Blog Konten Islam: MERETAS PERADABAN ISLAM DI CHINA
Showing posts with label MERETAS PERADABAN ISLAM DI CHINA. Show all posts
Showing posts with label MERETAS PERADABAN ISLAM DI CHINA. Show all posts

Saturday 12 May 2018

MERETAS PERADABAN ISLAM DI CHINA

MERETAS  PERADABAN ISLAM DI CHINA

MERETAS    PERADABAN  ISLAM DI CHINA



“Sa’ad bin Abi Waqas adalah sahabat yang pertama kali menyebarkan dakwah di negeri tirai bambu ini “..”




Catatan tentang kehadiran islam di China sebenarnya telah lama terekam dalam sejarah negeri ini. Kehadiran islam di negeri ini bukan hanya terpaut sedikit dari masa Nabi Muhammad saw menyebarkan islam di tanah Arab. Sebuah catatan kuno dari zaman dinasti Tang menyebutkan bahwa babak baru kehadiran Islam ke negeri itu ditandai dengan ‘kunjungan agung Sa’ad  ibn Abi Waqas, salah seorang sahabat Nabi saw pada tahun 650 atau 29 H. Sa’ad merupakan delegasi pertama yang diutus khalifah ketiga, Ustman bin Affan. Ia ditugaskan untuk menyeru kaisar China memeluk islam.


Dengan berani, Sa’ad memperkenalkan islam kepada rakyat China. Ia memaparkan inti ajaran islam kepada khalayak didalam kerajaan, yang saat itu disaksikan langsung oleh kaisar China. Usai beberapa lama menyimak penjelasan Sa’ad , Kaisar Yung Wei, pemimpin yang berkuasa waktu itu, tidak menutup kegusarannya terhadap islam.

Kendati demikian, sang kaisar, tetap menaruh hormat terhadap ajaran yang diserukan oleh Sa’ad. Kaisar Yung Wei merasa bahwa antara ajaran islam dan ajaran Konfusius, keyakinan penduduk China waktu itu, terdapat kemiripan. Itulah sebab mengapa dia merasa yakin bahwa ajaran islam bisa disandingkan dengan ajaran Konfusius.

Untuk menunjukkan rasa simpatik kepada islam, Kaisar Yung Wei memberi izin kepada kaum muslimin untuk membangun sebuah masjid di kawasan Chang’an. Masjid yang kemudian diberi anama Canton (Memorial Mosque) ini merupakan masjid pertama yang dibangun di China. Walau telah berusia 14 abad sampai kini Canton Mosque masih tetap berdiri kokoh.
Sebenarnya, sebelum islam masuk ke China, hubungan bangsa Arab dan China sudah lama terjalin melalui jalur perdagangan. Hubungan ini semakin terlihat semakin erat tatkala islam telah benar-benar masuk ke negeri itu. Bahkan sejak itu , hubungan perdagangan tersebut mengalami kemajuan yang cukup signifikan.

Eratnya hubungan perdagangan semakin terlihat ketika seorang bernam Cheng Aan, dimasa pemerintahan dinasti Tang, mencetuskan membangun sebuah perkampungan islam. Pedirian perkampungan islam ini ternyata banyak mengundang warga Negara lain untuk menetap di China.

Mereka banyak berdatangan dari kawasan Arab, Persia, dan Asia Tenggara. China yang berada dimasa puncak peradaban, rupa-rupanya menjadikan kawasan yang menjanjikan untuk mengail penghidupan.

Sejak itu, China kemudian menjadi Bandar perdagangan yang banyak didatangi pedagang muslim dari berbagai penjuru. Saat Dianasti Umayyah dan Abasiyah berkuasa, pernah ada enam delegasi yang diutus untuk terlibat dalam aktivitas perdagangan itu.

