Blog Konten Islam: LUBANG KUBUR KEKURANGAN TANAH
Showing posts with label LUBANG KUBUR KEKURANGAN TANAH. Show all posts
Showing posts with label LUBANG KUBUR KEKURANGAN TANAH. Show all posts

Monday 14 May 2018

LUBANG KUBUR KEKURANGAN TANAH

 LUBANG KUBUR KEKURANGAN TANAH


LUBANG KUBUR
KEKURANGAN  TANAH

“ Puluhan karung berisi tanah dari area pembungan sampah terpaksa diambil untuk menimbun kuburan. Tapi, itu ternyata masih saja kurang.“

DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1
DASBOR "RHASIA ILLAHI 2
Empat orang penggali kubur sibuk menutup liang lahat. Didalamnya sudah ada jenazah yang terbaring kaku. Separuh liang lahat sudah berhasil ditutup dengan papan dan tanah. Namun separuh bagian lagi masih kesulitan untuk menutupnya dengan tanah, padahal galian tanah yang semula asalnya dari liang kubur sudah dimasukkan semua.

Anehnya setiap kali tanah ditumpahkan kemudian diinjak dengan kaki oleh para penggali kubur tanah itu ambles kedalam bak ada yang menyedotnya, akhirnya tanah yang seharusnya bisa menutupi liang lahat tersebut tidak bisa menutupinya bahkan malah kekurangan tanah karena ambles ke bawah setiap tanah diurugkan kedalam.

Sekitar 50 cm permukaan liang lahat masih belum tertutupi tanah alias masih melongo karena kekurangan tanah uruk. Beberapa warga yang hadir merasa aneh dan bingung dengan kejadian tersebut. Biasanya sisa galian lebih jika bekas tanah galian kuburan di urugkan kemabali, bahkan masih menyisakan gundukan tanah diatasnya.

Tapi ini justru berbeda lubang kubur justru kekurangan tanah. “Bagaimana ini..? Tanahnya kurang “, teriak penggali kubur kepada yang lain Seorang pria berteriak, “Ambil saja tanah ditempat lain “.
“Tanah yang mana yang harus diambil..?.
“Ambil saja tanah disebelahnya, “ jawabnya, menunjuk ketanah sebelah.
“Tapi disebelah ini ada kuburan juga. Disini padat kuburan “. Area pemakaman memang sudah penuh dengan kuburan. Banyak kuburan yang sudah tak tampak lagi batu nisannya. Bahkan kuburan tua di area itu. Warga mengira tak ada kuburan, padahal banyak.

Karenanya, setelah tahu disekeliling mereka banyak kuburan , mereka tak berani menggali tanah untuk menutup permukaan kuburan tadi. Lalu, salah seorang warga berpendapat, “Ambil saja tanah disebelah kebun itu “, katanya.

Usulan itu sempat disetujui oleh para pentakziah. Namun, salah seorang yang hadir memberi keterangan bahwa tanah disebelah kebun itu milik warga yang sudah tidak tinggal dikampung ini lagi. Keluarganya juga ikut pindah ke kota. Artinya, warga tak bisa minta izin kepada pemiliknya sebelum mengambil tanah untuk keperluan menimbun kuburan.

Salah seorang pemuka agama tak setuju jika mengambil tanah dari tempat yang belum memperoleh izin dari pemiliknya. Sebab itu, bisa memberatkan nasib almarhum di alam barzah. Sebaiknya mencari tanah yang memperoleh kerelaan dari pemiliknya, salah seorang warga kemudian mengizinkan tanahnya diambil untuk menimbun lubang kuburan. Tapi, sayangnya, sebidang tanah miliknya jauh sekali,perlu menggunakan kendaraan untuk mengambilnya.

Belum lagi jalan untuk menuju kesana harus melewati jalan setapak. Di musim hujan seperti ini, karena waktu itu memang musim hujan, jalan menuju kesana sangat becek dan berlumpur.

Perlu diketahui bahwa area pemakaman dikampung ini terletak dibawah kaki bukit yang cukup jauh dari pemukiman warga. Tanah pemakaman tersebut adalah wakaf dari salah seorang warga. Untuk menuju kampung pemukiman perlu satu kilometer jalan kaki. Termasuk tanah yang diusulkan tadi.

Tanah Sampah
Warga dan ahli waris kemudian bermusyawarah sejenak untuk memecahkan masalah ini. Tak berapa lama kemudian akhirnya pengurus RT mengusulkan untuk menggunkan tanah di lokasi pembuangan sampah.

