Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"
JENAZAH SAHABAT YANG DILINDUNGI ALLAH
Pada tahun keempat Hijrah, orang-orang Arab Badui bergerak menuju Madinah.
Mereka mereka berharap dengan mudah akan merampas harta benda para penduduk
Madinah. Pada saat bersamaan semangat umat islam belum pulih sepenuhnya.
Pasukan Bani Asad merupakan kabilah Badui yang pertama menyerang Madinah.
Rasulullah saw melantik Abu Salmah untuk memimpin pasukan menghadapi serangan
Bani Asad. Dengan anggota pasukan berjumlah seratus orang, mereka dapat mematahkan
serangan percobaan dari Bani Asad itu.
Kemudian germbolan pimpinan Khalid bin Sufyan Al-Hadzli pun ikut
menyerang Madinah juga. Serangan ini dapat dipatahkan oleh kaum muslimin
dibawah pimpinan Abdullah bin Anis sehingga Khalid sebagai pimpinan mati terbunuh
di medan perang.
Dengan serangan kaum badui yang bertubi-tubi inilah muncul Kabilah Adhi
dan Qarah yang menghadap Rasulullah saw. Dalam pertemuannya dengan Rasulullah
saw, ketua rombongan kabilah mengawali pembicaraan.
“Ya Rasulullah saw kami mememluk islam sejak beberapa waktu dulu. Oleh
karena itu kami turut bersedih atas apa yang telah menimpa kaum muslimin
disini. Sudah sepatutnya,kami tidak membiarkan saudara-saudara sesama islam
kami dalam kesusahan. Kami berjanji bersedia memberi bantuan apa saja bila
diperlukan nati.
Mendengar pengakuan ketua rombongan itu, Rasulullah saw beserta kaum
Muslimin merasa amat lega dan gembira. Paling tidak rasa kecewa kaum Muslimin
akibat kekalahan mereka di uhud dapat sedikit terobati. Semangat mereka kembali
berkobar untuk terus menegakkan islam.
Lalu, dengan nada yang serius mereka berkata lagi, “Ya Rasulullah ..!
Kami ini sudara baru dalam islam dan masih banyak lagi kaum kerabat kami yang
berada dikampung Adhal akan mengikuti jejak kami. Untuk menambah pengetahuan
kamitentang islam, kami mohon agar Rasulullah saw dan kaum Muslimin disini
berkenan membantu kami.
“Bantuan Bagaimanakah yang kamu maksud ..?”.
“Begini Ya Rasulullah..! Kalau tidak keberatan kami meminta dikirimkan
beberapa sahabat untuk mengikuti kami pulang ke Adhal. Adapun maksud kami
berbuat demikian adalah agar disana nanti mereka dapat menjadi guru yang akan
mengajarkan kami Al-Quran dan memberipengertian yang sebenarnya tentang islam
kepada kami. Sebab masih banyal diantara kami yang belum paham mengenai islam”.
Melihat niat dan maksud mereka yang tulus, ditambah lagi bahwa sudah
menjadi tanggungjawab sesama Muslim pula untuk mengajak kepada kebenaran. Maka
Rasulullah menerima permintaan tersebut.
Maka dipilihlah para sahabat yang sukses dalam perang badar baik dari
kalangan muhajirin maupun Anshar. Mereka adalah Ashim bin Tsabit bin Abul
Aqlah, Martsad bin Abi Martsad Al-Ghanawy, Khlid bin Bukair Al-Laithy, Khabib
bin Ady, Zaid bin Datsanah dan Abdullah bin Tariq, dan Rasulullah saw melantik
Ashim sebagai ketua rombongan.
Sebagai Muslimin yang bertaqwa dan taat , berangkatlah keenam orang
sahabat itu. Sedikit pun tidak menaruh curiga. Namun, setibanya dilembah
Rajajik, keadaan menjadi berubah. Rajik adalah sebuah lembah yang subur,
terletak diantara Asfan dan Makkah. Disini terdapat aliran mata air milik kaum
Hudzail. Dan diluar dugaan para sahabat, tiba-tiba ketua rombongan dari kampung
Adhal itu berseru dengan suara lantang…
“Kepuuung mereka..! Kepuung mereka…!cepaat..! perintahnya kepada yang
lain.
