DASBOR" RAHASIA ILLAHI 1"
SEPERTI AYAM DISEMBELIH
“Selama beberapa jam, Mbah Ragil
meloncat kesana kemari dengan posisi tubuh tengkurap setengah merangkak,
layaknya tingkah seekor ayam yang sedang disembelih“.
Allah mewajibkan manuisa untuk
senantiasa berbuat ihsan (berbuat baik) kepada siapa saja termasuk juga berbuat
baik kepada binatang, walaupun binatang yang tidak boleh dimakan dagingnya.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah saw menjelaskan tentang kewajiban manusia
berbuat ihsan kepada binatang, yaitu bila menyembelih binatang, sembelilah
dengan ara yang baik.Pisaunya yang tajam , jangan dikuliti sebelum benar-benar
mati, dan sebagainya.
Karena menyayangi makhluk Allah swt adalah wajib
hukumnya, maka menyiksa binatang, memperlakukannya dengan buruk, balasannya
adalah azab dari Allah swt. Sebagaimana yang dialami Mbah Ragil, yang mendapat
balasan disaat menjemput ajal, disebabkan ketika masih hidup dia kerapmenyiksa
ayam.
BAGAI AYAM DISEMBELIH.
Tanda – tanda azab dari Allah
swt itu sebenarnya sudah diperlihatkan kurang lebih sebulan sebelum Mbah Ragil
jatuh sakit. Tubuh laki-laki tua yang jalannya setengah membungkuk itu
bentuknya seperti berubah. Mulutnya bagai menjorok kedalam,membuat hidungnya
yang mancung seperti bentuk paruh ayam. Kuku-kuku di kaki dan tangan, demikian
juga. Karena kulit dibagian bawah kuku tidak dialiri darah, membuat warnanya
pucat, seolah-olah kukunya bertambah panjang menyerupai bentuk kuku seekor
ayam.
Namun tanda-tanda tersebut
seolah tidak digubris oleh Mbah Ragil. Perubahan bentuk tubuhnya ttidak membuat
laki-laki tua itu sadadr akan pekerjaan yang keliru. Dia tetap menjalani
hari-hari seperti biasa, merawat ayam-ayam aduan membawanya kearena pertaruhan
dan berjudi dengan menaruhi ayam – ayam jago yang diadu.
Ketika jatuh sakit, Mbah
Ragil justru lebih memperihatinkan lagi. Kini bukan bentuk tubuhnya lagi yang
menyerupai ayam tapi juga perilakunya.
Bila pada umumnya orang sakit
itu tidurnya terlentang atau memiringkan badan , mbah Ragil tidak. Dia tidur
tengkurap, dengan lutut tertekuk kedalam dan punggung sedikit terangkat, mirip
cara tidur ayam.
Baca Juga "Jasad Pelacur Raib Dari Liang Kubur"
Baca Juga "Jasad Pelacur Raib Dari Liang Kubur"
“Hari-hari terakhir mendekati
datangnya ajal , Mbah Ragil kerap meperdengarkan suara seperti seekor ayam yang
sedang kesakitan.Malah pada tengah malam , beliau berkokok beberapa kali,
layaknya seekor ayam jago”, cerita Jumiart(54thn) tetangga dekat Mbah Ragil.
Keadaan laki-laki tua itu
bertambah memperihatinkan pada saat mengadapi ajal. Selama beberapa jam, Mbah
Ragil meloncat kesana-kemari dengan posisi tubuh tengkurap setengah merangkak
layakanya tingkah seekor ayam yang sedang disembeih.
“Kalau saja tidak ada anggota
keluarga yang berjaga ditepi ranjang tubuh kakek itu pasti sudah terjatuh
dilantai”. Cerita Baedowi (27 than) salah satu cucu Mbah Ragil.
Merasa tidak mampu menghadapi
jasad Mbah Ragil yang tengah sekarat, dengan menahan rasa malu anggota
keluarganya meminta bantuan para tetangga dekat. Tetangga-tetangganya yang
datang itu pun segera turun tangan.
