DASBOR"RAHASIA ILLAHI 2"
YANG BARU
BERTOBAT
“
Ganis menerima kabar kalau Ulung mengalami kecelakaan. Motornya dihajar sebuah
mobil cukup keras. Tubuh Ulung terpental dan kepalanya membentur sebuah pick up
sehingga pecah dengan darah dan isi kepala berhamburan “.
Sebut saja namanya
Ulung, satu nama yang selalu menjadi buah bibir masyarakat., satu figur yang
kerap membuat masyarakat merasa terganggu, tetapi selalu mengundang decak kagum
kerabatnya. Ulung lelaki pemberani. Ia seorang berjiwa toleransi tinggi.
Di mata Ganis, itulah julukkannya yang pantas buat Ulung. Sudah belasan
tahun Ganis berkawan dengan Ulung, jadi dia tahu betul watak dan karakter
temannya itu. Di satu sisi Ulung suka bikin resah karena senang kebut-kebutan
dengan motor kesayangannya, tapi disisi lain ia suka bagi-bagi rejeki kepada
teman-temannya.
Baca Juga "Larangan Ilmiah Mencabut Uban"
Baca Juga "Larangan Ilmiah Mencabut Uban"
“Hai teman-teman mari kumpul bersamaku. Kita duduk-duduk di sini Ayo!
Ayo! Ayo!”. Begitu biasanya Ulung mengakrabpi teman-temannya. Mengajak duduk
dan mengobrol diatas balai bambu dipertigaan jalan kampung dengan motornya yang
terparkir tidak jauh dari balai bambu “Nah kamu ! tolong beli rokok, kacang dan
juga minuman”, perintah Ulung pada salah satu temannya yang ikut nimbrung
disitu.
Lelaki yang diperintah Ulung dengan segera mematuhinya “Jangan pake
lama “, begitu pesan Ulung. Memang tak lama kemudian lelaki yang diperintah
Ulung itu membelikan rokok, kacang, dan minuman. Kini minuman memabukkan sudah
ada dihadapan Ulung.
“Ayo ayo, kita minum bareng sampek teller”, ajak Ulung sambil mengambil
botol minuman dan menenggak hingga setengahnya. Teman-teman Ulung melakukan hal
yang sama. Mereka tertawa-tawa sambilmenghisap rokok dan mengunyah kacang.
“Lagi banyak duit kamu Lung”, ucap Ganis sambil menepuk-nepuk bahu
Ulung Ulung memandang Ganis.
“Ini duit hala bukab hasil dari merampok apalagi korupsi ucap Ulung.
Ganis tertawa “emangnya darimana kamu korupsi Lung, Pegawai bukan
pejabat apalagi, ledek Ganis.
Teman-teman yang lain ikut tertawa, Ulung baru ingin menyambut tawa
teman-temannya dengan bantahan, tapi ia urung. Pasalnya tiba-tiba terdengar
suara raungan yang cukup keras dibarengi dengan kelebatan larinya yang cukup
cepat. Ulung terbakar, Brengsek siapa dia ?”.
Baca Juga "Ketika Jenazaj siti Mariam Di Mandikan"
Baca Juga "Ketika Jenazaj siti Mariam Di Mandikan"
Belum lagi teman-teman menjawab, Ulung sudah melompat ke motornya
menhidupkan mesin mengoper gigi dan menarik gas kuat-kuat. Motor Ulungpun
langsung melesat Ganis dan teman-teman lain hanya bisa menggeleng-gelengkan
kepala menyaksiakan kenekatan Ulung temannya itu.
“Kalau pengendara motor barusan itu dapat dikejar Ulung kira-kira apa
yang terjadinya ya..?”, begitu ucap salah seorang teman pada Ganis.
“Pengendara itu akan babak belur jawab teman yang lain.
“Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya”, ucap Ganis. Ia
sesungguhnya tidak suka dengan sikap Ulung yang seperti itu menurut Ganis, rasa
panas Ulung saat melihat orang tersebut ngebut dengan sepeda motornya, kemudian
ulung mengejar dengan sepeda motornya kemudian ulung mengejarnya dengan
kemarahan. Itu adalah suatu bahaya bagi Ulung, dalam keadaan emosi bisa saja
kecelakaan menimpanya. Ah Ganis hal itu tak akan terjadi pada sahabatnya itu.
Sementara Ganis mengkhawatirkan keselamatan sahabatnya, tapi sang
sahabat terus memacu laju kendaraan dengan sangat kencang. Kecepatan melebihi
batas maksimum pun nyaris dilakukan Ulung. Motornya meraung-raung mengejar
motor yang berada didepannya. Kebut-kebutan seketika terjadi, pengemudi
kendaraan yang lain sempat menepi memberi jalan pada Ulung yang terus mengejar.
Baca Juga"Meretas Peradaban Islam di China"
Baca Juga"Meretas Peradaban Islam di China"
Pada menit-menit berikutnya Ulung sudah berhasil melampaui dan menyuruh
pengendara motor yang berhasil disusulnya untuk menepi. Lau motor pun semakin
pelan. Pengendara motor yang barusan mengebut itu menepikan motornya, Ulung
juga melakukan hal yang sama. Ia berjalan mendekat dengan kemarahan. Si pemuda
pengendara motor yang menjadi lawannya segera membuka helm dan…..
