Perjalanan
Ruhani
AL -
GHAZALI
YANG MENGINSPIRASI
Al – Ghazali lahir dari sebuah keluarga yang
sederhana.Tapi, hal itu tidak menghalangi tokoh besar yang lahir di Negara Thus
(sebuah daerah yang berbatasan dengan Mashad )- ini untuk menutut ilmu. Saat usia
remaja, Al-Ghazali sempat pergi ke kota Naishabur dan Gurgan untuk belajar. Di
kota itu, Ghazali berguru kepada beberapa Ulama’.
ari setiap pelajaran yang disampaikan oleh sang guru Al-Ghazali selalu mencatat ilmu
pengetahuan tersebut dalamlembaran-lembaran kertas. Akhirnya setelah belajar
bertahun-tahun, Al-Ghazali pun ingin
pulang ke kampung halamannya. Ghazali ikut kafillah yang kebetulan hendak
pulang ketempat kelahiran Al-Ghazali
– Thus. Tapi, ditengah perjalanan Kafilah itu dihentikan oleh sekawanan
perampok. Gerombolan perampok itu kemudian merampas semua barang yang dibawah
kafilah tersebut.
Saat perampok itu hendak merampas barang-barang Al-Ghazali dengan sedih remaja yang beranjak dewasa tersebut
memohon, “ Kalian boleh membawa barang yang aku
bawa, tetapi aku mohon jangan kau ambil semua barang yang aku bawa, aku mohon
jangan kau ambilbarang berharga yang satu ini ”.
Ucapan Al-Ghazali itu
memunculkan kecurigaan di benak gerombolan prampok. Dalam hati, mereka berpikir
bahwa barangingin diselamatkan oleh Al-Ghazali
itu pastilah barang yang sangat berharga.
Tak pelak lagi, jika sekawanan perampok itu langsung merebut paksa
barang Al-Ghazali tersebut. Sayang,
perampok itu tak menemukan barang berharga apapun kecuali catatan-catatn lusuh.
Sekawanan perampok itu kesal dan marah, tetapi Al-Ghazali tetap memohon. “ Itu barang miliku, itu hasil belajarku
selama bertahun-tahun jika kalian merampas dari tanganku, maka usahaku menuntut
ilmu selama bertahun-tahun akan sia-sia.
Perampok itu tertawa, dan meledek, “ Hanya dalam lembaran-lembaran inikah
ilmumu..?. “ Ya jawab Al-Ghazali” .
“ Wahai anak muda, ilmu yang disimpan di lembaran-lembaran kertas dan dapat
dicuri itu bukanlah ilmu. Saat seperti ini kamu sebaiknya kamu memikirkan nasib
dan nyawamu…!”
Sekawanan perampok itu kemudian membakar catatan-catatan Al-Ghazali. Saat itu Al-Ghazali benar-benar di timpa
sedih.Tetapi, ucapan perampok itu membuat Al-Ghazali
sadar bahwa ilmu itu ada didada, tidak ada didalam catatan.
Sejak itu Al-Ghazali mulai
menghafal ilmu yang dipelajari. Dan kelak dikemudian hari remaja yang pernah
dirampok itupun jadi ulama’ besar dalam sejarah islam.Bahkan ia dikenal dengan
sebutan Hujjatul Islam.
Saat ini, Al-Ghazali sudah
dikenal sebagai seorang tokoh berilmu dan mulai menulis buku, bahkan ia sudah
menjadi seorang imam masjid. Tapi suatu hari, tatkala menjadi imam sholat dia
tak menemukan Ahmad.
Adiknya yang menjadi makmum shaf sholat
yang dipimpin Al-Ghazali
diliputi kegelisahan. Akhirnya ia menyampaikan hal itu kepada sang ibu, dan
meminta sang ibu untuk menasehati adiknya.
“ Ibu tolong bei pegertian kepada saudaraku Ahmad untuk ikut sholat
bersamaku agar orang-orang tak menuduhku sedang memiliki hubungan tidak baik
dengannya.
Sang ibu menyampaikan pesan Al-Ghazali
kepada kepada Ahmad sang Adik Al-Ghazali
dan Ahmadpun mematuhi perintah sang ibu. Ikut sholatbermakmu kepada Al-Ghazali. Tapi saat mengikuti sholat
bersama Al-Ghazali, bahkan saat
sholat belum selesai, Ahmad memisahkan diri.
Tidak lagi menjadi makmum Ahmad kemudian sholat sendirian. Usai sholat Al-Ghazali tahu hal itu danlangsung
bertanya kepada Ahmad. “ Wahai adikku, kenapa ditengah-tengah sholat engkau
tiba-tiba memisahkan diri..?”.
“ Aku memisahkan diri dari sholat karena aku melihat perutmu berlumuran
darah “. Jawaban itu membuat Al-Ghazali
terperanjat. Tak pernah terbayangkan jika sang adik dapat menembus batas dan
bahkan bisa melihat apa yang dipikirkan oleh Al-Ghazali.
