Blog Konten Islam: SAAT SAKARATUL MAUT SEPERTI AYAM DISEMBELIH
Showing posts with label SAAT SAKARATUL MAUT SEPERTI AYAM DISEMBELIH. Show all posts
Showing posts with label SAAT SAKARATUL MAUT SEPERTI AYAM DISEMBELIH. Show all posts

Sunday 1 July 2018

SAAT SAKARATUL MAUT SEPERTI AYAM DISEMBELIH

SAAT SAKARATUL MAUT   SEPERTI AYAM DISEMBELIH

DASBOR" RAHASIA ILLAHI 1"


SAAT SAKARATUL MAUT
SEPERTI AYAM DISEMBELIH

“Selama beberapa jam, Mbah Ragil meloncat kesana kemari dengan posisi tubuh tengkurap setengah merangkak, layaknya tingkah seekor ayam yang sedang disembelih“.

Allah mewajibkan manuisa untuk senantiasa berbuat ihsan (berbuat baik) kepada siapa saja termasuk juga berbuat baik kepada binatang, walaupun binatang yang tidak boleh dimakan dagingnya. Dalam salah satu hadits, Rasulullah saw menjelaskan tentang kewajiban manusia berbuat ihsan kepada binatang, yaitu bila menyembelih binatang, sembelilah dengan ara yang baik.Pisaunya yang tajam , jangan dikuliti sebelum benar-benar mati, dan sebagainya.

Karena menyayangi makhluk Allah swt adalah wajib hukumnya, maka menyiksa binatang, memperlakukannya dengan buruk, balasannya adalah azab dari Allah swt. Sebagaimana yang dialami Mbah Ragil, yang mendapat balasan disaat menjemput ajal, disebabkan ketika masih hidup dia kerapmenyiksa ayam.


BAGAI AYAM DISEMBELIH.
Tanda – tanda azab dari Allah swt itu sebenarnya sudah diperlihatkan kurang lebih sebulan sebelum Mbah Ragil jatuh sakit. Tubuh laki-laki tua yang jalannya setengah membungkuk itu bentuknya seperti berubah. Mulutnya bagai menjorok kedalam,membuat hidungnya yang mancung seperti bentuk paruh ayam. Kuku-kuku di kaki dan tangan, demikian juga. Karena kulit dibagian bawah kuku tidak dialiri darah, membuat warnanya pucat, seolah-olah kukunya bertambah panjang menyerupai bentuk kuku seekor ayam.

Namun tanda-tanda tersebut seolah tidak digubris oleh Mbah Ragil. Perubahan bentuk tubuhnya ttidak membuat laki-laki tua itu sadadr akan pekerjaan yang keliru. Dia tetap menjalani hari-hari seperti biasa, merawat ayam-ayam aduan membawanya kearena pertaruhan dan berjudi dengan menaruhi ayam – ayam jago yang diadu.

Ketika jatuh sakit, Mbah Ragil justru lebih memperihatinkan lagi. Kini bukan bentuk tubuhnya lagi yang menyerupai ayam tapi juga perilakunya.

Bila pada umumnya orang sakit itu tidurnya terlentang atau memiringkan badan , mbah Ragil tidak. Dia tidur tengkurap, dengan lutut tertekuk kedalam dan punggung sedikit terangkat, mirip cara tidur ayam.

Baca Juga "Jasad Pelacur Raib Dari Liang Kubur"

“Hari-hari terakhir mendekati datangnya ajal , Mbah Ragil kerap meperdengarkan suara seperti seekor ayam yang sedang kesakitan.Malah pada tengah malam , beliau berkokok beberapa kali, layaknya seekor ayam jago”, cerita Jumiart(54thn) tetangga dekat Mbah Ragil.

Keadaan laki-laki tua itu bertambah memperihatinkan pada saat mengadapi ajal. Selama beberapa jam, Mbah Ragil meloncat kesana-kemari dengan posisi tubuh tengkurap setengah merangkak layakanya tingkah seekor ayam yang sedang disembeih.

“Kalau saja tidak ada anggota keluarga yang berjaga ditepi ranjang tubuh kakek itu pasti sudah terjatuh dilantai”. Cerita Baedowi (27 than) salah satu cucu Mbah Ragil.