Mereka diterima baik disana, sebagaimana islam akhirnya banyak dianut oleh sebagian besar warga China. Umat muslim secara perlahan tapi pasti , mulai mendominasi bidang ekspor-impor selama dinasti Sung (960-1279) berkuasa. Terlebih saat pemerintahan dinasti Ming (1368-1644) berkuasa. Inilah fase dimana Islam sedang menunjukkan kegemilangannya.

MUATAN LOKAL.
Tak bisa dipungkiri, kondisi islam di China nampak lebih mirip dengan kondisi islam yang tersebar di Indonesia. Akulturasi budaya kerap mewarnai kehidupan beragama kaum muslimin China. Sebagian besar dari mereka masih banyak yang meyakini kepercayaan leluhurnya. Mereka masih percaya kepada konsep Yin dan Yang sebagai unsure kekuatan hidup makhluk.

Dari sisi arsitektur bangunan, seringkali dibuat mengikuti arsitektur bangunan China. Ini bisa dilihat dari desain kubah. Sedang dibagian pintu , biasanya terdapat tabir tipis dari plastic, yang yang diyakini dapat mencegah bala. Selain itu, dalam kepercayaan masyarakat China pintu terlarang menghadap ke depan. Biasanya pintu dibuat agak berliku. Jika pintu dipaksakan langsung menghadap ke depan, biasanya akan ada tirai yang menghalangi.

Bukan hanya masjid, rumah-rumah hunian kaum muslimin China pun banyak yang tetap mengikuti unsur budaya setempat. Uniknya, di sejumlah gedung-gedung bersejarah islam, tulisan-tulisan Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China nampak banyak terlihat.

Kaligrafi yang tertera di gedung-gedung sejarah itu merupakan bentuk takzim ungkapan terima kasih masyarakat muslim China kepada nabi Muhammad saw. Nabi seolah memberikan perhatian khusus kepada China, dengan menyebut – nyebut negeri China dalam sabdanya.

Yang tak kalah menarik adalah menyaksikan dari dekat berbagai pusat – pusat kerajinan khas China berupa kain sutra serta keramik-keramik bertuliskan bahasa mandarin dan khat Arab. Sampai saat ini kegiatan demikian masih terus berlangsung.

Asimilasi kebudayaan tak bisa dihindari ketika kaum muslim bertintegrasi dalam komunitas Han. Mereka mengadopsi nama dan kebudayaan Han. Banyak dari mereka yang menikahi wanita dari suku itu , untuk kemudian mencantumkan nama sang istri kepada nama anaknya. Tapi ada juga yang memakai nama semisal MO, Mai, dan MU, adopsi nama dari asal kata Muhammad Mustafa atau Ma’oud.

Sedang dibidang literature keagamaan, telah banyak buku-buku agama ditulis kedalam bahasa Han, seperti buku-buku hadits, fiqih, akhlaq, dan sejarah. Penulis seperti Ma Chu, Leo Tse dan Chang Chung (1500-1700 Masehi) adalah tokoh yang berjasa menerjemahkan teks Arab dan Parsi kedalam bahasa lokal. Bahkan diantara buku-buku tersebut ada yang ajarannya bercampur ajaran filsafat Konfusius.

Dibidang penerjamahan, pada abad 19, Ma Pu Shu, cendikiawan yang terkenal kala itu, telah berhasil menerjemahkan Al-Quran kedalam bahasa lokal, walau hanya lima juz saja. Meski belum lengkap, apa yang dikerjakan Ma Pu Shu tentu berarti bagi warga muslim China. Cara ini sekaligus  menunjukkan cara ‘elegan’ dalam menyebarkan Islam agar mudah diterima.


Memasuki abad ke 20 , umat islam China terus menuai sukses. Sejumlah ulama’ berusaha meneruskan langkah Ma Pu Shu. Bukan saja Al-Quran, penerjemahan juga dilakukan terhadap teks-teks keagamaan lain, seperti Hadits Arbain  an-Nawawy Syaikh Wang Jing Chai dan Yang Shi Chian adalah orang yang berjasa menerjemahkan kitab-kitab tersebut.

