Dasbor " Rahasia Illahi 1"
Dasbor " Rahasia Illahi 2"
“Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang
dzalim itu : “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal ; kamu tidak diberi balsan
melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan “ (QS. Yunus : 52)
Suasana malam didusun Way Lalak masih
seperti biasa, lenggang dan gelap.Padahal jarum jam masih menunjuk pukul 20.10
WIB. Waktu tak terlalu malam untuk seseorang yang masih mau beraktivitas. Namun
angin malam yang menusuk tulang, agaknya membuat orang-orang lebih memilih berdiam
diri diatas kasur dan menarik selimut, ketimbang berkeliaran diluar. Lagi pula,
bukan hal lumrah jika ada orang yang keluyuran malam-malam kecuali, petugas
ronda yang berjaga-jaga.
Akan tetapi pada
malam dipenghujung Juni Tahun lalu itu, nampaknya rutinitas seperti diatas
tidak berlaku. Pemandangan yang terlihat adalah kerumunan orang. Mereka
berkumpul dirumah tetua adat bernama Lebai Amang (78 tahun). Sepertinya tengah
terjadi sesuatu yang penting dirumah berbentuk panggung itu.
Lantunan ayat-ayat
suci Al-Quran dan doa-doa terdengar dibacakan seiring dengan itu, terdengar
pula suara isak tangis dan ratapan yang menyayat hati. Gerangan apa yang tengah
terjadi disana..?.
Buah Zakar yang Hampir Lepas.
“Ashadu anlaa ilaa ha illa
Allah..” ucap wanita separuh baya. Wanita itu sedang menuntun seseorang agar
mengikuti apa yang sudah dilafalkannya. Namun yang dituntun tidak segera
berucap mengikuti. Hanya kata-kata “Khggghk….khhhggghhhk..” yang keluar dari
mulutnya.
Maklum saja, lelaki tua itu
kini tengah terbujur lemas diatas kasur, keadaannya amat memperihatinkan.
Tubunya ringkih kurus dan matanya nampak sangat cekung. Dari bagian zakar yang
ditutupi kain terlihat cairan nanah mengalir. Tidak deras, namun cairan itu
tidak henti-hentinya mengalir. Sesekali, bahkan terlihat belatung dari arah
zakar tersebut merayap ke bagian betis dan kakinya.
Tidak disangka, pemandangan
mengenaskan itu ternyata menimpa Lebai Amang. Orang yang disegani penduduk
Dusun Way Lalak. Ia terlihat sedang berjuang melawan maut. Namun raut wajah
yang sedang kesakitan itu tak tampak terlihat sedih ataupun muram. Justru,
orang-orang yang mengelilingi Lebai Amanglah yang kebingungan. Terutama ibu
Yusriah (63 tahun), istri Lebai Amang, wanita yang menuntun syahadat tadi.
Mereka seperti tak rela bila lelaki tua renta itu wafat dalam keadaan
mengenaskan.
Ketidak relaan ini terlihat
manakala beberapa orang anak dan cucunya ada yang pingsan. “Anak dan cucu Lebai
nggak tega melihat Lebai sekarat dan kesakitan”, jelas Taufik (44 tahun), yang
juga masih saudara dekat Labai. Taufik menambahkan, disaat – saat kondisi
seperti itu, Lebai Amang malah bersikap yang aneh-aneh. Mereka merasa bahwa
kematian Lebai seperti tidak wajar.
Karena itu, wajar pula bila
keluarga besar tersebut seperti terpukul. “Seperti penyakit ganjaran “, imbuh
Taufik, Pasalnya, mengapa penyakit itu harus singgah dialat kelamin..?. Apalagi
dengan keadaan yang sangat menjijikkan dipandang mata.
“Bahkan zakar Lebai Amang
hampir copot !” kata Anti (24 tahun), saudara Lebai Amang yang rumahnya
bersebelahan dengan rumah Lebai Amang. Hal tersebut diakui sang istri yang
biasa mengurus penyakit suaminya. Buah zakar Lebai Amang memang benar tak
berbentuk. Namun, keadaan tersebut tidak terjadi secara sekonyong-konyong.