Tanah ini milik warga dan diserahkan pengelolaannya kepada pengurus RT. Saat itu pengurus RT mempersilahkan untuk mengambil tanah dari pembuangan sampah tersebut. Apalagi lokasi tanah pembuangan sampah tempatnya tak jauh dari area pemakaman sekitar 300 m jalan kaki.

Awalnya para ahli waris tak setuju. Mereka sempat menangisi nasib keluarga mereka yang baru meninggal itu. Pasalnya tanah tempat pembuangan sampah itu merupakan hasil pembakaran sampah warga sekampung yang warnanya sudah menghitam.

Kenyataan ini memang harus diterima. Tanah kotor itu harus digunakan untuk menutup jasad kuburan keluarga mereka yang masih kekurangan tanah. Sebab, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun setuju bahwa untuk menutup sebagian lubang kuburan itu dengan tanah bekas pembuangan sampah warga.

Lagi  pula ini juga bertujuan untuk mempercepat proses pemakaman, karena waktu pun mulai merambat sore kala itu. Belum lagi cuaca tampak tidak bersahabat sedikit mendung dan dikhawatirkan akan segera turun hujan.

Beberapa pemuda kemudian diminta bantuan untuk mengambil tanah dari lokasi pembuangan sampah tersebut. Mereka mengangkutnya dengan karung dengan cara dipanggul di bahu. Ada sekitar tujuh pemuda yang mengangkut tanah tersebut.

Satu kali angkut dari ketujuh pemuda itu cukup banyak tanah itu langsung dimasukan ke lubang kubur yang kekurangan tanah tersebut. Namun setelah diinjak-injak, lagi – lagi tanah itu ambalas kebawah bak ditelan bumi. Permukaan yang kurang masih sekitar 50  cm.

Salah satu pengurus RT menyarankan agar tanah yang sudah ditumpahkan kelubang kubur tidak perlu diinjak-injak lagi dengan harapan agar tanah yang diurukkan tadi tidak mables lagi kedalam seperti sebelumnya. Pada hasil pengangkutan kedua kalinya itu tak dilakukan lagi. Mereka langsung menumpahkan tanah keliang lahat.

Kenehan pun lagi-lagi terjadi apa yang diperkirakan orang jika tidak diinjak tidak ambles ke bawah di luar dugaan ternyata tanah itu tetap ambles kebawah. Apa gerangan yang terjadi dibenak pentakziah yang menyaksikan kejanggaln itu.

Pemuka agama dan pengurus RT yang hadir menyarankan lagi untuk yang kesekian kalinya agar semua yang hadir untuk membacakan Surat Al-Ikhlas. Disarankan lagi agar mereka mendoakan jenazah yang ada didalam kubur itu agar dimudahkan dalam proses pemakaman. Lalu, pada pengangkutan tanah uruk yang ketiga kalinya, Tanah hasil pengangkutan dari ketujuh pemuda itu tetap saja belum mencukupi untuk menutup kekurangan liang lahat tersebut.

Para pemuda yang mengangkuti tanah tersebut cukup kelelahan. “Bagaimana ini..?”. Teriak salah satu diantara mereka. Pengurus RT yang keetulan juga pemuka agama, menyarankan kepada para pemuda pengangkut tanah tersebut agar ikhlas mengerjakan pekerjaan tersebut, “Semua yang manggul tanah harap tulus dan ikhas, jangan terpaksa. Kalau tidak berkenan , silahkan tidak usah ikut mengangkut tanah uruk”, serunya memberi pengarahan.

Dari tujuh pemuda yang mengusung tanah tadi, satu orang menyatakan tak mau mengerjakan lagi. Pemuda ini, sebut saja namanya Mohammad Rozak, ia berkata kepada pengurus RT, Saya lelah, saya mau istirahat dan tidak ikut memanggul lagi.

Tanpa pikir panjang pengurus RT mengizinkan Rozak untuk berhenti dan istirahat. Kini pemuda yang mengangkut tanah tinggal 6 pemuda, Rozak keluar dan tak ada lagi pemuda laki-laki yang menggantikannya. Pada saat itu yang hadir di pemakaman rata-rata adalah bapak-bapak dan ibu-ibu.

Pemuda jarang yang mengantarkan. Pekerjaan memanggul tanah memang cukup berat. Keluarnya Rozak dari kelompok pemanggul tanah tak ditanggapi serius oleh pentakziah. Mereka memaklumi dengan apa yang diputuskan Rozak. Badan Rozak memang tak kekar. Ia pemuda yang tergolong berbadan kurus.