Mereka mencoba membaringkan
tubuh Mbah Ragil dengan susah payah dan dengan sekuat tenaga. Karena tanpa
diduga, tenaga laki-laki tua itu bertambah kuat berkali lipat.Ketika sudah bisa
dibaringkan dengan sempurna itupun tubuh Mbah Ragil masih terus berusaha untuk
berontak
Beberapa saat kemudian
seorang anggota keluarga yang meminta bantuan Kyai. Kyai yang diundang itu
mendekati jasad Mbah Ragil. Setelah melihat keadaan laki-laki tua itu sejenak,
Kyai tersebut kemudian membaca suray Yasin.
Pada saat itulah keadaan Mbah
Ragil mulai tenang. Selesai membaca surat Yasin, Kyai itu meminta air putih
didalam gelas, ditiupnya kemudian disapukan pada wajah Mbah Ragil. Tidak lama
kemudian Mbah Ragil menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.
Kenapa datangnya kematian
pada diri Mbah Ragil begitu menyakitkan..?. Kenapa pula disaat menghadapi ajal
bentuk tubuh dan perilakunya jadi berubah hingga menyerupai ayam.
Mungkin, hal tersebut tidak
terlepas dari kehidupan yang kelam. Tidak terlepas dari pekerjaan
sehari-harinya yang suka mengadu dan menyiksa ayam.
MENJADI DUKUN AYAM.
Nama Mbah Ragil bagi para petaruh ayam aduan didaerah
Jember selatan bukanlah nama yang asing. Selain karena orang tua itu kerap
hadir diberbagai kalangan (arena adu jago) juga karena ayam-ayam peliharaannya
rata-rata ayam yang harganya mencapai jutaan rupiah.
“Ayam-ayam yang berkelas itu sebenarnya bukan milik
kakek. Ayam-ayam aduan itu milik orang kaya yang sengaja dititipkan untuk
dipelihara oleh kakek. Tentu saja kakek mendapat imbalan memelihara ayam-ayam
tersebut”, ujar Baedowi kepada penulis.
“Entah mengapa banyak petaruh yang mempercayakan ayam
milik mereka kepada kakek. Mungkin karena kakek telaten dan selalu
memperhatikan ayam-ayam piaraannya”, tambah Baedowi.
Bila mbah Ragil dikatakan telaten dan sangat
memperhatikan ayam-ayam peliharaan memang tidak salah. Hampir seluruh waktu
dihabiskan untuk ayam-aam aduan tersebut. Bahkan boleh dikata dia jauh lebih
sayang terhadap ayam-ayam aduannya dibandingkan terhadap cucu-cucunya, atau
bahkan dirinya sendiri.
Bagimana tidak, begitu bangun dari tidur, yang diurus
lebih dahulu adalah ayam-ayam jagonya. Semua ayam yang ada dimandikan meskipun
dia sendiri apalagi mandi cuci muka saja belum. Ayam-ayam tersebut juga diberi
makan nasi hangat, meskipun seisi rumahnya belum ada yang sarapan.
“Cara kakek meperlakukan ayam-ayamnya seperti melakukan
manusia. Ayam-ayam tersebut juga dilatih olah raga dengan menggerak-gerakkan
sekujur tubuhnya, ayam itu juga dipijat dan diberi jamu, entah ramuan apa”,
tutur baedowi.
Perlakuan Mbah Ragil yang begitu baik terhadap ayam-ayam
jag tersebut tentu saja menginginkan ayam-ayam aduan itu memiliki tubuh yang
kuat saat diadu. Tidak heran bila tidak sedang mendatangi arena aduan, Mbah
Ragil melatih ayam-ayamnya bertarung. Caranya dengan mengadu ayam-ayam yang dia
peihara, atau dengan milik ayam orang lain yang juga bermaksud melatih ayamnya
bertarung.
Untuk latih tanding ini waktu bertarungnya tidak
lama.Sekedar untuk mengetahui perkembangan gerak bertarung ayam yang diadu.