Pasang Suru Kejayaan Islam.
Pada tahun 133 H, terjadi pertempuran besar yang menentukan sejarah islam di Asia Tengah dibawah pimpinan Ziyad. Meski tak jelas berapa korbannya, China termasuk Negara yang harus mengalami kekalahan menyedihkan dalam pertempuran. Sebaliknya, islam meraih kemenangan.Kemenangan itu membuka pintu lebar-lebar bagi umat islam. Mereka mengontrol penuh hampir seluruh wilayah Asia Tengah.

Pada tahun138 H, Jendral Lieu Chen melakukan pemberontakkan melawan Kaisar Sehwan Tsung. Untuk menumpas pemberontakkan itu Kaisar meminta bantuan Khalifah Al-Mansur dari dinasti Abbasiyah. Al-Mansur menyanggupi dengan mengirimkan Kaisar Sehwan empat ribu tentaranya ke China. Dengan bantuan tersebut, Kaisar bisa menakhlukkan para pemberontak. Peristiwa ini sekaligus awal sejarah tentara muslim mulai hadir di China.

Islam terus menunjukkan perkembangan baik dalam bidang ilmu agama maupun filsafat dan aktifitas sosial. Bahkan tidak sedikit para ulama islam ikut mewarnai filsafat Konfusius. Sayang, keadaan yang tenang adem  ayem kini akhirnya terganggu manakala dinasti Manchu(1644-1911 Masehi) naik tahta.

Akan tetapi menurut sumber www.masjid_cina.or.id dinasti yang tengah berkuasa saat itu adalah dinasti Ching.hanya saja, dinasti ini didominasi etnis Manchu, sehingga segala kebijakkan yang dikeluarkan tak lepas dari pengaruh dinasti Manchu. Padahal, waktu itu Manchu tak lebih dari kelompok minoritas belaka.

Etnis Manchu banyak mengembangkan taktik pecah belah untuk melanggengkan kekuasaanya. Karena itu, dimasa ini banyak terjadi pertikaian antara etnis. Seperti pertikaian yang terjadi antara orang Han, Tibet, Kaum Muslim dan bangsa Mongolia. Bahkan, sentimen anti islam pun merebak luas. Muslim China terus mengalami cobaan dan tekanan. Mereka dianggap sebagai warga Negara kelas dua, merekapun tak jarang mendapat intimidasi dari penguasa.

Keadaan semakin diperparah dengan banyaknya peperangan yang sering terjadi. Sedikitnya telah terjadi lima kali peperangan ; lanchu, Che Kanio, Singkiang, Uunanan, dan Shansi. Kelima peperangan itu merupakan perang yang paling menegangkan dan banyak memakan korban.

Dalam kelima peperangan itu, kaum Muslim terlibat didalamnya dan harus mengalami kekalahan. Korban akhirnya berjatuhan tak terhitung jumlahnya.Ini berakibat pada jumlah kaum muslimin yang menyusut drastis. Diperkirakan, jumlah umat islam waktu itu hanya sepertiga dari jumlah sebelum peperangan terjadi.

Pada titik ini, wajar bila kemudian Manchu dituding bertanggungjawab telah menggunakan tentara Han menekan kaum Muslim di seantero negeri. Ketika dinasti Manchu runtuh tahun 1911, Tampilah Sun Yat Sen menggantikannya. Dalam kepemimpinannya ia meproklamirkan persamaan hak dan kewajiban diantara etnis Han, Hui (Muslim), Man (Manchu), Meng (Mongol), dan The Tsang (Tibet). Kebijakan ini pada akhirnya menghadirkan hubungan yang lebih baik diantara kelompok etnis tersebut.

Umat islam memulai babak baru. Peradaban di masa Mao Zeong (1893-1976). Negarawan besar ini punya andil dalam membentuk peradaban Islam di China. Bahkan, sebagian kaum Muslimin China banyak yang bersimpatik kepadanya. Ini bisa terbaca manakala dia menetapkan markasnya pindah ke Niyan, warga Muslim mendukung penuh keputusan itu. Bahkan ada pula yang turut serta bergabung dalam tentara Merah pimpinan Zedong.