Mungkin ini yang menyebabkan Rozak mudah lelah. Ia tak biasa angkut beban berat sebab tenaga yang dipanggul ada 2 karung berisi tanah yang memuat sebagian isi karung yang diletakkan diujung kayu panggul didepan dan belakang. Ujung karung diikat dengan tali agar tak tumpah. Maka wajar saja jika Rozak merasa kelelahan dan akhirnya memtuskan untuk istirahat dan tidak ikut memanggul tanah lagi.

AKHIRNYA TERTUTUP
Enam orang pemuda kemudian berangkat mengambil dan memanggul tanah lagi. Sedikit demi sedikit tanah diarea pembuangan sampah dicangkuli. Setelah itu dimasukkan kedalam karung. Usai itu mereka kembali ke area pemakaman. Para pentakziah perlu menunggu rombongan pengangkut tanah ini sekitar 30 menit, mulai dari pemberangkatan, pencangkulan, hingga kembali lagi ke pemakaman.

Ini sungguh waktu yang tak sebentar. Jadi , kalau ada empat kali pengangkutan, berarti perlu waktu dua jam para pentakziah menunggu pengangkutan tanah uruk tersebut. Setelah rombongan pengangkutan tanah tiba, mereka langsung menimbunkan tanah kedalam liang lahat yang masih kekurangan tanah tersebut.

Sedikit demi sedikit lubang kuburan mulai tertutupi tanah yang berasal dari pembuangan sampah warga desa. Semua tanah yang dibawa dalam karung ditumpahkan sekaligus, permukaan lubang kubur akhirnya tertutup juga oleh tanah tersebut.

Ini artinya pekerjaan menutup tanah kubur telah selesai. Para Pentakziah dari raut wajahnya terlihat gembira. Terutama para ahli waris almarhum dan keluarga almarhum yang telah dimakamkan itu. Isak tangis pun menyelimuti sebagian keluarga almarhum.

Isak tangis keluarga bisa mengandung dua makna. Menangis karena berkabung,dan menangis karena syukur. Syukur bukan karena mereka menikmati kematian keluarga, tapi syukur diungkapkan karena mereka menyaksikan selesainya peristiwa aneh.

Susahnya untuk menimbunkan tanah kelubang kubur merupakan peristiwa aneh yang mereka alami selama pemakaman dikampung tersebut. Tapi akhirnya semua itu akhirnya bisa juga diselesaikan dengan baik. Tentu ini merupakan hal yang patut disyukuri. Sebab Allah swt masih berkenan menolong mereka semua.

Usai tertutup semua permukaan kuburan, salah seorang keluarga dari almarhum menancapkan papan nisan  kebagian kepala kuburan tersebut. Pengurus RT kemudian memimpin do’a, para pentakiah mengamini semua do’a yang dipanjatkannya.

Sakit hati..?
Setelah proses pemakaman selesai dilaksanakan, semua pentakziah kembali kerumah masing-masing. Ada beberapa pentakziah mencermati keanehan yang terjadi dipemakaman tadi.Namun ada juga yang tak menanggapinya secara serius. Orang ini beranggapan boleh jadi keanehan itu terjadi karena tanah untuk menguburkan jenazah memang longsor karena memang sekarang ini lagi musim hujan. Bisa juga karena tanahnya gembos dan mudah amblas ke dalam.

Tapi, bagi yang mencermati, keanehan itu justru diperkuat dengan kejadian Rozak yang mundur dari barisan pengangkut tanah. Sebelumnya tanah selalu kurang terus, tetapi setelah Rozak tak ikut, malah mudah ditimbuni tanah. Mungkinkah ada hubungan tak terpisahkan Antara Rozak dan Wardiman..?.

Keduanya adalah warga dikampung itu. Mereka berdua hanya beda usia saja. Kira-kira beda sekita 30 tahunan. Sulistio, kini usianya sudah setengah abad, mencoba bercerita. Ia adalah teman sekaligus tetangga Rozak. Dulu, kata dia, sekitar 18 tahun silam Rozak pernah menuturkan sesuatu kepada dirinya perihal hubungannya dengan Pak Wardiman.

Rozak mengaku bahwa dirinya pernah sakit hati apa yang pernah dilakukan oleh Pak Wardiman kepadanya sewaktu masih hidup. Sakit hati itu tak jua terobati, hingga akhirnya meninggal dunia. Pak Wardiman tak sempat meminta maaf pada dirinya, Rozak belum juga memaafkannya.