Merasa tidak mampu menghadapi jasad Mbah Ragil yang tengah sekarat, dengan menahan rasa malu anggota keluarganya meminta bantuan para tetangga dekat. Tetangga-tetangganya yang datang itu pun segera turun tangan.

Mereka mencoba membaringkan tubuh Mbah Ragil dengan susah payah dan dengan sekuat tenaga. Karena tanpa diduga, tenaga laki-laki tua itu bertambah kuat berkali lipat.Ketika sudah bisa dibaringkan dengan sempurna itupun tubuh Mbah Ragil masih terus berusaha untuk berontak

Beberapa saat kemudian seorang anggota keluarga yang meminta bantuan Kyai. Kyai yang diundang itu mendekati jasad Mbah Ragil. Setelah melihat keadaan laki-laki tua itu sejenak, Kyai tersebut kemudian membaca suray Yasin.

Pada saat itulah keadaan Mbah Ragil mulai tenang. Selesai membaca surat Yasin, Kyai itu meminta air putih didalam gelas, ditiupnya kemudian disapukan pada wajah Mbah Ragil. Tidak lama kemudian Mbah Ragil menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.

Kenapa datangnya kematian pada diri Mbah Ragil begitu menyakitkan..?. Kenapa pula disaat menghadapi ajal bentuk tubuh dan perilakunya jadi berubah hingga menyerupai ayam.

Mungkin, hal tersebut tidak terlepas dari kehidupan yang kelam. Tidak terlepas dari pekerjaan sehari-harinya yang suka mengadu dan menyiksa ayam.

MENJADI DUKUN AYAM.
Nama Mbah Ragil bagi para petaruh ayam aduan didaerah Jember selatan bukanlah nama yang asing. Selain karena orang tua itu kerap hadir diberbagai kalangan (arena adu jago) juga karena ayam-ayam peliharaannya rata-rata ayam yang harganya mencapai jutaan rupiah.

“Ayam-ayam yang berkelas itu sebenarnya bukan milik kakek. Ayam-ayam aduan itu milik orang kaya yang sengaja dititipkan untuk dipelihara oleh kakek. Tentu saja kakek mendapat imbalan memelihara ayam-ayam tersebut”, ujar Baedowi kepada penulis.

“Entah mengapa banyak petaruh yang mempercayakan ayam milik mereka kepada kakek. Mungkin karena kakek telaten dan selalu memperhatikan ayam-ayam piaraannya”, tambah Baedowi.

Bila mbah Ragil dikatakan telaten dan sangat memperhatikan ayam-ayam peliharaan memang tidak salah. Hampir seluruh waktu dihabiskan untuk ayam-aam aduan tersebut. Bahkan boleh dikata dia jauh lebih sayang terhadap ayam-ayam aduannya dibandingkan terhadap cucu-cucunya, atau bahkan dirinya sendiri.

Bagimana tidak, begitu bangun dari tidur, yang diurus lebih dahulu adalah ayam-ayam jagonya. Semua ayam yang ada dimandikan meskipun dia sendiri apalagi mandi cuci muka saja belum. Ayam-ayam tersebut juga diberi makan nasi hangat, meskipun seisi rumahnya belum ada yang sarapan.

“Cara kakek meperlakukan ayam-ayamnya seperti melakukan manusia. Ayam-ayam tersebut juga dilatih olah raga dengan menggerak-gerakkan sekujur tubuhnya, ayam itu juga dipijat dan diberi jamu, entah ramuan apa”, tutur baedowi.

Perlakuan Mbah Ragil yang begitu baik terhadap ayam-ayam jag tersebut tentu saja menginginkan ayam-ayam aduan itu memiliki tubuh yang kuat saat diadu. Tidak heran bila tidak sedang mendatangi arena aduan, Mbah Ragil melatih ayam-ayamnya bertarung. Caranya dengan mengadu ayam-ayam yang dia peihara, atau dengan milik ayam orang lain yang juga bermaksud melatih ayamnya bertarung.

