Blog Konten Islam: dan Kepentingan Barat
Showing posts with label dan Kepentingan Barat. Show all posts
Showing posts with label dan Kepentingan Barat. Show all posts

Tuesday 10 April 2018

Muslim “Sudan” : Antara Konflik, Gerakan ISLAM, dan Kepentingan Barat

Muslim"Sudan"  antara konflik,Gerakan ISLAM dan Kepentingan Barat



Selain terkenal kaya minyak, “Sudan” terkenal juga sebagai Negara yang kaya konflik, Silih berganti muslim negeri ini menghadapi konflik politik dan sosial.

Konflik, konflik dan konflik. Itulah kata yang kerap menyertai “Sudan” selama ini. KOnflik terjadi berturut-turut sejak kemerdekaan 1956 dari penjajahan Inggris dan awet berlangsung sampai sekarang.

Konflik yang terjadi ada 3 : konflik “Sudan” Selatan, konflik “Sudan” Utara, konflik Front Timur dan konflik Darfur. Sejak masih dijajah Inggris, “Sudan” dipisahkan secara politikmenjadi “Sudan” Selatan yang mayoritas beragamKristen dan animism dan “Sudan” Utara yang mayoritas Muslim.

Inggris melarang penduduk utara pindah keselatan dan sebaliknya. Kebijakan itu diklaim untk mencegah penyebaran malaria. Namun, sejatinya ada misi terselubung dari Inggris mendukung para misionaris guna menyebarkan Kristen di “Sudan” Selatan dan menghalangi penyebaran Islam dan tradisi muslim yang sudah berakar di Utara.

Untuk memuluskan niatnya , Inggris membangun kesadaran identitas penduduk “Sudan” Selatan merekalah penduduk afrika asli yang berbeda dengan utara yang dianggap Arab.


Ini menjadi bibit menjadi bibit konflik di kemudian hari. Tidak hanya itu, Inggris pun membangun pola pemerintahan tradisional dibawah pemimpinan para Syeikh di utara dan pemimpin suku di selatan yang memberikan adil terhadap lemahnya system pemerintahan “Sudan” dikemudian hari.

Setahun menjelanag kemerdekaan, pada tahun 1955 perang sipil mulai terjadi anatara “Sudan” Selatan dan “Sudan” Utara. “Sudan” Selatan yang tentu saja lebih loyal kepada Inggris takut kalau paska kemerdekaan akan didominasi oleh “Sudan” Utara yang dinilai dekat dengan Mesir yang loyal kepada AS.

Kemerdekaan “Sudan” pada 1 Januari 1956 itu akhirnya disertai terjadinya perang sipil pertama ( Civil war 1 ) anatar “Sudan” Selatan dan “Sudan” Utara yang berlangsung 18 tahun dari 1955 – 1972.

Pada tahun 1972 disepakati perjanjian penghentian perang dalam perjanjian Addis Ababa ( Addis Ababa Agreement –AAA ) yang disponsori oleh Dewan Gereja Dunia ( World Council of Churches ).

Konflik Selatan Utara ini berjalan seiring dengan gejolok politik di pemerintahan “Sudan”. Saat “Sudan” merdeka, terjadi perebutan pengaruh antara Inggris dan Amerika yang menggunakan tangan Presiden Mesir waktu itu, Gamal Abdul Nasher.

Meski yang menjadi PM “Sudan” Ismail Azhari yang dekat dengan Nasher dan termasuk loyalis Amerika, namun kekuasaan sebenarnya kekuasaan di “Sudan” masih berada di tangan orang-orang yang loyal kepada Inggris yang membuat ketegangan dan pesetruan terus berlangsung.

Pada tahun 1958, Jendral Ibrahin Abbound melakukan kudeta dan merebut kekuasaan. Dia termasuk yang loyal kepada Amerika namun memperlihatkan perhatian kepada islam dan sering dikatakan proses Arbisasi.

