“Semua
jamaah di mushalla sama sekali tak menduga bila kehadiran Guru Badri untuk
berjamaah di tempat itu merupakan sholat jamaah terakhir yang diikutinya.”
Doa qunut yang dibacakan sang
imam belum juga usai. Waktu itu harus sampai pada bacaan “Waqina birahmatika
syaraa ma qadhaita”. Namun tiba-tiba saja Pak Badri yang makmum persis
dibelakang imam oleng. Tubuhnya lemas.
Kedua kaki yang menopang
mendadak serasa tak berdaya. Akhirnya ia tersungkur diatas tempat sujudnya.
“Astagfirullah ..” spontan makmum disampingnya sempat berucap demikian melihat
Pak Badri tak mampu menyelesaikan rakaatnya. Relfek satu dua orang makmum
membatalkan sholatnya.
Baca Juga"Mantan Pegawai Bank Jadi Pemulung"
Baca Juga"Mantan Pegawai Bank Jadi Pemulung"
Sebagian yang lain menyelesaikan
rakaat terakhirnya yang tinggal satu rekaat. Kedua makmum tadi mencoba menolong
Pak Badri yang tertelengkup di tempat sujudnya. Sementara sang imam dan jamaah
lainnya, menlanjutkan jamaah hingga usai.
Barulah usai sang imam salam
, jamaah ramai-ramai mendekati Pak Badri. Mereka mengerubungi. Terus terang ,
mereka kaget melihat kejadian tersebut. Tubuh Pak Badri yang ambruk itu
kemudian ditelentangkan.
Jamaah yang lain memberi ruang agar ada suplai oksigen yang cukup. Mereka berharap , Pak Badri segera
sadar dari ketidak sadarannya.
“Pak….Pak..Guru…1” kata Pak
Ali (50 tahun) coba membangunkan.
Lelaki yang berusia 60
tahunan itu digoyang-goyangkan badannya. Berulang kali jamaah yang ada disitu
berupaya membangunkan Pak Badri yang juga seorang guru madrasah di kampungnya.
Tetapi sayangnya tak ada reaksi.
Lelaki yang tak pernah absen
jamaah sholat fardhu tersebut bungkam seribu bahasa. “Bagaimana Pak..?. tanya
Lek Domo. “Entahlah” sepertinya aneh ,” sahut Pak Ali
“Aneh Kenapa Pak..?.
Mudah-mudahan tidak apa-apa
“ hanya pingsan saja karena kecapekkan”. Tambah Pak Ali menenagnkan.
Mukamereka penuh
kekhawatiran. Itu tak bisa diingkari . Sebab, Pak Badri tak jua sadar. Dalam
hati mereka bertanya, ada apa dengan Pak badri..?. Adakah penyakit yang diderita
Pak Badri..?. sehingga begitu mendadak terjatuh dan tak sadarkan diri .
Kembali Ke Dasbor>>>"Rahasia ILLAHI 2"
Kembali Ke Dasbor>>>"Rahasia ILLAHI 2"
Tubuh Pak Badri dibaringkan
dilantaiMushalla. Pakaiannya dilonggarkan agar aliran darah lancar, tak
terganggu.Setelah itu denyut nadi diperiksa beberapa saat begitu pula detak jantungnya.
“Bagaimana Pak..?.
“Panggil Dokter saja..!”
Melesatlah seorang jamaah
meninggalkan mushalla.Dengan terburu-buru mencari dokter terdekat. Tak beberpa
lama kemudian, yang ditunggu sudah tiba. Langsung sang dokter memeriksa tubuh
Pak Badri. Masih ada reaksi sama sekali.
Dokterpun tak mampu berbuat
banyak. Dirabanya kaki dan tangan Pak Badri yang mulai terasa dingin dan
membiru. Dia pun member isyarat bahwa Pak badri sudah meninggal dunia. Dokter
menduga bahwa kematian mendadak yang dialami oleh Pak Guru ini disebabkan oleh
serangan jantung. Mungkin, selama ini,gejalanya tidak dirasakan oleh lelaki
itu, tetapi melihat tanda-tanda diduga karena gangguan jantung.
Yakni tekanan darah mendadak
turun yang mengakibatkan berkurangnya pasokan darah ke otak. Hal inilah yang
menyebabkan otak kekurangan oksigen.Menurut medis, penurunan aliran darah ini
biasanya akanlangsung diseimbangkan oleh tubuh secara otomatis. Tetapi karena
proses penyesuaian tidak berjalan normal, maka berpotensi jatuh kemudian tak
sadarkan diri.
