Blog Konten Islam: MENYIBAK RAHASIA HAJI MABRUR..?
Showing posts with label MENYIBAK RAHASIA HAJI MABRUR..?. Show all posts
Showing posts with label MENYIBAK RAHASIA HAJI MABRUR..?. Show all posts

Thursday 24 May 2018

MENYIBAK RAHASIA HAJI MABRUR..?

MENYIBAK   RAHASIA HAJI MABRUR..?

DASBOR "EDUCASI ISLAM "


MENYIBAK ;  RAHASIA  HAJI MABRUR

“Haji Mabrur adalah haji yang maqgul, yang diterima ibadahnya oleh Allah. Didalamnya tersimpan sejuta rahasia kesucian hati, keagungan Allah dan rahasia – rahasia yang besar lainnya dari sang Rabb “..


Teidak ada balasan bagi hajimabrur kecuali surga, “Demikian bunyi hadits masyur riwayat Bukhari dan Muslim yang sudah sering berkali-kali kita dengar. Dari sabda Nabi tersebut , banyak yang harus kita tanyakan ; Mengapa haji mabrur langsung jaminannnya surga..? Apa gerangan riteria seseorang disebut haji mabrur sehingga langsung berhak masuk surge..?.

Kata mabrur berasal dari bahasa Arab yang artinya,”Mendapat Kebaikkan”, Akar kata mabrur berasal dari kata barra (birr-un, Al-Birr) yang artinya berbuat baik atau patuh. Dengan demikian haji mabrur berarti haji yang mendapatkan kebaikkan. Dengan kata lain , haji mabrur adalah haji pelakunya menjadi sosok orang yang lebih baik dari sebelum haji.

Dengan demikian, seseorang bisa disebut haji mabrur atau tidak bisa dilihat dari perilaku sosialnya setelah ia melakukan ibadah haji. Mabrur dan tidaknya haji seseorang itu bisa diukur dari amal shaleh sosial yang dilakukannya. Demikian menurut Muhamad Wahyuni Nafis dalam “Haji mabrur , Komitmen, Sosial dan Hak Asasi Manusia “.

Menurut Drs. M. Hamdan Rasyid , MA, secara harfiah haji mabrur berarti haji yang baik atau haji yang diterima oleh Allah swt. Sedangkan menurut syar’I ialah haji yang dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya dengn memperhatikan berbagai syarat , rukun, dajib, serta menghindari hal-hal yang dilarang (muharramat) dengan penuh konsentrasi dan penghayatan semata-mata atas dorongan iman dan mengharap ridha Allah.
Ibnu Kholawaih mengartikan al-Mabrur sebagai al-Maqbul yaituditerima. Sedang Imam al-Nawawi mengartikannya dengan sesuatu yang tidak bercampur dengan dosa.

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa ibadah haji yang dilakukan seseorang baru dapat memeproleh predikat haji mabrur jika dilaksanakan dengan penuh keimanan dan keikhlasan , dengan penghayatan serta memenuhi aspek aqidah , syari’ah dan tasawuf.

Menurut Prof.Drs. Quraish Shihab, haji mabrur ditandai dengan berbekasnya setiap makna setiap amalan yang dilakukan di tanah suci sehingga terwujud dalam sikap dan tinggkah laku sehari-hari seperti menanggalkan segala bentuk kemewahan sekambalinya dari ibadah haji, tidak ada perbedaan status karena semuanya sama dihadapan Allah, tidak angkuh dan sebagainya.

Dalam Shahih Bukhari, Imam Bukhari mengulas persoalan haji mabrur ini alam bab, “Kelebihan Haji Mabrur” Sedangkan Imam Muslim dalam shahih muslim mengulasnya dalam bab “Iman kepada Allah Taala Seutama-utama Amalan”.

Baca juga "Mengajak Si kecil ke Masjid"

Jalan Syariat - Hakekat
Karena demikian istiewa haji mabrur maka jalan meraihnya adalah tidak mudah. Jalan yang mesti ditempuh saat jamaah berkemas dari rumahnya untuk berangkat haji bak dua sisi mata uang yang. Yang satu tak akan berarti tanpa yang lain. Itulah jalan syariat dan hakekat.

Jalan syariat dimulai pada hal yang sangat normative, yakni pengetahuan akan dalil haji. Inilah titik pemahaman awal yang menjadi ikatan erat di hati dan pikiran bahwa ibadah haji ini memang mesti dikerjakan, Surat Al-Hajj ayat 27 menyebut hajiadalah sebuah kewajiban, “Dan berserulah untukmengerjakan haji , niscahya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki , mengendarai unta yang kurus dari segala penjuru yang jauh “.