PAda tahun 1969 , kelompok komunis dan sosialis  yang dipimpin kolnel Jafar Muhammad Numairi berhasil meraih kekuasan dan Numairi menjadi presiden. Saat berkuasa Numairi berusaha merubah batas antara “Sudan” Selatan dengan “Sudan” Utara.

Ia juga membatalkan AAA (Addis Ababa Agreement ) dan menampakkan keinginan untuk menerapkan Syariah. Langkah itu kembali memeansakan konflik “Sudan” Selatan dan “Sudan” Utara.

Konflik ini terus berlangsung sampai sekarang sebagai konflik tradisional yang pernah hilang sekalipun pemerintahan “Sudan” berganti.

Krisi lain yang terjadi di “Sudan” adalah di kota Darfur, krisis Darfur ini pada beberapa sisi berbeda dengan konflik selatan utara, karena 100% penuduk Darfur adalah muslim. Krisis Darfur, menurut pengamat, jika ditelisik lebih jauh memiliki 3 faktor penyebab sehingga sampai pada tingkat yang ruwet seperti sekarang.

Ketiga fakto itu adalah adanya konflik lama yang sudah terjadi puluhan tahun di anatara suku-suku yang berkaitan dengan tanah, padang gembalan dan masalah air, adanya marginalisasi Darfur oleh pemerintah pusat di Kharthoum, Ibu kota “Sudan”, dan terjadi kedzaliman dan ketidak adilan, dan terakhir adalah factor dari luar yaitu pertarungan pengaruh AS melawan Eropa ( Perancis, Inggris dan Jerman ).

Konflik Darfur disulut oleh suku Zaghawa yang tak puas dengan pemerintah. Seiring waktu, mereka juga berusaha memasukkan suku-suku lain sebagai sekutu dengan cara menaku-nakuti dan menyerang suku-suku lain dan memaksakan pungutan.

Maka suku-suku lain dihadapkan pada 2 piliha bergabung dengan pemberontak atau membentuk milisi untuk melindungi diri dari serangan. Maka terbentuklah berbagai milisi cepat menjadi kuat karena tersebarnya senjata di Darfur yang dimasukkan dari Negara tetangga.

Maka konflik pun semakin krusial. Ribuan nyawa melayang, ratusan kampung musnah terbakar, ratusan ribu kehilangan tempat tinggal dan terpaksa beralaskan bumi, beratapkan langit dan sebagian dari mereka mengungsi ke Chad.

Bayak pengamat memandang konflik Darfur bermotif ekonomi. AS dan Negara Eropa bersaing merebutkan Darfur yang terbukti memiliki cadangan Uranium yang cukup besar selain minyak yang melimpah. Berbagai cara dan strategi dijalankan AS dan Eropa untuk menguasai Darfur dengan cara menciptakan situasi tidak stabil.

Saat ini peta konflik di Darfur dapat dilihat dari dua sisi : Pemerintah dan Pemberontak. Pemerintah didukung AS sementara pemeberontak didukung Eropa. Semuanya tak lain hanya untuk menguasai sumber-sumber ekonomi Darfur sementara rakyat yang sama-sama muslim harus saling membunuh.

Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi pada konflik front timur , kelompok pemberontak di “Sudan” Timur yang juga disetir AS dan Eropa demi tujuan ekonomi menguasai kekayaan “Sudan”.

Nil Biru  dan Nil Putih
“Sudan” adalah Negara yang terletak di Afrika tengah bagian Timur , yang dalm peta dunia masuk kategori Afrika Utara ( north Africa ) berbatasan dengan banyak Negara, antara lain Mesir, Libya, Eritrea, Ethiopia, Chad, Republik Dekmokratik Congo, Uganda dan Kenya.

Nama lengkap “Sudan” adalah Jamahouriyah es-”Sudan” ad- Democratiya, terbagi dalam 26 Provinsi, dengan ibukotanya Khartoum.Hari kemerdekaan “Sudan” adalah 1 Januari (1956). Luas Wilayah “Sudan” adalah 2,5 juta kilometer persegi. Mata uang “Sudan” adalah ““Sudan”ese Dinar  ( SDD ).