Dan apabila tak segera
diberi pertolongan orang bisa meninggal dunia. “Inaa lillahi wa inna ilaihi ra
jiun “. Spontan kalimat istirja’ meluncur dari mulut jamaah. Meski akhirnya
menggotng jenazah bersama-sama kerumahnya.
Rumah Pak Badri tidak jauh
dari mushalla, hanya sekitar 100 m. Biasanya ia memang sholat berjamaah di
mushalla itu dengan jalan kaki. Matahari belum menampakkan sinarnya pagi itu.
Udara bertiup sepoi-sepoi sehingga membuat suasana masih sejuk di kampung,
sembribit kata orang jawa.
Para jamaah shaolat subuh
beramai-rami mengantarkan jasad Pak badri kerumahnya termasuk Pak Dokter yang
memeriksa tadi. Sesampai di rumah, sang istri dan anak-anaknya kontan terkejut.
“Ada apa dengan bapak..?”
tanya istri Pak Badri. Perempuan beranak tiga dari perkawinannya dengan Pak
Guru ini tak kuasa menahan linangan air mata.
“Tadi bapak sholat jamaah di
mushalla , tetapi saat baca qunut , bapak tiba-tiba tersungkur. Seketika itu
juga ia tak sadar”
“Terus, bagaimana kondisinya
sekarang..?. bibirnya bergetar.
“Ibu yang sabar ya. Ibu
harus tabah, demikian juga anak-anak. Bapak sudah tiada , Bu doakan saja semoga
ia mendapatkan temat terbaik disisi Allah “. Jawab dokter.
Kalimat istirja’ dari mulut
perempuan itu langsung terlontar. Lelehan air matanya makin deras. Membasahi
kedua pipinya. Sungguh tak dinyana sama sekali. Lantaran suaminya tak pernah
mengeluh apa-apa sebelumnya. Begitupun saat berangkat ke mushalla sbuh itu.
Biasa-biasa saja, sebagai istri ia tak menangkap sesuatu yang aneh dari
suaminy. Semua berjalan normal seperti sebelumnya.
Maka dari itu, ia kaget
bukan kepalang suaminya pulang dari mushalla sudah dogotong ramai-ramaioleh
jamaah. Dan ternyat sudah dipanggil oleh Allah swt. Masih dibulan Ramadhan 5
tahun silam, saat menunaikan sholat subuh berjamaah.
Kematiannya menjadi
perbincangan orang-orang kampung. Pebincangan soal kematian bertepatan saat
sholat berjamaah dan masih berada di bulan Ramadhan. Terlepas dari penyakit
mungkin yang mendera tubuh Pak Guru, tetapi orang-orang percaya, dimudahkannya
ia meninggal apalagi saat sholat berjamaah, sunnguh kematian yang dianggap
suci.
Kematian yang meninggalkan
jejak lampah yang baik, yang khusnul khatimah. Makanya, tidak sedikit yang iri,
berharap suatu saat maut menjemput , mereka juga meninggal dalam keadaan yang
baik.
Keseharian Pak
Guru
Tetangga-tetangga dan jamah
sekitar sudah tahu persis siapa Pak badri dan aktivitas hariannya. Lelaki
tersebut dikenal sangat santun dan sederhana hidupnya, tetapi termasuk lelaki
yang taat dan sholeh.
Dalam kamus hidupnya,
takmengenal kata neko-neko. Hidupnya lurus-lurus saja. Bermasyarakat dengan
baik tak mau menyakiti sesame.Sehari-hari, ia mengajar di sebuah madrasah kecil
di kampungnya.
Dengan baju koko dan peci
hitam dikepalanya, menjalani rutinitas ngajar. Siang berangkat sore pulang.
Materi yang diajarkan olehnya adalah akidah akhlaq dan fiqih.
Sedang kalau pagi hari
hingga Dzuhur, waktunya ia gunakan mengurus sawahnya. Dari bercocok tanam
inilah yang ia jadikan sebagai mata pencahariannya. Adapaun mengajar di
Madrasah , ia niatkan Lillahi ta’ala, berharap ridha Allah swt semata.
Kalaupun ada honor yang
diberikan oleh pihak madrasah , ia terima saja , tanpa mengeluh sama sekali. Sebab
di madrasah sudah dianggap sebagai pengabdian dan pengamalan ilmunya agar
bermanfaat banyak orang.