Namun tidak bisa di pungkiri, dalam catatan sejarah Islam, justru pada fase inilah keadaan kembali memburuk. Ketika itu China dilanda revolusi Budaya dan paham Komunisme digembar-gemborkan Zedong. Bahkan bukan hanya umat islam, kaum minoritas lainnya, kembali hidup dalam tekanan. Mereka harus berjuang melawan pengaruh Komunis.

Pada 1953, akhirnya meletus perlawanan dari kaum Muslimin. Mereka mengingingkan pembentukkan Negara  Islam sendiri. Namun hal ini dilawan secara represif oleh militer China yang disusul dengan penggiatan propaganda anti islam di seluruh wilayah negeri.

Sepanjang pemerintahan rezim Mao Zedong, umat Muslim terus hidup dibawah tekanan. Kaum minoritas terus berlangsung. Keadaan makin diperparah dengan munculnya upaya untuk menghilangkan jejak-jejak peradaban Islam dan identitas etnis muslim China.

Bahasa Uygur contohnya, yang Selama berabad-abad menggunakan tulisan Arab, dipaksa mengadopsi tulisan alphabet latin. Seang etnis Uygur dan kaum Muslim lainya, menjadi obyek utama pekerja paksa sejumlah privinsi.Para pekerja paksa waktu itu diperkirakan sejumlah sekitar 30 ribu.

Pemerintah juga telah menutup paksa 29 ribu Masjid. Di bawah tekanan pula, dibidang penididikan, sejumlah sekolah islam ditutup dan para murid dipindahkan ke sekolah yang hanya mengajarkan ajaran Mao dan Marxis. Sedang sekitar 360 ribu muslim ditangkap.

Setelah kematian Mao dan berakhirnya rezim garis keras komunis , barulah pemerintahan komunis China beralih mendorong Liberalisasi. Pada masa ini pemerintah mulai memberi kelonggaran kepada umat Islam dan kelompok minoritas. Maka lambat laun, komunitas islam khususnya etnis Uygur Turki mulai mendapatkan kebebasan dalam mengekspresikan identitas budayanya.

Kendati demikian, pemerintah tetap belum mengizinkan menggunkan huruf Arab untuk pemakaian Bahasa Uygur. Pada sisi ini, kebijakkan yang diskriminatif terhadap etnis Uygur Turki,oleh warga non Muslim China yang saat ini menetap diprovinsi berpenduduk Muslim terbesar China, Xinjiang, masih berlanjut.

Secercah Harapan.
Pada 1954, pemerintah menjamin kebebasan warga Muslim China untuk kembali melaksanakan sholat, upacara ritual dan budaya serta mengekspresikan kehidupan sosialnya sendiri. Sebagai perbandingan terhadap etnis minoritas lainnya, mereka juga diberi kebebasan, terutama menjalin hubungan dengan Muslim lain di dunia. Belakangan Pemerintah China perlakuan khusus bagi mereka. Caranya dengan memberikan otonomi atau provinsi khusus.

Pemerintah China memberi hak khusus kepada etnik minoritas. Sebagai bukti, di luar dari 22 provinsi , ada 5 daerah otonomi penuh yang didasarkan pada pengakuan atas hak warga minoritas, bukan saja muslim tapi juga etnik lain. Wilayah itu adalah : Zhuang di Guangxi Zhuangzu, Hui wilayah Muslim di Ningxia Huizu, Uygurs di Xianjiang uygurs, Tibet  di Tibet, dan Mongol di wilayah khusus Mongol. Wilayah khusus lain dibedakan lantaran perjanjian dengan Inggris seperti Hongkong, yang telah dikembalikan secara resmi.

Islam terus menemukan setitik harapan pada saat kebebasan beragama dideklarasikan tahun 1978. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Muslim China untuk bangkit kembali.

 ( Berbagai Sumber)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...