Mulanya, sejak tiga bulan
terakhir ini alat kelamin Lebai Amang bengkak-bengkak. Berjalan susah, apalagi
jika ia ingin buang air kecil. Lama-kelamaan, seminggu menjelang Lebai sekarat,
buah zakarnya bertambah besar dan berwarna kemerah-merahan. Karena itu, istri
dan keluarganya berinisiatif membawa Lebai Amang ke rumah sakit.
Meski begitu, keadaan Lebai
Amang tak juga menunjukkan tanda-tanda sembuh. Kondisinya malah parah. Dengan
melihat kondisi Lebai yang hampir tak bisa ditangani dokter, maka pihak
keluarga akhirnya berinisiatif membawa Lebai Amang kembali pulang.
Hari ke hari kondisi Lebai
makin memperihatinkan. Terlebih disuatu hari, buah zakar yang bengkak tiba-tiba
pecah. Begitu diceritakan Bapak yadi (57 tahun) tetangga yang datang saat Lebai
Amang sekarat. Darah dan nanah keluar mengalir. Semakin hari semakin bertambah
banyak darah mengalir dari pangkal pahanya.
Sambil menahan isak, sang
istri mengaku, “Kadang-kadang kalau saya nggak langsung bersihkan, malah
belatungan”. Akibatnya, aroma tak sedap dari pangkal paha itu tersebar. Baunya
menyengat dan menusuk hidung. Orang-orang yang datang kerumah Lebai amang
terpaksa menutup hidung. Tepat pukul 22.18 wib, kondisi tubuh Lebai Amang
mengenaskan. Matanya melotot dan badanya mengigil. Sesekali bahkan seperti
kejang-kejang.
Melihat kondisi kritis
menghampiri Lebai Amang, pihak keluarga tak henti-hentinya menuntun Lebai Amang
untuk melafalkan kalimat “Thayyibah” : Astagfirullah ….” Demikian Anti
berusaha mencoba mengajak Lebai Amang beristigfar. Tapi mulut Lebai Amang
seakan susah untuk digerakkan.
Beberapa menit kemudian,
baru baru mulut Lebai mulai bisa digerakkan.”..Y..u..ss..” panggil Lebai pada
istrinya. Yang dipanggil hanya mampu mengeluarkan tangis. Dengan kekuatan yang
tersisa, Lebai Amang hanya mampu memohon kata-kata maaf kepada sang istri dan
sanak family yang berada disampingnya.
Ditengah-tengah Lebai
menyampaikan permohonan maafnya, tiba-tiba datang seorang laki-laki menghampiri
Lebai Amang. Nampaknya ia teman dekat Lebai Amang yang ingin mengungkapkan duka
cita atas musibah penyakit yang diderita Lebai Amang. Terlihat dari sorot mata
yang hangat saaat menatap Lebai Amang.
Begitu lelaki tersebut
berdiri persis di samping Lebai Aman, wajah tetua Way Lalak itu nampak
sumringah. Terbata-bata ia berkata, “No…m…er …bera..pppaa..yannng
kelu….aarr..?. begitu mulut Lebai Amang berhenti berkata-kata, tiba-tiba
badannya kaku. Innalillahi wa inna lillahi raaji’un”. Ternyata Lebai telah
pergi menghadap Yang Maha Kuasa, denga kata-kata yang seharusnya tak diucapkan
seseorang saat Malaikat maut menjemputnya.
Baca Juga "Nama-Nama Neraka & Penghuninya"
Baca Juga "Nama-Nama Neraka & Penghuninya"
Gemar Lotre dan Perempuan Sejak Muda.
Geger itulah gambaran yang
nampak mewakili kondisi way Lalak usai peristiwa kematian Lebai Amang. Keriuhan
itu telah merebak ke pelosok – pelosok dusun malam itu juga. Padahal, didusun
itu, berita kematian lazimnya diumumkan pada pagi hari. “Mungin karena
peristiwa kematian itu mengenaskan dan nggak wajar.” Terang pak Yadi
mengomentari kematian Lebai Amang.
Desas-desus pun mulai
merebak. Para tetangga yang menyaksikan kematian Lebai Amang sibuk menggunjing.
Ya, setelah menyaksikan peristiwa itu mereka hanya bisa membicarakan di
belakang. Tak satupun yang berani buka mulut, terlebih bertanya kepada pihak
keluarga besar Lebai Amang.