Suasana ketika itu mendadak tegang. Keenam sahabat itu keheranan.
Mereka saling berpandangan seperti tidak percaya dengan apa yang terjadai
dihadapan matanya. Melihat sikap para musuh yang sudah bersiap menyerang, tanpa
berfikir lama lagi keenam sahabat tadi menghunuskan pedang tanpa sedikit takut
dan gentar.
Sambil tertawa bangga kaum Hudzail berkata, “Kamu semua jangan
coba-coba melawan,lihat betapa banyak pasukan kami yang disini sedang kalian
hanya berenam, menyerahlah..!”.
Sebenarnya tipu muslihat ini telah dirancang Bani Hudzail. Mereka
hendak membalas dendam terhadap kematian Khalid bin Sufyan Al-Hadzli dengan
cara menyerahkan para sahabat yang lelah terjebak dalam perangka mereka ini
kepada kaum Musyrikin Makkah.
“Sedikitpun tidak terlintas didalam dada bahwa mereka ini adalah penipu
..!. Demi Allah aku tidak akan pernah percaya dengan apa yang dijanjikan oleh
orang – orang musyrik seperti mereka ini” ujar Ashim.
“Percayalah, demi Tuhan ..!. Kami tidak bermaksud membunuh kamu
semua..! Kami hanya menggunakan kamu semua untuk mendapatkan sesuatu yang
berharga dari kaum Quraisy. Percayalah , kami tidak akan membunuhmu.
Namun, apa yang telah dikatakan oleh pengkhianat-pengkhianat itu
sedikitpun tidak dapat mempengaruhi hati keenam orang sahabat itu. Mereka tetap
bertahan dengan pendiriannya , mereka dan tidak rela diri mereka dhina dan
jatuh ke lembah perbudakan dan penganiayaan.
Api peperangan bergolak begitu hebat. Keberanian tiga orang sahabat ini
tidak diragukan lagi. Mereka bertempu mati-matian dan mampu menewaskan sebagian besar
mush-musuhnya. Namun akhirnya satu persatu diantara mereka syahid. Sedangkan
Ashim bersama tiga sahabat lainnya pun ditawan.
Dengan wajah yang tenang, dia pasrahkan hidup mati hanya kepada Allah.
Sedikit pun tidak menampakkan penderitaan, padahal luka-luka disekujur tubuhnya
nampak begitu memilukan.
“Ya Allah..! Aku telah berkorban jiwa dan raga untuk agama-Mu. Aku
telah membela agama-Mu sejak awal hiduku. Maka hari ini , diakhir hayatku, aku
memohon lindungilah daging dan jasadku ini dari sentuhan tangan-tangan kaum
musyrik”.
Kemudian diapun menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan wajah yang
berseri-seri penuh kedamaian. Berita tentang kematiannya segera tersebar luas
ke kota Makkah yang letaknya tidak seberapa jauh dari tempat kejadian itu.
“Akhirnya, tewas juga singa garang itu di tangan kaum Hudzail”, kata
salah seorang pemimpin Quraisy.
“Yang jelas, Sulafah adalah orang yang paling gembira hari ini. “Lebih
baik kita segera kirim seorang utusan pada kaum Hudzail untuk menyerahkan Ashim
kepada kita. Sulafah akan dapat menggunakan tengkorak Ashim sebagai gelas untuk
minuman arak , sebagaimana sumpah yang pernah dia sampaikan”.
Berangkatlah kaum Quraisy ini untuk menemui kaum Hudzail. Sementara
itu, tidak berselang lama setelah Ashim menghembuskan nafasnya terakhir , Allah
swt mengabulkan doanya. Sekumpulan lebah mengerumuni jenazahnya. Semua orang
yang ada pun tidak mengetahui bahwa Allah telah mengabulkan doa Ashim. Alangkah
terkejutnya mereka ketika mereka akan mendekati jenazah Ashim, tiba-tiba
sekumpulan lebah telah datang mereka dari segenap penjuru. Lebah-lebah itu
seakan melindungi dan menjaga tubuh yang kaku itu dari sentuhan tangan-tangan
yang kotor. Siap yang mencoba mendekati mayat Ashim, lebah – lebah itu akan
datang menggigit muka, mata serta seluruh tubuh dan badannya.