Wilayah “Sudan” Umumnya dataran dan pemandangannya monoton. Pegunungan ada di wilayah darat yaitu Jabal Marra dan diselatan, yaitu gunung Kinyeti Imatong.

Wilayah selatan beriklim tropis sehingga di wilayah selatan ini terdapat  rawa-rawa dan dan sedikit hutan hujan, sedangkan wilayah utara berupa gurun pasir yang kering yaitu gurun Nubia. Di wilayah utara ini sering terjadi badai pasir yang disebut Habub dan kekeringan secara berkala.

Hulu sungai Nil, sungai terpanjang di dunia, ada di “Sudan” yaitu Nil Putih dan Nil Biru. Sungai Nil Putih  ( White Nil ) dan Nil Biru ( Blue Nil ) bertemu dan Kharthoum dan membentuk sungai Nil dan mengalir ke utara selanjutnya melewati Mesir  dan bermuara di laut tengah.

Nil Biru membentang sepanjang 800 km dan bertemu dengan sungai Dinder dan Rahad di daerah antara Sennar dan Kharthoum dan selnjutnya bertemu dengan Nil Putih di Kharthoum.

Saat ini sedang dibangun bendungan Merowe atau Hamdab di daerah Merowe 350 km sebelah utara Kharthoum dijadikan fasilitas PLTA yang merupakan PLTA terbesar di Afrika saat ini.

Ekonomi “Sudan” menurut laporan New York Times termasuk 10 negara I dunia dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada dua tahun terakhir. Minyak bumi saat ini menjadi tulang punggung ekonomi.


Ekspor minyak bumi dimulai pada paruh 1999 dan sejak saat ini baik produksi maupun perannya bagi perekonomian meningkat pesat. Sekitar 15 juta Barel minyak “Sudan” disedot setiap bulan. Sementara data jelas mengenai cadangan minyak “Sudan” tak pernah diketahui.

Selain minyak “Sudan” memiliki cadangan gas, mineral, berharga diantaranya Emas, Perak, Chrome, Asbes, mangan, Gypsum, Mica, Seng, Timbal, Uranium, Tembaga, Marmer, Nikel dan Timah.

Sejak perang sipil II tahun 1972 – 1982 “Sudan” sudah dikuasai oleh militer. Kudeta silih berganti. Jumlah penduduk “Sudan” adalah 38 juta jiwa dimana 70% Nuslim ( Sunni ), Kristen 5% dan Animisme 25%. Bahasa Nasional adalah Arab, disamping bahasa local : Nurbia , Ta Bedawie, serta bahasa Inggris. Etnik terbesar adalah52% asli Afrika dan 39% Arab.

Dalam data populasi muslim dunia “Sudan” berada di peringkat 13 dengan 27 juta penduduk muslim. Kepemimpinan Umar Hasan Ahmad al-Bashir diperoleh setelah melakukan kudeta tak berdarah atas pemerintahan Ja’far Numairi pada Juni 1989.

Merakkan Islam
Kehidupan keras dalam konflik berkepanjangan di “Sudan” ternyata tak membuat perkembangan keilmuan islam di “Sudan” menurun. Dengan mayoritas penduduk muslim dan tradisi yang mengakar , “Sudan” memiliki ulama serta pemikir Islam yang dikenal di dunia luar.

Hasan Turabi barangkali yang terdepan untuk disbut. Tokoh yang satu ini bisa dikatan seorang aktivis dan pemikir gerakkan islam papan atas dikawasan Afrika yang garis perjuangannya bertalian dengan Hasan al-Banna dari Mesir.

Turabi dilahirkan pada tahun 1932 dari keluarga yang mewarisi 400 tahun tradisi keilmuan islam. Beliau mempelajari islam sejak kecil dan menguasai ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya.