Bahasa yang lebih lugas bagi kewajiban haji ada pada sebuah hadits riwayat Ahmad Bin Hambal Muslin dan Nasai, dri Abu Hurairah bahwa Rasulullah berkhutbah, “Wahai manusia ! Allah telah menfardhukan haji bagimu, maka laksanakanlah!”.

Ulama’fiqih menetapkan bahwa amalan yang harus dikerjakan seseorang dalam ibadah haji ada sebelas macam, sebagaiman termaktub dalam Kitab Hadits yang enam : Shahih Bukhari , Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Au Daud, Nasai, dan Ibnu Majah.

Pertama : Ihram, yaitu, berniat dengan ibadah haji lafadznya adalah “Saya berniat melaksanakan ibadah haji dan untk itu saya berikhram ikhlas karena Allah swt. Jika ibadah haji dilakukan sealigus dengan Umrah Haji (haji Qiran) maka niatnya adalh “Saya berniat melaksanakan ibadah haji dan umrah dan untuk itu saya berihram dengan ikhlas karena Allah swt.

Kedua : memasuki Kota Mekkah, kemudian memasuki Masjidil Haram untuk melaksanakan Thawaf Qudum (selamat datang) sebanyak tujuh kali, yang dimulai dari hajar Aswad.

Baca Juga "Tragedi Berdarah di Malam Pengantin"

Ketiga : Thawaf yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Selain Thawaf Qudum, ada empat jenis Thawaf lainnya yakni , Ifadah, yang dilaksanakan setelah wukuf di Arafah, Thawaf Wada’ (perpisahan) ketika hendak meninggalkan Kota Mekkah, Thawaf Umrah, yakni Thawaf dengan niat ibadah Umrah, dan terakhir Thawaf sunnah yang dilakukan kapan saja untuk mendekatkan diri kepada Alah swt.

Keempat : Sai, yaitu berjalan dan berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah dengan niat ibadah tujuh kali putaran. Jumhur ulama’ menyebut Sa’i adalah rukun haji yang apabila ditinggalkan akan membatalkan haji orang yang bersangkutan.

Kelima : wukuf, Arafah yaitu berada di Arafah setelah tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijah lalu melaksanakan sholat jamak dzuhur dan asar berjamaah , berdzikir dan berdoa sampai sebelum tebenamnya matahari.

Keenam : Mabit Muzdalifah yakni berdiam di Muzdalifah sekalipub beberapa saat saja.

Ketujuh : Melontar Jumrah Aqabah yakni melontar batu tujuh kali dengan niat ibadah. Menurut madzab Sayfi’I dan Hanbali waktu melontar Jumrah Aqabah ini sejak tengah malam setelah mabit, di Muzdalifah , tetapilebih afdal setelah terbit matahari tanggal 10 dzulhijah.

Kedelapan : Mabit Mina yang menurut ulama’ fiqih ada dua macam, Mabit sebelum awukuf yang disebut hari tarwiyah dan berhubungan dengan melontar Jumrah yakni tanggal 11 dan 12 Dzulhijah.

Kesembilan : Bercukur atau memotong beberapa helai rambut. Bercukur lebih afdhal bagi laki-laki sedangkan bagi perempuan cukup memotong beberapa heai rambut saja.

Kesepuluh : Menyembelih hewan setelah melempar Jumrah Apalagi bagi jamaah haji yang melaksanakan haji Tamatuk dan haji qiran. Apabila tidak mampu maka diganti dengan puasa 10 hari dengan syarat 3 hari dilaksanakan di tanah suci dan sisanya dan sisanya ditempat asal.

Sementara yang kesebelas : Tahallul yaitu menanggalkan ihram karena telah selesai melaksanakan amalan/rukun haji seluruhnya dan sebagainya.

Amalan – amalan pokok haji diatur secara detail dalam ilmu fiqih yang bervariasipenjabarannya pada tiap-tipa madzab, syafi’I , Hanbali, Maliki dan Hanafi.

Diluar itu adap beberapa halyang mesti dicermati dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh :
Pertama : membaca doa-doa sesuai petunjuk Rasulullah saw. Diantara isi doa-doa yang perlu dimohonkan kepada Allah swt adalah ampunan dari segala dosa , kesalahan dan kekhilafan , harapan agar semua amalan ibadah kita diterim-Nya ;keselamatan dan kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat dan sebagainya.