Malamnya, usai berjamaah
sholat Magrib di mushalla, ia tidak langsung pulang ke rumah kecuali setelah
jamaah Isya’ usai. Nah , di sela-selaantara Magrib dan Isya’ guru satu ini
menyimak bacaan anak-anak yang mengaji Juz’Ama. Ia telateni betul setiap malam
dan hanya libur pada jum’at malam saja.
Prinsip hidupnya adalah
memberikan manfaat bagi banyak orang. Di dalam hatinya juga tertanam sebuah
pepatah yang sangat berharga bahwa ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yan
tidak berbuah.
Atas dasar inilah, sedikit
ilmu yang pernah ditimbanya di madrasah, di tempat ngaji bersama Kyai , juga
yang ia pelajari dari kitab-kitab suatu mondok dipesantren , ia praktikkan.
Coba ia tularkan kepada nak-anak didiknya.
Pak Badri menjalani semua
itu penuh bahagia. Tiada beban. Yang terpenting buatnya, senantiasa bersyukur
atas karunianya yang telah diberikan kepada Allah swt. Itulah baginya yang
dianggap kunci kebahagiaan; lahir maupun batin.
Bukan kekayaan atau
fasilitas yang super lengkapjaminannya. Karena Pak Guru juga melihat fakta ,
banyak orang yang bergelimang harta , tetapi toh tidak bahagia hidupnya. Tidak
sedikit yang stress , depresi, dan putus asa.
Tidak itu saja, banyak harta
juga membuat orang kadang hilang sifat welas asih terhadap sesama, berganti
dengan sikapangkuh, congkak dan sombong.
Meskipun harus diakui,
banyak juga orang kaya baik hati, dermawan dan peduli sesame. Sebaiknya mereka
yang miskin harta , tidak sedikit yang lebih enjoy menjalani hidupnya.
Dengan rumah sederhana , namun
membawa ketenangan jiwa. Itulah alasan Pak Guru senantiasa memelihara rasa
syukur , agar ia dijauhkan dari sifat-sifat yang buruk.
Sehingga, orang kampung di
tempatnya menaruh hormat padany. Dihormati karena kesederhanaannya, ilmunya ,
serta budi baiknya. Wajarlah apabila Masyarakat berbondong-bondong takziyah
kerumahnya ketika dikabarkan ia sudah meninggal.
“Kita kehilangan seorang
guru sederhana yang sedemikian ikhlas mengabdikan dirinya untuk kepentingan
umat, “Ucap Pak Ali”
Pentingnya Ilmu dan Amal
Kisah sederhana dari seorang
guru yang sederhana. Tetapi nilai-nilai positifnya sungguh luar biasa. Ada tiga
hal penting yang bisa kita ambil hikmahnya.
Pertama : Apa
yang kita lakukan seharusnya diniatkan untuk mengharap ridha Allah swt. Apapun
jenispekerjaannya. Guru Badri memberikan contoh. Motivasinya hanyalah untukitu
semata, mendapatkan ridha agar hidupnya penuh dengan limpahan berkah.
Sebab Guru Badri yakin akan
janji Allah swt ..,”Dan orang-orang yang berjihad / bersungguh-sungguh untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami (QS. Al-Ankabut: 69).
Kedua :
Mengamalkan ilmu jauh lebih berharga , nilainya tak bisa disandingkan dengan
materi. Mengamalkan ilmu yang sedikit itu lebih baik ketimbang berilmu banyak
tetapi hanya digunakan sebagai ujaran belaka yang sewaktu-waktu malah menjadi
boomerang sendiri, “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan..?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS.As-Shaff :2-3)
Oleh karena itu, ilmu mesti
disertai dengan amal. Kita mencari ilmu agar kitadapat mengamalkannya, bukan
hanya sekedar “mengoleksi” ilmu saja. Namun ilmu harus bercermin dalam amalan ,
abik amalan hati , lisan, maupun perbuatan. Apabila merujuk pada pepatah Arab ,
maka , ilmu itu seperti pohon , sedang amal adalah buahnya.
Ketiga :
Memberikan manfaat. Kita hidup di dunia ini tidak sendirian , tetapi bersama
banyak orang dengan segala ragam perbedaan. Tetapi apabila kita bisa membaur
diri dengan masyarakat lalu bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya, itulah
makna hidup didunia.
Sekecil apapun pengetahuan
kita , apabila dalam praktiknya memberikan manfaat bagi banyak orang itu
sangatlah baik. Kata Rasulullah saw, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah
yang paling banyak member manfaat bagi orang lain “. (HR. Bukhari-Muslin)
Wallahu ‘alam Bhisawab
( Dikutip dari Majalah Hidayah)