Beliau lulus dalam bidang undang-undang di Universitas Kharthoum pada tahun 1955. Pemikiran Turabi dikenal keras yang membuatnya masyur sebagai idiologi dan praktisi gerakkan islam. Ia menulis beberapa buku tentang pemikiran politiknya yang sangat berpengaruh di “Sudan” dan sekitarnya.

Persoalan-persolan penting di sekitar politik dan dakwah, gerakkan dan organisasi islam tarbiyah, dan sebagainya merupakan hal yang menjadi perhatian Turabi yang ia tuangkan dalam berbagai tulisan yang kemudian tersebar dikawasan islam lain du dunia.

Turabi bisa dikatakan salah satu tokoh dibalik penerapan hokum Syariah dalam Negara yang ada di “Sudan” sekarang. Tokoh tenar “Sudan” lain adalah Mahmud Thaha dan muridnya. Abdullah Ahmad Al-Nuaim dua tokoh ini melahirkan konsep tentang dua periode doktrin Islam : Islam Mekkah dan Islam Madinah.

Pesan-pesan Al-Quran di Mekkah banyak menekankan segi universitas islam, isu persamaan, kebebasan dan anti kekerasan. Sementara Islam Madinah melakukan kompromi dengan kehidupan masyarakat setempat sehingga pemahan akan konteks penerpan hokum islam menjadi penting.

Organisasi-organisasi Islam di “Sudan” saat ini  tumbuh cukup subur. Beberapa diantaranya adalah turunan dari ikhwanul Muslimin , yang berkembang di Mesir. Di “Sudan” juga terdapat cabang Hizbut Tahrir yang memperjuangkan Khilafah Islamiyah.

Tak heran jika di “Sudan” isu-isu Islam dunia direspon keras, seperti isu Kartu Nabi di Denmark dan fobia islam. Pada isu Kartun nabi pemerintah “Sudan” adalah salah satu Negara yang melarang semua prodik Denmark masuk ke negeri itu termasuk tak menerima pejabat Denamrk di “Sudan” saat itu sedang hangat.

Pengaruh gerakkan Islam “Sudan” bahkan dirasakan langsung oleh Indonesia yang membuat “Sudan” memiliki hubungan baik dengan Indonesia sampai saat ini. Menurut Mantan wakil DPR RI AM Fatwa, Umat muslim di Indonesia berhutang budi kepada rakyat “Sudan” karena pemikir pembaharu silam dari “Sudan” turut berperan dalam membantu rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya. Pemikiran itu pulalalh yang memberi Inspirasi bagi KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah.

Kemudian ketika Indonesia menyelenggarakan Konfrensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 .”Sudan” yang ketika itu masih tergabung dengan Mesir juga telah mengirimkan wakilnya. Hasilnya, seruan Dasa Sila Bandung mempercepat rakyat “Sudan” untuk mendapatkan kemerdekaan dari inggris dan Mesir pada 1 Januari 1956.

Saat ini tercatat 170 mahasiswa Indonesia menempuh pendidikan S1 dan S2 –nya di Kharthoum sebagian besar dari mereka mendapat beasiswa dari pemerintah “Sudan”. Konflik di “Sudan” saat ini sebanranya bisa menjadi cermin bagi kita. Kekayaan “Sudan” yang diperebutkan Barat dan melahirkan pertikaian mirip dengan kondisi kita jika melihat kondisi Aceh dan Papua kerakusan Barat inilah yang telah merongrong kehidupan tentram di “Sudan”.

Hal ini sudah disadari bergai pihak karena konflik “Sudan” Selatan-”Sudan” Utara, Darfur dan “Sudan” Timur tak lain adalah strategi barat untuk menguasai minyak dan kekayaan “Sudan” yang lain.

Sejatinya “Sudan” tak pernah mengenal pertikaian anatar warga yang berbeda agama , apalagi bertentangan suku seagama yang keras seperti sekarang. Oleh sebab itulah, pertanyaan bagi muslim “Sudan” kiranya sama dengan muslim kita : Apkah kita terus melawan atau menderita dalam cengkraman ?
( berbagai sumber )

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...