Tapi akhirnya Al-Ghazali
mengakui bahwa saat sholat itu dia memang dalam proses menulis buku dan
memikirkan soal fiqih yang berhubungan dengan darah wanita yang lagi
berhalangan ( haid).
Tapi,diluar itu, Al-Ghazali
diluputi rasa penasaran. Dia kemudian bertanya kepada sang Adik. “
Kalau boleh tahu darimanakah kamu belajar ilmu pengetahuan seperti itu…? “.
Sang adik lantas belajar jujur “ Aku belajar ilmu tersebut kepada Syekh
Al-Utaqy Al-Khurazy “. Allah memberikan ilmu kepada siapa saja yang
dikehendakai termasuk kepada Syekh Al-Utaqy Al-Khurazy. Tanpa
diduga oelah banyak orang Syekh Al-Utaqy Al-Khurazy itu adalah
seorang tukan jahit sandal bekas ( tukan sol sepatu ). Tetapi demi sebuah ilmu Al-Ghazali tak segan untuk berguru.
Akhirnya Al-Ghazali mendatangi
Syekh
Al-Utaqy Al-Khurazy dan menutarakan niatnya untuk berguru. Tetapi sang
syekh itu sempat berkata “ Mungkin engkau tak akan kuat mengikuti apa yang aku
perintahkan “.
Tetapi Al-Ghazali niatnya
sudah bulat “ Insya Allah saya kuat “.Syekh Al-Utaqy Al-Khurazy
memerintahkan Al-Ghazali untuk
membersihkan lantai. Selanjutnya Al-Ghazali
mengikuti perintah tersebut dan hendak mengambil sapu.Tetapi syekh itu berkata
“ sapulah lantai itu dengan tanganmu “.
Al-Ghazali melakukan perintah sang guru , dan menyapu
lantai dengan tangannya. Saat Al-Ghazali melihat banyak kotoran, ia
sempat hendak menghindar. Tapi sang guru kembali memerintah “ Bersihkan pula
kotoran itu dengan tanganmu “.
Al-Ghazali ingin menyingsingkan lengan bajudan
pakaiannya, lagi-lagi sang guru menimpali, “ Bersihkan kotoran itu dengan
pakaian seperti itu “. Al-Ghazali
selalu menuruti perintah sang guru dengan penuh khidmat dan tawadu’, tapi saat
hendak melaksanakan perintah sang guru , rupanya Al-Ghazali justru dicegah. Selanjutnya Syekh Al-Utaqy Al-Khurazy
kemudian memerintahkan Al-Ghazali
pulang.
Al-Ghazali pulang kerumahnya, tapi setelah sampai di
rumah , justru Al-Ghaszali seperti merasakan telah mendapat ilmu pengetahuan
yang luar biasa. Allah telah memberika ilmu Kasyaf kepada Al-Ghazali yang diperoleh lewat tasawuf.
Seiring dengan perjalanan waktu, Al-Ghazali
yang memiliki nama lengkap “ Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali ath-Thusi asy –Syafi’I “
telah dikenal luas sebagai salah satu ulama’ besar.
Dia tidak hanya dikenal sebagai ahli fiqih tapi juga bidang ilmu lain
seperti filsafat, tasawuf, kalam dan ilmu yang lain. Dia sudah menulis banyak
buku, salah satu buku menumental Al-Ghazali
adalah “ Ihya Ulumuddin “.
Suatu hari saat Al-Ghazali
sedang menulis buku dengan menggunakan sebuah pena yang dicelubkan kedalam
tinta , tiba-tiba seekor lalat hinggap ditempat tinta Imam Al-Ghazali yang sedang digunkan menulis tersebut.
Lalat itu kelihatan sedang kehausan. Tidak salah, jika binatang itu
meminum tinta bahkan seperti minum dengan rakus. Al-Ghazali melihat lalat itu dengan rasa penuh belas kasihan.
Akhirnya Al-Ghazali tak mengusir
lalat itu, melainkan membiarkan minum tinta tersebut hingga puas.
Sebab dalam benak Al-Ghazali,
lalat itu juga merupakan makhluk Allah yang harus diberi rasa aman dan belas
kasihan. Kejadian itu sudah lama berlangsung dan Al-Ghazali bermimpi, dan dalam mimpi itu sang sahabat bertanya
kepada Al-Ghazali “ Apa
yang telah diperbuat Allah kepadamu..? “
“Allah menempatkanku ditempat yang paling baik”, jawab Al-Ghazali “ Apa yangmembuat Allah
menyebabkan menempatkanmu ditempat yang paling baik..? “
Apakah itu karena kealimanmu dan kitab-kitab yang telah engkau tulis
?”. “ Tidak, Allah Allah memberiku tempat yang terbaik saat aku menulis sempat
memberikan kesempatan seekor lalat untuk meminum tintaku karena kehausan. Aku
lakukan itu karena aku sayang kepada makhluk Allah.
(dikutip dari Majalah Hidayah )
No comments:
Post a Comment