Untuk latih tanding ini waktu bertarungnya tidak lama.Sekedar untuk mengetahui perkembangan gerak bertarung ayam yang diadu. Karena itu hari-hari Mbah Ragil selalu diisi dengan mengadu aya, entah itu mengadu dalam pertarungan resmi yang selalu dihiasi dengan pertaruhan uang, atau sekedar melatih gerak bertarung ayam-ayam peliharaannya.

Kesukaan laki-laki tua itu mengadu ayam dan bertaruh, membuat hasil kerjanya merawat dan memelihara ayam-ayam milik orang-orang kaya seolah tidak ada hasilnya, karena uang jasa yang ia terima habis di arena judi.

“Kalau saja Mbah Ragil hanya berlatih bertarih untuk ayam-ayam aduannya yang dipelihara sendirimungkin ia lebih banyak menang daripada kalah. Sayangnya Mbah Ragil juga kerap bertaruh untuk ayamnya milik orang lain. Jadi tebakkannya sering keliru, dan sudah pasti uang melayang”, cerita Nurhasim (54 thn), salah seorang temab Mbah Ragil ketika masih sering menghadiri arena adu ayam dulu.

Menurut penuturan Nurhasim, ayam-ayam yang dipelihara Mbah Ragil, baikmiliknya senidir maupun orang lain hampir tidak pernah kalah.

Hal itu bukan hanya dikarenakan ketahanan tubuh dan bagusnya cara bertarung tapi terlebih lagi disebabkan karena pengaruh mantera yang ditiupkan dikepala ayam ketika akan diadu. Dengan pengaruh mantera tersebut, konon ayam seolah kehilangan kesadaran dan tidak pernah merasakan sakit.

“Saya tidak pernah sekalipun melihat ayam-ayam Mbah Ragil yang berlari meninggalkan kalangan(arena) disebabkan karena pukulan dari ayam lawan. Kalaupun ada ayam Mbah Ragil yang kalah, kekalahan tersebut disebabkan karena ayamnya mati ditengah kalangan”, tutur Nurhasim, tentang kehebatan mantera yang dimiliki mBah Ragil.

Karena itu dimata teman-teman dekatnya Mbah Ragil dijuluki dukun ayam. Banyak teman-teman memanfaatkan ilmu yang dimiliki mBah Ragil untuk menambah keberanian ayam mereka yang akan diadu. Meskipun tidak semua permintaan temannya Mbah Ragil Kabulkan.

Bila kelebihan Mbah Ragil dalam merawat ayam dan menjadi dukun bagi ayam yang diadu disukai oleh teman-temannya sesame petaruh, bagi keluarganya justru kebalikkannya. Mereka sangat perihatin melihat Mbah Ragil menghabiskan hampir seluruh waktunya hanya untuk ayam.

Mbah Ragil tidak hanya lupa memikirkan diri dan keluarganya, tapi juga pada kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Jangankan untuk mengerjakan sholat Jum’at ke masjid untuk mengikuti perkumpulan pengajian di kampungnya pun tidak pernah. Satu – satunya yang dipikir dan diurus hanya ayam dan ayam!.

Keluarganya sebenarnya malu kepada para tetangga. Tetapi mereka tidak berbuat apa-apa, karena saran dan nasehat mereka yang diberikan tidak pernah digubris oleh Mbah Ragil. Malahan bila diingatkan Mbah Ragil justru berbalik marah.

“Menyabung ayam dan bertaruh seolah sudah mendarah daging pada diri kakek. Untungnya tidaka ada satu anak dan cucunya yang mewarisi perbuatan tercela tersebut. Apalagi setelah melihat kematian kakek yang begitu memperihatinkan. Membuat kami sadar, bahwa segala perbuatan manusia di sunia ii selalu mendapat balasan dari Allah”, kata Baedowi dengan rasa perihatin.

Kini yang dapat dilakukan Baedowi dan keluarganya hanya berdoa untuk arwah almarhum. Mbah Ragil. Semoga dosa-dosanya selama hidup didunia, dosa-dosanya terhadap ayam-ayam jago yang dia adu dan dia siksa, dapat diampuni oleh Allah swt Amiiiin.


 (Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 2 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...