Blog Konten Islam: AL-WAKIL BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

Sunday 22 July 2018

AL-WAKIL BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

AL-WAKIL   BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

Dasbor " Asmaul Husna"



AL-WAKIL  BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

“ Yang kita wakili harus mendapat ketenangan, keamanan, dan terpenuhi semua kepentingannya seperti hak-hak politik, ekonomi, sosial dan budaya “.. 

Bersumber dari Abu Dzar ra berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Engaku tidak mengangkatku menjadi wakilmu..?”. Kemudian beliau menepuk-nepuk pundakku dengan kedua tangannya serya bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, padahal kekuasaan itu adalah amanah. Kelak di hari kiamat kekuasaan itu akan menjadi kehinaan dan kesedihan , kecuali orang yang mengambilnya dengan kebenaran dan menunaikan segala kewajiban” (HR. Muslim).

Baca Juga "Memahami Kata Tadarus"
Baca Juga "Melindungi Anak Dari Bahaya Teknologi"


Bisa jadi yang dimaskud lemah pada diri Abu Dzar bukan lemah fisik. Tetapi lemah dalam arti yang luas yang diperlakukan bagi seorang yang menjadi wakil orang banyak. Apalagi menjadi wakil atau pimpinan itu harus mampu memberikan ketenangan, keamanan, kepercayaan bagi orang yang diwakilkan atau dipimpin. Rasulullah saw kembali menegaskan, “Sesungguhnya kita, demi Allah, tidak akan memberikan pekerjaan ini (kepemimpinan) kepada seorang yang memintanya dan tidak juga kepada orang yang sangat menginginkannya “, (HR. Bukhari-Muslim).


Sungguh, keadaan saat ini sidah jauh berubah. Manusia saling berebut untuk mewakili manusia yang lainnya. Dibidang kenegaraan banyak orang yang bersedia menjadi wakil sekian banyak orang. Segala hajat dan hak-hak sebagai warga Negara cukup diwakilkan oleh seorang saja yang duduk diparlemen. Untuk bisa menjadi wakil rakyat atau orang banyak harus berjuang dan berkorban. Bukan berjuang agar bisa menjadi wakil yang baik dan memenuhi harapan khalayak kelak. Tetapi bagaimana menarik keuntungan atas kebaikan manusia. Pun amal-ibadah sekian miliar hamba dalam sehari tidak menambah eksistensi – Nya sebagai Tuhan di mata sekian miliar makhluk ciptaa-Nya.


Di dalam Al-Quran, kata Al-Wakil antara lain, “dan Allah pemelihara segala sesuatu” QS. Hud/11:12); “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” (QS. AL-Zumar/39:62). “Cukuplah Allah menjadi pelindung” (QS. An-Nisa/4:81). “Janganlah kamu mencari penolong selain Aku” (QS. Al-Israa/17:2).


Menurut Mahmud Samiy, Al-Wakil adalah zat yang mengurus segala urusan hamba_Nya dan memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka. Atau Al-Wakil adalah zat yang segala perkara diwailkan kepad-Nya. Jadi Allah adalah mutlak, yang segala urusan diserkan kepad-Nya , dan Dia selalu sesuai untuk melaksanakan dan menyempurnakannya.


Berdasarkan paparan diatas bagi semua makhluk tidak punya pilihan selain harus menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Karena Dia-lah sebaik-baiknya wakil yang paling pantas diserahi urusan. Di mampumemberi rasa tenang bagi seklaian hamba yang menyerahkan hidup matinya kepada Allah, Dia tidak merasa berat dan terbebani. Tetapi Dia tidak memiliki kewajiban untuk itu semua. Manusia tidak boleh beranggapan bahwa Allah berkewajiban memenuhi semua harapan manusia.


Selama ini manusia seperti kata Syekh Al-Jerrahi, mengira bahwa mereka mampu berbuat, tetapi sejatinya Allah yang melakukan segalanya. Untuk semua itu, Allah tidak memerlukan pihak lain sebab Dia bisa menggantikan segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu , apapun namanya, tidak bisa menggantikan peran-Nya untuk menolong, memelihara, melindungi segala makhluk.


Hanya saja tidak harus memaknai bahwa kita tidak perlu lagi berusaha, termasuk meminta kepada-Nya. Ini namanya salah kaprah. Dalam sejarah, seorang sahabat menemui Nabi Muhammad saw di masjid tanpa menambatkan untanya. Rasulullah saw bersabda : “Ikatlah untamu. Kemudian bertaqwalah kepada Allah swt “, Rasulullah berkata demikian karena sahabat itu ketika ditanya tentang untanya ia berkata , “Aku telah bertawakal kepada Allah”.


Jelas islam memegang teguh hubungan sebab akibat. Karena untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan , manusia harus mengusahakannya. Memang keberhasilan yang didapat diberikan oleh Allah swt. Tetapi Allah begitu mencintai hamba yang berdoa dan berusaha secara aktif. Allah berjanji bahwa Dia tidak menjadikan usaha para hamba sia-sia. Inilah makna tawakal dalam teologi kita.


Lebih jelas, Rasulullah saw pernah menyatakan, “Jika engkau benar-benar bertawakal kepada Allah swt, Dia akan memberimu makan seperti halnya Allah memberi makan burung-burung-Nya. Mengapa burung..?. Ya, karena burung hanya berusaha mencari makan. Tidak seperti manusia yang diberi akal untuk bertani dan berladang. Namun tidak pernah diberitakan ada burung mati kelaparan. Sedangkan manusia kerap ditengarai kurang gizi dan nutrisi. Manusia harus belajar bertawakal kepada makhluk seperti burung.


Saudaraku, kian gambling bahwa kita berpotensi untuk menjadi wakil bagi sesame. Syaratnya kita memegang teguh kewajiban itu. Yang kita wakili harus mendapatkan ketenangan, keamanan, dan terpenuhi seperti hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya.


Inilah sebenarnya makna tertinggi AL-Wakil bagi manusia. Manusia memang tidak bisa lari dari wakil bagi sesamanya. Allah memberi prosedur dan standart operasionalnya sehingga semua manusia menuai bahagia, bukan justru menjadi susah dan diliputi malapetaka seperti praktik di negeri kita ini.


Saatnya kita berlomba untuk menjadi wakil bagi semua penduduk di negeri ini. Semoga kita bisa menjadi seorang sosok atau figure Al-Wakil yang diaharpakan oleh Rasulullah yaitu sosok pemimpin yang adil, bijaksana, amanah dan dapat dipercaya serta adil dalam memutuskan setiap perkara yang dihadapi bagi orang yang diwakilinya. Semoga, Aamiin.  

    
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -23 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...