“Daniel!”… Ulung berteriak namun bukan teriakan amarah… Ulung berteriak
karena tidak menyangka kalau pengendara motor yang dikejarnya adalah seorang kawan
lama
“Punya motor bagus kamu sekarang heh!..?. ujar Ulung
Lelaki yang dipanggil Daniel tersenyum, “”Milik sepupu yang baru datang
dari kota saya mencobanya saja”, jawab Daniel.
“Bau minuman keras dari mulutmu cukup kuat Lung”, kapan kamu mau
berhenti dengan minuman keras..?.
“Memangnya kamu sudah berhenti..?. balik Ulung bertanya yang ternyata
temanya mempunyai kegemaran yang sama dulunya kemudian Daniel mengangguk.
“Aku nanti sajalah jika saatnya datang pasti aku akan berhenti”, alasan
Ulung
“Saatnya mati”, ledek Daniel.
Ulung tertawa “Semua orang pasti mati”, terserah kamu sajalah Lung,
tetapi akau sarankan cepat-cepat sadar dan berhentilah dari kebiasaan buruk
itu.
“Aku cabut dulu ya nanti sepupuku menunggu karena mau pakek ini motor”.
Setelah Daniel pergi, Ulung kembali Kongkow dengan teman-temannya
dipertigaan jalan kampung. “Habis kamu hajar orang yang ngebut itu Lung..?.
tanya Ganis.
Ulung menggeleng “Ternyata ia Daniel kawan lama. Hebat juga cara dia
bawa motor”, jawab Ulung. Ganis hanya mengangguk-angguk
“Minuman sudah habis, Lung. Kamu lama juga sih ngejarnya”. “Mau beli
lagi ..?. Tawar Ulung Ganis menggeleng.
DIHAJAR
MOBIL
Suatu malam , Ulung nampak gelisah sudah pukul dua dini hari, tapi
matanya tidak bisa dipejamkan untuk istirahat tidur. Padahal Ulung sudah berusaha
untuk melenakan. Pada saat seperti itu, Ulung teringat ucapan Daniel yang
menanyakan kapan dirinya taubat dan juga ucapan mati. Tiba-tiba saja Ulung
sangat ketakutan dan tiba-tiba saja ulung seperti mendapat Hidayah dan
terbersit dalam hatinya mempunyai keinginan kuat ingin sholat. Ah sudah lama
sekali dirinya tidak sholat Apa masih bisa..?.
Ulung bangkit dari tempat tidur dan membuka lemari untuk mencari buku
bimbingan sholat. Tapi sayang buku yang diinginkan tidak ada. Akhirnya Ulung
belajar sholat sebisanya. Ia berusaha mengingat-inga bacaan dalam setiap
gerakkan sholat. Dan Ulung berencana, besok pagi akan kerumah Ganis meminjam
buku tata cara dan bacaan sholat.
Ulung benar-benar menjalankan rencananyameski matanya belum sempat
terpejam semenitpun Ulung dengan motornya pergi kerumah Ganis saat waktu subuh
sudah selesai. Ketika bertemu Ganis, Ganis menertawai Ulung. “Gak salah Lung ..? Kamu mau pinjam buku tata cara dan
bacaan sholat..?.
Ulung mengangguk kemudian menceritakan kegelisahannya malam itu dan
Ganis memahami kegelisahan temannya itu, tapi sayang ia belum mendapatkan buku
yang ia inginkan karena Ganispun juga tidak mempunyai buku yang diinginkan
Ulung.. “Nanti saya pinjamkan kepada teman yang lain “ janji Ganis.
Ulung mengangguk dan pamit pulang dengan membawa kantuk yang mulai
terasa. Dan bagi Ganis itulah kenangan terakhir yang cukup mengagumkan bersama
Ulung, sebab tak berapa lama setelah itu, Ganis menerima kabar kalau Ulung
mengalami kecelakaan. Motornya dihajar sebuah mobil cukup keras , tubuh Ulung
terpental dan kepalanya membentur keras sebuah pick up sehingga pecah dengan
darah dan isi kepala berhamburan. Ulung tewas seketika ditempat kejadian..
TEDUH
DI PEMAKAMAN
Ulung pergi dengan
meninggalkan kenangan yang beragam. Namun kenangan positif begitu membekas di
hati Ganis yang bisa dika teman Akrabnya Ulung.
Pada akhir hidup Ulung
yang tiada siapapun yang mengetahuiya, justru Ulung yang merasa ia harus segera
kembali kepada fitrahnya sebagai seorang hamab, hamba yang mengusung kewajiban
untuk bertaqwa kepada Rab Sang Maha Pencipta. Dan Ulung berkeinginan untuk
kembali belajar sholat di akhir-akhir hidupnya yang tiada diketahuinya itu.
Dan, pada saat-saat
pemakaman jenazah Ulung , bukan hanya Ganis yang merasakan sesuatu yang lain
dari kebiasaan tapi juga orang-orang yang ikut pada pemakaman itu. Seharusnya
hawa siang hari itu terasa sangat panas, tetapi apa yang dirasakan jamaah yang
ingin memakamkan jenazah Ulung sungguh berbeda.
Mereka merasakan
keteduhan di area pemakaman, seolah ganasnya sinar matahari siang itu tertutup
oleh seonggok awan yang seakan-akan ingin menaungi keberangkatan jenazah Ulung.
Siapa yang bisa berpendapat atas kenyataan itu,..?.