Rozak menuturkan,bahwa sakit hati itu muncul lantaran Pak Wardiman tak mau menolong ketika rumah orang tuanya kebocoran. Saat itu musim hujan, rumah orang tua Rozak kebanjiran, karena genteng bocor , dan tanggul rumah bolong sehingga mengakibatkan air dari jalan masuk kedalam rumahnya hari itu Rozak dan orang tua pasrah.

Setelah hujan reda dan cuaca kembali terang, keluarga Rozak sibuk membenahi genteng bocor rumah orang tua Rozak terbilang jelek dan tua. Tembok rumah pun sudah rapuh, sebagian lapisan semen tembok megelupas. Rozak dan keluarga merasa bingung untuk menambal tanggul rumah yang jebol. Jika tak ditambal rumah bisa roboh. Tapi, keadaan ekonomi keluarga serba kekurangan.

Rozak mengusulkan kepada orang tuanya agar hutang dulu ke toko bangunan untuk mengambil pasir dan semen. Tapi, orang tua Rozak tak setuju, lantaran hutang keluarga sudah terlalu banyak di warung-warung. Mereka tak sanggup lagi menyisakan hutang terlalu banyak. Untuk makan sehari-hari saja mereka kesulita. Apalagi harus membeli semen dan pasir.

Karena tak sanggup beli, Rozak kemudian mencari insiatif. Ia menuju kearah depan rumah Pak Wariman . Disana ada sedikit pasir sisa bangunan yang pernah digunakan oleh Pak Wardiman untuk membangun pagar rumah. Pasir itu berserakkan dijalan, dan tampaknya sudah tidak digunakan lagi. Maka, Rozak pun meminta izin kepada pak Wardiman untuk memanfaatkan sisa pasir itu.

“Rozak masuk kerumah Pak Wardiman. Tapi, disana ia tak menemukan orang yang dituju. Ia hanya bertemu dengan istrinya. “Ada apa mencari Bapak..?”. kata istri Pak Wardima bertanya.

“Begini bu, saya bermaksud meminta sisa pasir yang sudah tak terpakai di jalan itu untuk keperluan menambal pondasi rumah. Karena pondasi rumah saya jebol akibat hujan “. “Ambil saja itu sudah tak terpakai lagi kok , “kata istri Wardiman.

Setelah memperoleh izin Rozak langsung mengambil pasir dengan karung. Ia berhasil membawa pasir untuk satu kali angkut. Namun untuk kedua kalinya, pasir dijalan sudah bercampur dengan tanah selokkan Rozak kaget.

Ternyata,pasir sudah dicampur tanah selokkan oleh Pak Wardiman karena marah dan ia tidak setuju bila Rozak memanfaatkannya .”Enak saja kamu mengambil pasir saya. Kamu kamu kan belum izin ke saya “, kata Pak Wardiman.

“Tapi saya sudah ngomomng ke ibu, dan ibu mengizinkan jawab Rozak.
“Tidak boleh. Kalau kamu mau ambil, ambil saja itu sudah saya campur dengan tanah selokkan “.

“Apakah Bapak masih menggunkan pasir ini..?.
“Mau digunakan atau tidak, itu terserah saya. Itu punya saya kok. Dasar orang miskin. Bisanya Cuma minta  “,katanya dengan nada menghina dan dan sombong.

Rozak akhirnya kembali pulang. Ia tak jadi mengambil pasir itu lagi. Untuk menambal pondasi rumah, ia menggunakan tanah liat dari pinggir kali. Ia menambahkannya dengan batu kali. Hujan datang pondasi itu hancur lagi, dan ini terus terjadi.

Rozak mungkin bisa menerima jika Pak Wardiman tak bersedia memberi pasir padanya. Tapi, ia sakit hati lantaran perkataannya yang menghina dan sombong itu. Sakit itu terpendam terus dalam hati. Bahkan hingga Pak Wardiman meninggal dunia.
Ini bisa kita jadikan I’tibar jangan mudah kita mengubar perkataan apalagi menyakitkan orang lepas dari semua cerita diatas lambat atau cepat pasti suatu saat kita akan mendapat balasan yang setimpal didunia maupun di akhirat. Semoga kita dihindarkan dari sifat dan perilaku seperti cerita diatas, Amiiin.

Wallahu a’lam bis-shawab 
( dikutip dari Majalah Hidayah )   
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 15 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...