Pada orang-orang luar Dusun
Way Lalak yang datang menanyakan perihal kematian itu, mereka juga enggan buka
mulut. Diam seribu bahasa adalah pilihan aman, mengingat keluarga besar Lebai
Amang sangat berpengaruh dan ditakuti. Beberapa nara sumber yang mau bercerita
pun akhirnya mau bercerita dengan komitmen bahwa foto-foto wajah dan nama
mereka disamarkan.
Dari penuturan semua
narasumber, mereka yakin kalaupenyakit Lebai Amang itu ada kaitannya dengan
perbuatan buruk dan nista semasa hidupnya dulu. Tingkah polah Lebai Amang
sungguh tidak mencerminkan tetua adat yang seharusnyadisegani warga.
Kelakuannya sehari-hari Cuma bersenang-senang. Sepertinya seluruh warag hafal
betul rutinitas Lebai Amang. Ia lebih sering terlihat menghabiskan waktu untuk
kegiatan tak bermanfaat, bahkan memalukan. “Biasanya Lebai Amang keluar sore
hari sampai larut malam “, kata Anti.
Lebai sangat dikenal gemar
menyabung ayam, berjudi dan minum-minuman keras. Itu dilakukan sejak ia masih
remaja. Seperti orang yang kecanduan, kelakuannya tak pernah berubah sedikitpun.
“Rutinitas” aneh tersebut tak pernah seharipun terlewatkan.
Pernah sesekali ia menang
lotre dari nomor buntut yang dipasangnya. Lebai Amang bangga bukan kepalang.
Sebagai ungkapan suka citanya , ia mengajak teman-temannya berpesta. Bujuk rayu
beberapa teman-teman Lebai Amang berhasil. Ia pun setuju, mengundang wanita
penghibur.
“Acara pesta biasanya
diadakan di luar kampung. Biasanya mereka menyewa gedung “. Cerita Yadi dan
Taufik. Sesekali, acara bertempat dirumah tetangga kampung yang bergabung dengan
mereka.
Sikap dan perilaku Lebai
Amang sungguh memalukan.Namun tak satupun yang berani mengusik ulahnya. Tetua
adat lainnya maupun pihak keluarga sudah coba mengingatkan, tapi tegiran itu
seperti angin lalu. Akhirnya, mereka hanya tinggal pasrah dan berharap, semoga
Lebai Amang mau berubah.
Sayang, hingga maut
menjemput nyawa Lebai Amang, perilaku tersebut tak juga berubah. Di
tengah-tengah derita yang ditanggung Lebai Amang menjelang akhir hayatnya,
Lebay masih sempat bertingkah seperti ia masih sehat.
Dulu, sewaktu penyakit Lebai
Amang belum begitu parah, ia masih sering keluyuran keluar rumah. Kegemarannya
akan menyabung ayam, masang nomor buntut dan berjudi, masih sering dilakoni.
Padahal untuk berjalan saja ia sering minta dituntun.
“Saya pernah lihat Lebai
Amang hampir jatuh kepayahan, waktu mau nyabung ayam kenang Yadi. Selain gemar
masang buntut, Ia pun juga sering main perempuan. Kegemaran itu menurut Taufik,
berawal dari bujuk rayu teman-temannya juga. Istri LebaiAmang bahan mengakui,
kalau Lebai Amang juga dikenal punya banyak wanita simpanan.entah mereka
dinikahi atau tidak.
Yang pasti, menurut sang
istri, keluarga dan warga, bahwa Lebai Amang cepat kesengsem jika melihat
perempuan cantik. Matanya akan “hijau” bila melihat daun muda. “Makanya, orang
itu jangan hanya pakai peci Haji, tapi perbuatannya malah nggak sesuai dengan
predikat yang dipegangnya akat Anti, menyesali sikap Lebai Amang yang kebetulan
juga sudah pernah pergi haji.
Kelakuan Lebai Amang memang
sangat memalukan , kontras dengan jabatan yang disandangnya.Sudah semestinya ia
menjaga citra baik, adat leluhur dan kesilamannya.
Tapi, itu semua tinggal
kenangan.Toh sekarang Lebai Amang telah mengakhiri segalanya. Kini ia membijur
dilubang kubur ditemani kegelapan dan amal perbuatan yang dibawanya.
Orang-orang yang ditinggalkannya Cuma bisa berharap, semoga Allah memaafkan
segala kesalahannya. Amiiin
(Wallahu A’lam bi-al-Shawab)