Blog Konten Islam: 7 AKTIVITAS IMAM SYAFI'I SAAT REMAJA

Monday 16 April 2018

7 AKTIVITAS IMAM SYAFI'I SAAT REMAJA

7 AKTIVITAS  IMAM SYAFI’I SAAT REMAJA

7 AKTIVITAS


IMAM  SYAFI’I
SAAT  REMAJA

Imam Syafi’i yang dilahirkan di Paletina tahun 150 H adalah seorang imam yang agung pendiri mazhab Syafi’i, mazhab fiqih yang paling banyak dianut di Indonesia. Untuk mencapai kedudukannya yang luar biasa itu , beliau menghabiskan waktu kecil , remaja dan mudanya dengan banyak membaca Al-Quran menghafalnya menuntut ilmu dan belajar berbagai keterampilan.

Untuk lebih jelasnya ini gambaran Imam Syafi’i yang agung saat masih kecil dan remaja :
1.  Masa Kecil yang penuh kemiskinan.
Sejak kecil Imam Syafi’i hidup dalam kemiskinan. Kedua orang tuanya adalah pendatang ditanah Palestina , karena hampir seluruh keluarga besarnya tinggal I Mekkah.

Sedihnya pada saat Syafi’i berumur 1 tahun ayahnya meninggal. Jadi Syafi’i kecil hidup yatim hanya bersama ibunya dalam kemiskinan. Walaupun miskin, ibu Syafi’i tidak pernah menyuruh anaknya untuk pergi ke pasar berjualan seperti anak miskin lainnya.

Ibu yang luar biasa ini justru menyuruh Syafi’i kecil untuk belajar, belajar dab belajar.

2.  Anak yang Matang & Cerdas
Akhirnya Syafi’i kecil dibawa ibunya ke Mekkah untuk belajar Al-Quran an menulis layaknya anak-anak saat mulai belajar ( sekaligus berkumpul dengan keluarga besarnya ). Karena prihatin, ketika anak lain sudah punya alat tulis , Syafi’i kecil tidak punya apa-apa.

Setiap perjalanan menuju Masjidil Haramuntuk belajar, dipungutlah tulang-tulang berserakkan untuk dijadikan alat tulis. Namun , karena Syafi’i memang anak yang cerdas setiap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya dengan mudah dihafalkannya diluar kepala.
Baca juga>>>" Perjalanai Ruhani Al-Ghazali yang Meninspirasi "

Suatu hari guru Syafi’i terlambat datang, ke majelisnya dengan nekad Syafi’i berdiri menggantikan gurunya mengajar anak-anak yang lain. Sejak itu sang guru tahu bahwa Syafi’i bukan anak biasa.

Ia pun mulai memperhatikan Syafi’i dan memutuskan untuk membebaskan dari biaya pendidikan asalkan Syafi’i mau mengajarkan anak-anak jika ia terlamabat atau berhalangan hadir.

“ Saat membaca buku , aku mendengar guruku tengah mengajari seorang anak tentang ayat-ayat Al-Quran. Aku pun mulai menghafalnya. Ketika guru selesai mendiktekan semua ayat untuk urid-muridnya, biasanya aku udah menghafalnya terlebih dahulu ”.

Atas kecerdasannya itu, Syafi’i kecilpun dibebaskan dari biaya pendidikan.  “ Tak layak aku memungut bayaran darimu sepeserpun darimu “ ujar gurunya saat itu.

Hal it uterus berlangsung saat Syafi’i menghafal seluruh Al-Quran , padahal ketika itu ia baru menginjak usia tujuh tahun.

3.  Masa Remaja Tanpa Gejolak Pubertas
Setelah rampung menghafal Al-Quran , Syafi’i mulai tertarik menghafal Hadits. Antusiasnya terhadap hadits sangat tinggi. Saking banyaknya ia mendengarkan para Muhaddits menyampaikan hadits, dengan hanya mendengar. Kadang ia menuliskannya diatas tembikar atau kulit.

Ia biasa pergi ke perpustakaan tempat catatan-catatan dan manuskrip-manuskrip disimpan. Disana ia meminta beberapa lembar manuskrip dan menulis catatan di bagian yang belum ada catatannya.

Pada fase ini (10 tahun ) ia berhasil menghafal Al – Muwaththa’ karya Imam Malik, bahkan ia sebelum bertemu dengan Imam Malik. Karena kesenangannya pada ilmu, masa muda Syafi’i hampir dihabiskan dengan membaca, menulis dan menghafal.

Ia belum pernah menikmati masa remaja (muda ) atau mengalami gejolak pubertas seperti kebanyakkan anak seusianya.

4.  Senang Menulis
Pada masa-masa menuntut ilmu, Syafi’i kecil dan remaja juga rajin mencatat dan menulis apa yang disampaikan oleh guru-gurunya.  Atas kebiasaan menulisnya ini, beliau mencatatnya dalam satu bait syair yang dibuatnya “ Ilmu bak buruan dan catatan adalah pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat . Sungguh bodoh jika kau berhasil memburu rusa. Namun kau biarkan terlepas di tengah makhluk lain “.

Imam Syafi’i menjelaskan bahwa nilai manusia terletak pada ilmunya bukan pada pakaian dan penampilannya.

Ia berkata “ Aku mengenakan pakaian dan jika semuanya aku jual  niscahya akan menhasilkan uang yanga banyak. Dalam pakaian itu ada satu napas jika dibandingkan dengan napas-napas orang yang berpenyakit paru-paru maka ia lebih besar. Merusak sarung pedang tak akan merusak ketajaman pedangnya. Meski pedang itu patah sepanjang sarungnya “.