Karena itu hari-hari Mbah Ragil selalu diisi dengan mengadu aya, entah itu
mengadu dalam pertarungan resmi yang selalu dihiasi dengan pertaruhan uang,
atau sekedar melatih gerak bertarung ayam-ayam peliharaannya.
Kesukaan laki-laki tua itu mengadu ayam dan bertaruh,
membuat hasil kerjanya merawat dan memelihara ayam-ayam milik orang-orang kaya
seolah tidak ada hasilnya, karena uang jasa yang ia terima habis di arena judi.
“Kalau saja Mbah Ragil hanya berlatih bertarih untuk
ayam-ayam aduannya yang dipelihara sendirimungkin ia lebih banyak menang
daripada kalah. Sayangnya Mbah Ragil juga kerap bertaruh untuk ayamnya milik
orang lain. Jadi tebakkannya sering keliru, dan sudah pasti uang melayang”,
cerita Nurhasim (54 thn), salah seorang temab Mbah Ragil ketika masih sering
menghadiri arena adu ayam dulu.
Menurut penuturan Nurhasim, ayam-ayam yang dipelihara
Mbah Ragil, baikmiliknya senidir maupun orang lain hampir tidak pernah kalah.
Hal itu bukan hanya dikarenakan ketahanan tubuh dan
bagusnya cara bertarung tapi terlebih lagi disebabkan karena pengaruh mantera
yang ditiupkan dikepala ayam ketika akan diadu. Dengan pengaruh mantera
tersebut, konon ayam seolah kehilangan kesadaran dan tidak pernah merasakan
sakit.
“Saya tidak pernah sekalipun melihat ayam-ayam Mbah Ragil
yang berlari meninggalkan kalangan(arena) disebabkan karena pukulan dari ayam
lawan. Kalaupun ada ayam Mbah Ragil yang kalah, kekalahan tersebut disebabkan
karena ayamnya mati ditengah kalangan”, tutur Nurhasim, tentang kehebatan
mantera yang dimiliki mBah Ragil.
Karena itu dimata teman-teman dekatnya Mbah Ragil
dijuluki dukun ayam. Banyak teman-teman memanfaatkan ilmu yang dimiliki mBah
Ragil untuk menambah keberanian ayam mereka yang akan diadu. Meskipun tidak
semua permintaan temannya Mbah Ragil Kabulkan.
Bila kelebihan Mbah Ragil dalam merawat ayam dan menjadi
dukun bagi ayam yang diadu disukai oleh teman-temannya sesame petaruh, bagi
keluarganya justru kebalikkannya. Mereka sangat perihatin melihat Mbah Ragil
menghabiskan hampir seluruh waktunya hanya untuk ayam.
Mbah Ragil tidak hanya lupa memikirkan diri dan
keluarganya, tapi juga pada kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Jangankan
untuk mengerjakan sholat Jum’at ke masjid untuk mengikuti perkumpulan pengajian
di kampungnya pun tidak pernah. Satu – satunya yang dipikir dan diurus hanya
ayam dan ayam!.
Keluarganya sebenarnya malu kepada para tetangga. Tetapi
mereka tidak berbuat apa-apa, karena saran dan nasehat mereka yang diberikan
tidak pernah digubris oleh Mbah Ragil. Malahan bila diingatkan Mbah Ragil justru
berbalik marah.
“Menyabung ayam dan bertaruh seolah sudah mendarah daging
pada diri kakek. Untungnya tidaka ada satu anak dan cucunya yang mewarisi
perbuatan tercela tersebut. Apalagi setelah melihat kematian kakek yang begitu
memperihatinkan. Membuat kami sadar, bahwa segala perbuatan manusia di sunia ii
selalu mendapat balasan dari Allah”, kata Baedowi dengan rasa perihatin.
Kini yang dapat dilakukan Baedowi dan keluarganya hanya
berdoa untuk arwah almarhum. Mbah Ragil. Semoga dosa-dosanya selama hidup
didunia, dosa-dosanya terhadap ayam-ayam jago yang dia adu dan dia siksa, dapat
diampuni oleh Allah swt Amiiiin.
(Wallahu A’lam Bisshawab)