Kedua : Menghindari hal-hal yang diharamkan saat melaksanakan Ihram.
Ketiga : Menghindari hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kemabruran haji , seperti, rafats, mengeuarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh ; fusuq perbuatan dosa yang disebabkan oleh sifat-sofat yang tercela. Seperti takabur, iri hati, nammimah (adu domba) dan sebagainya ;jidal (berbantah-bantahan).

Keempat membayar denda (denda) sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Jika melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam ibadah haji , maka jamaah haji harus membayar dan sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Terakhir, saling mengingatkan dan menolong sesame jemaah haji.

Sebagai rangkaian ibadah yang disyariatkan amalan-amalan diatas tentu saja meniscahyakan kemestiaan muntuk melaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku dengan tepat. Disinilah kemabruran haji dapat disibak kesempurnaan tuntunan ini diteruskan dengan kesempurnaan batin yang merupakan inti dari ibadah haji ini.

Ada suatu kisah cukup masyur yang dapat diambil hikmah tentang hakekat haji sebagai amal batin. Pada suatu masa, seprang tukang sepatu telang bertahun-tahun menabung untuk biaya haji. Ketika uangnya cukup ia memutuskan pergi haji tahun itu. Tapi, saat hendak berangkat, ia berjumpa dengan tetangganya yang sangat butuh pertolongan keuangan. Tukang sepatu itu akhirnya membatalkan berangkat haji dan uang yang telah dikumpulkannya ia serahkan kepada si tetangga. Ketika musim haji berlalu, tersiar kabar bahwa pada musim haji tahun itu tak satupun ada yang hajinya mabrur , kecuali si tukang sepatu.

Dari kisah diatas tampak bahwa haji mabrur tak lain adalah derajat bagi batin seorang hamba. Rangkaian rukun dan wajib haji adalah thariqnya atau jalan menuju kondisi batin itu.

Dalam sebuah hadits Nabi menjelaskan indikasihaji mabrur ; yakni thibul kalam (baik perkataannya) , ith’amu al-tha’am (memberi makan) dan yang terakhir adalah ifsyau al-salam (menyebarkan kedamaian). Jadi, haji mabrur terkait akhlaq budi pekerti yang luhur dan amal shale. Karena menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dalam ajaran islam sama pentingnya menjaga hubungan baik dengan Tuhan. Setiap muslim harus seimbang menjaga keduanya tetap terpelihara.

Al-Quran mengancam kaum muslimin dengan siksa api neraka yang sangat pedih bila hanya menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sedang hubungan baik dengan sesame manusia terlupakan (QS.Al-Maun ; [107] : 4-5).

Nabi bersabda, bahwa diantara cirri-ciri orang yang mendapat “Haji mabrur” adalah ketaatan ibadahnya bertambah , tidak keluar dari mulutnya ungkapan tak baik dan empati sosial pada sesame semakin baik, termasuk dalam hal menyantuni anak yatim dan orang-orang yang tidak mampu. Jika seseorang melaksanakan hal itu , berarti sudah mendapatkan haji mabrur.

Ka’bah merupakan lambang dari wujud dan Keesaan Allah. Berthawaf di sekelilingnya melambangkan aktivitas manusia yang tidak pernah terlepas dari-Nya. Ka’bah bagai matahari yang sebagai pusat tata surya dan dikelilingi oleh planet-planetnya. Pertanyaanya, Apakah setelah berthawaf, segala aktivitas masih terikat oleh daya tarik Tuhan Yang Maha Esa..?. Kalau tidak, maka poros haji anda keluar dari orbitnya. Artinya haji belum mencapai maqam Haji Mabrur.

Karenanya menurut Reza M. Starief serang spiritualis muda muslim , haji mabrur tak lain adalah pencerahan yang sebenar-benarnya yang berlangsung terus seumur hidup dimana hati tersentuh dengan pusat kesucian yakni Allah swt.

“Jika Ramadhan adalah terminal tahunan bagi muslim maka haji adalah terminal seumur hidup “. Ujar Reza. Darisinilah karakter kenaikkan terpatri dan dengan kebaikkan juga akan tersebar

Kita berdoa semoga musim haji mendatang jamaah kita yang memperoleh predikat haji mabrur semakin bertambah karena negeri kita yang masih banyak dirundung nestapa dan dibanjiri pelbagai bentuk kezaliman ini sangat butuh pencerahan, kedamaian dan hembusan sejuk dari petuah-petuah mereka orang-orang pilihan Allah yang menyandang sebagai Haji Mabrur semoga Amiiin.

( Berbagai Sumber)

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 25 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...