar, maaf saya sangat tergesa-gesa. Nanti sepulang
dari Singapura Pak Komar saya hubungi, begitu ujar Pak Ferdinand sambil member sesuatu
kepada Pak Komar.
Dan langsung masuk kedalam mobil, kemudian meninggalkan Pak Komar yang
termemenung.
SATPAM
Kkomar kemudian berlalu meninggalkan rumah Pak Ferdinand, dengan member pemberian
yang masih dalam gengamannya. Ternyata tiga lembar uang seratus ribu rupaiah.
“Alhamdulillah ..” Komar bersyukur sambil berlalu, tergambar kebahagiaan
di wajah sebab ia tidak hanya bisa membeli satu kaleng susu untuk anaknya
tetapi lebih dari itu.
Kejadian itu yang dialami Pak Komar sudah berlalu hampir satu minggu.
Komar nyaris melupakannya kalau saja HP jadulnya tidak mengingatkannya dengan
suara dering HP jadulnya yang dihubungi oleh Pak Ferdinand yang tempo hari di
temuinya karena Paspornya yang jatuh di area parkiran lantai tiga.
“ Pak Komar datang ke kantor saya, ya “ ucap seseorang sambil menyebutkan
alamat. Komar bingung apalagi telephone langsung terputus.
Sepersekian detik kemudian HP Pak Komar bordering lagi kali ini pakek
sms. “ Saya Pak Ferdinand. Pak Komar menurunkan Kursor di HP nya sebuah alamat
kembali dibacanya.
Saat itu juga Komar langsung berpamitan pada istrinya “ saya mau ke
kantor Pak Ferdinand Insya Allah ada rejeki di sana, ujar Komar kemudian
berlalu meninggalkan rumahnya.
Pak Ferdinand menceritakan kronologi waktu ia berangkat tergesa-gesa ke
bandara, jika saja Pak Komar tidak cepat-cepat mengantar Paspornya kerumahnya
tempo hari, maka ia akan terlambat datang di Singapura dan bisa dipastikan akan
kehilangan tender yang nilainya cukup besar.
“Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Pak Komar” ujar Pak Ferdinand
dan kemudian menawarkan pekerjaan kepada Pak Komar sebagai Satpam di kantornya
dengan gaji yang sama sekali diluar perkiraan pak Komar.
“Alhamdulillah ..” Komar bersyukur dia menganggap ini adalah sebagai
kemurahan Allah atau juga balasan Allah atas sedekah yang ia berikan, berupa
mengembalikan Paspor yang sangat penting itu.
Wallahu ‘alam Bhisawab