5.  Belajar Syair, Sejarah dan Latihan Militer
Tentang hal ini Syafi’i bertutur, “ Aku mengembara ke Mekkah.  Disana akau menetap di dusun Bani Hudzail untuk mempelajari bahasa dan adat istiadat mereka.

Bani Hudzail adalah suku Arab yang bahasanya paling fasih. Aku selalu turut serta dalam setiap pengembaraan mereka , kemana saja. Ketika kemabali ke Mekkah, akupun mulai mahir melantunkan syair-syair, mengurut nasab-nasab, dan menyampaikan sejarah atau berita-berita bangsa terdahulu”.

Al-Ashmu’I , perwi beragam peninggalan sastra jahiliah dan islam, menuturkan, “ Aku men-tashhih sayir-syair Hudzail di tengah seorang pemuda Quraisy, Muhammad bin Idris “

Selain belajar sastra dan sejarah, saat remaja Syafi’i juga belejar ketangkasan perang teknik  memanah dan ia sangat menyukainya hingga sangat piawai dalam melakukannya.

Bahkan jika ia melesatkan 10 anak panah , tak satupun meleset dari sasaran.

Suatu hari Imam Syafi’i pernah berkata kepada murid-muridnya , “ Hobiku ada dua memanah dan menuntut ilmu. Dibidang teknik memanah aku sangat mahir. Setiap sepuluh anak panah yang aku luncurkan, seuanya tepat sasaran.”

Namun, dibidang ilmu , Imam Syafi’i terdiam lantas para murid-muridnya berkata “ Demi Allah , dibidang ilmu kemampuanmu lebih hebat daripada kemampuanmu dalam memanah.

6.  Penunggang Kuda yang Tak Tertandingi
Diantara ketrmapilan lain yang dipelajari Imam Syafi’i saat remaja adalah teknik menunggang kuda.  Tak heran jika Imam Syafi’i menjadi seorang penunggang kuda yang tak tertandingi saat ia tumbuh dewasa.

Al Rabi menuturkan , “ Syafi’i adalah orang yang paling berani dan paling mahir dalam menunggang kuda. Saat menunggang kuda ia bisa memegang telinganya sendiri denga satu tangan, sementara tangan yang satu lagi memegang telinga kudanya. Dan kuda itu terus berlari kencang.

7.  Belajar Fikih kepada Imam Malik
Setelah mahir berbagai keterampilan diatas, Imam Syafi’i kembali ke Mekkah. “ Setelah kembali ke Mekkah aku sering melantunkan syair-syair, sastra dan berita-berita Arab terdahulu “. Sayfi’I kala itu.

Namun, seorang laki-laki dari Bani Zubair, masih keluarga Imam Syafi’i, berkata kepadanya “ Wahai Abu Abdullah , aku sangat menyayangkan jika kefasihan bahasa dan kecerdasanmu ini tidak disertai dengan Iman Fiqih. Dengan Fiqih kau akan memimpin generasi zamanmu “.

Syafi’i lalu berkata,” kalau begitu, siapa yang harus kutuju untuk belajar..?. “ Malik bin Anas pemuka kaum Muslimin” Jawabnya.

Syafi’i kembali menuturkan “ Muncul keinginan untuk belajar fiqih hatiku. Akupun segera mencari kitab al-Muwaththa”.  Kitab itu akhirnya ku pinjam seseorang di Mekkah.

Aku langsung menghafalnya dalam Sembilan malam. Selain itu, aku berangkat menemui Gubernur Mekkah. Darinya aku megambil dua puck surat rekomendasi satu ditujukan kepada Malik bin Anas “.

Syafi’i muda pun akhirnya berangkat ke Madinah untuk belajar fiqih kepada Imam Malik bin Anas. Saat itu usianya sekitar 20 tahun. Sejak itulah ia resmi menjadi murid kesayangannya dan kelak akan menjadi Imam yang agung, ilmunya menyinari seluruh dunia hingga sekarang dan akhir zaman.

Sebagai catatan akhir , sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada usia 10 tahun Syafi’i telah menghafala Imam Syafi’i. Namun perkataan Imam Syafi’i diatas seolah-olah membalikkan fakta tersebut.

Dari sini saya punya asumsi ( wallahu a’lam ) bahwa di usia 10 tahun memang benar Syafi’i telah menghafal Imam Syafi’i Namun seiring wakru ada beberap hafalnnya itu yang hilang dari ingatan.

Akhirnya ketika usianya 20 tahun saat mau belajar ke Imam Malik , Syafi’i kembali menghaflnya untuk mengingat-ingat. Akhirnya hafalnnya pun mantap. Demikian asumsi saya dan asumsi ini bisa benar bisa juga salah.

Demikian gambaran sekilas tentang Imam Syafi’i di masa remaja dan mudanya. Waktunya banyak ihabiskan dengan belajar dan menuntut ilmu. Meski begitu, beliau juga belajar beberapa keterampilan yang membuatnya sangat mahir dibidang itu.

Dari kisah beliau ini kita banyak belajar bahwa untuk menjadi sukses harus bersungguh-sungguh , bertakwa kepada Allah dan menjauhkan maksiat.

Semoga banyak remaja dan anak-anak muda yang terinspirasi dari kisah ini. ( dari berbagai sumber )
Wallahu ‘alam Bhisawab
Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...