Antara perasaan takut dan kesal, mereka bersungut, “Ah, darimana pula
datangnya lebah sebanyak itu. Bukankah lebah-lebah itu hanya mengganggu kita
saja..?”.
“Jangan putus asa..! mari kita coba menghalaunya dari sini “, ajak
salah seorang dari mereka mencoba mengusir lebah itu lagi, tetapi tetap gagal.
Hingga akhirnya merekapun menyerah. “Biarkan dulu ..! kita tunggu
sampai malam. Sebab biasanya menjelang malam tiba, lebah-lebah yang ganas itu
akan terbang dan pergi. Setelah itu tentu dengan mudah kita dapat mengambil
kepala Ashim.
“Tetapi, aku memang heran, aku tidak pernah melihat lebah mengerumuni
mayat sebanyak ini”, kata salah seorang dari mereka seperti tidak percaya
dengan apa yang mereka lihat dengan mata kepalanya sendiri.
Demikianlah keadaan kaum Hudzail yang tidak menyadari bahwa Allah swt
telah mengirimkan lebah-lebah yang sedemikian rupa untuk memenuhi doa Ashim,
sebagai pelindung jasadnya dari sentuhan kaum Musyrik.
“Kalau begitu , lebih baik kita pulang dulu kerumah. Bila malam tiba,
kita akan datang lagi ke sini ramai-ramai. Allah swt memang Maha Berkuasa.
Sekali lagi Dia menunjukkan kebesaran-Nya. Tanpa diduga pada hari mulai senja ,
tiba-tiba langit menjadi begitu gelap diselubungi awam hitam yang tebal. Kilat
dan petir saling bersahutansambung-menyambung seakan tidak rela melihat jasad
Ashim dikhianati kaum musyrikin. Kemudian hujanpun turun dengan lebatnya hingga
membasahi seluruh bumi.
Kaum Hudzail merasa takut dengan suasan yang terjadi ketika itu,
Sebab,sebelumnya tidak pernah terjadi hujan yang sedemikianlebat. Hasrat mereka
yang hendak pergi mengambiljasad Ashim akhirnya terpaksa ditangguhkan. Tanpa
mereka sadari , air bah membuat sungai meluap naik sehingga menutupi permukaan
lembah Rajik.
Akhirnya, banjir besar mulai melanda segala yang ada. Banjir yang
dahsyat itu membawa serta mayat Ashim dan hilang entah kemana, tidak seorang
pun yang mengetahui keberadaannya.
Pada keesokkan paginya, mereka sudah bangun. Hasrat untuk mendapatkan
kepala Ashim ternyata belum pudar, lebih-lebih teringat akan hadiah yang
dijanjikan. Sekali lagi mereka beramai-ramai berangkat menuju ketempat mayat
Ashim terbaring. Kali ini mereka begitu yakin bahwa usaha mereka akan berhasil.
Dengan tergesa-gesa mereka melangkah menuju ke tempat yang dituju.
Namun kali ini mereka lebih tersentak dan lebih dibuatnya bingung dan heran
ternyata jasad yang ia inginkan yaitu jasad Ashim sudah tidak ada ditempat
semula. Mereka sudah mencari ke berbagai tempat yang mereka duga menjadi bagian
dari hanyutnya mayat Ashim, namun lagi-lagi usaha mereka sia-sia dan tak
membuahkan hasil seperti yang diinginkan mereka.
Allh swt telah menlindungi mayat Ashim tang telah berkorban untuk
kejayaan islam. Dia memelihara jasadnya dari sentuhan tangan-tangan kaum
musyrikin sekalipun Ashim gugur didepan mata dan kepala mereka. Sesungguhnya
Allah swt mendengar do Ashim yang tidak rela tenggkorak kepalanya yang akan
dijadikan gelas minuman arak.
Wallahu A’lam Bhisawab