Blog Konten Islam: AKHIR HAYAT ORANG ANTI YASIN & TAHLIL

Wednesday 18 July 2018

AKHIR HAYAT ORANG ANTI YASIN & TAHLIL

AKHIR HAYAT   ORANG ANTI YASIN & TAHLIL

Dasbor "Rahasia Illahi 1"




AKHIR HAYAT ORANG ANTI
YASIN & TAHLIL

“Dulu, dia sering mengatakan dan berjanji kepada saya agar tidak dibacakan Yasin dan Tahlil kalau meninggal dunia.. “.

Kisah nyata bisa jadi hanya kebetulan. Namun, dari kisah ini, kita bisa mendapat pelajaran yang banyak bahwa janganlah kita menyalahi pendapat mayoritas. Kemudian, janganlah kita berjanji buruk pada Allah swt atas sesuatu yang sebenarnya baik untuk dikerjakan.


Kisah ini diceritakan oleh seorang ustadz saat ia mengisi sebuah ceramah Maulid Nabi Muhammad saw di sebuah masjid disalah satu perumahan Bogor. Sebut saja namanya ustadz Ahmad (nama samara) dia adalah saksi sejarah atas kisah ini. Sebab, ia sendiri adalah tetangga dari sang tokoh dalam kisah ini. Sebut saja namanya Abduh.


Diceritakan oleh ustadz, Abduh adalah seorang guru berusia 45-an. Sebagai pribadi, sesungguhnya ia adalah orang yang cukup baik. Sebagai kepala rumah tangga dia juga sosok yang bertanggungjawabterhadap istri dan anak-anaknya.


Suatu hari Abduh diserang penyakit jantung. Sebenarnya, keluarga tidak punya riwayat penyakit jantung. Karena itu, istri dan keluarganya pun terkejut dengan penyakitnya itu.


Berbagai pengobatan sudah dilakukannya, Namun juga tak kunjung sembuh juga. Yang ada, uangnya semakin habis untuk biaya pengobatan. Kita tahu sendiri betapa mahalnya biaya berobat, apalagi sekelas penyakit jantung yang katanya penyakit khas untuk orang-orang berduit. Sedangkan Abduh hanyalah orang biasa.


Penghasilannya dari seorang guru bisa kita tebak sendiri berapa besarnya. Bisa untuk makan sehari-hari saja sudah Alhamdulillah. Meski nasib guru zaman sekarang jauh lebih baik, sejak gaji guru dinaikkan dan dapat tunjangan sani-sini.


Setelah berbulan-bulan bergelut dengan rasa sakitnya, Abduh pun tampak tak kuat lagi. Sepertinya dia sudah berada diambang kematian. Hal ini bisa dilihat dari wajahnya yang mulai tampak membiru dan pucat pasi.


Nafasnya pun terengeh-engeh naik turun. Matanya melotot sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu, tapi tak bisa dilakukannya”, ujar sang ustad sebelum tempil ceramah.


Oleh ustadz, istrinya pun ditanya. Sudah berama lama bapak sakit bu..?.
“Parah sudag tiga bulan yang lalu ustadz”, jawab sang istri.
Namun, lelaki itu sudah sering sakit tapi sembuh lagi. Kali ini tampaknya yang paling parah.


“Maaf kalau boleh saya tahu, Sebelumnya bapak pernah melakukan apa saja..?. Bisa jadi, itu yang menyebabkan bapak dalam kondisi seperti ini..?”, tanya ustadz lebih lanjut.


Sang istrikemudian mengingat-ingat. Akhirnya ia ingat sesuatu yang sering dikatakan oleh suaminya saat hidup dan sehatnya dulu, “Dulu ustadz, dia sering mengatakan sesuatu ..?”, ujar sang istri.


Tiba-tiba ucapan sang istri tersekat.
“Ayo katakana saja..!, kata ustadz memintanya untuk berterus terang.
“Dulu, dia sering mangatakan dan berjanji kepada saya agar tidak dibacakan Yasin dan Tahlil kalau meninggal dunia!”, terang istri.


Ustadz itupun memehaminya masalahnya. “Emang mengapa dia mengatakan seperti itu..?”, tanya ustadz lagi.
“Katanya Bid’ah. Dan orang dan orang yang mengatakan bid’ah akan masuk neraka”, jelas sang istri.


“Terus dengan ibu sendiri bagaimana…?, tanya ustadz.
“Saya sendiri kurang sependapat dengan suami saya. Saya sering diajarkan oleh orang tua dari kecil untuk selalu baca Yasin dan Tahlil”, ujar sang istri jujur.


Apakah ibu pernah menasehati sang suami soal itu..?, tanyaustadz.
“Pernah, tapi saya malah dimarahi. Akhirnya saya menurut apa kata suami saja. Tapi terus terang dalam hati kecil sayasaya juga senang kalau ada orang baca yasin dan Tahlil”, terang sang istri lebih lanjut.


Ustadz itupun mengernyitkan dahinya. Tampaknya tampaknya ia dapat lampu hijau dari sang istrinya. Mungkin inilah pangkal persoalannya rupanya. Sewaktu hidupnya ia sering kali pada Tuhan agar tidak dibacakan Yasin dan Tahlil kalau meninggal dunia.

Rupanya ia termasuk pengikut islam aliran garis keras yang gampang membidahkan persoalan-persoalan khilafiyah, yang oleh kebanyakkan ulama diseluruh dunia justru dianggap sebagai masalah-masalah sunnah dan dianjurkan.


“Gini saja bu, ujar ustadz mulai memberikan saran.
“Ada apa ustadz..?”, jawab istri.
“Kita bacakan Yasin dan Tahlil saja bersama-sama, ibu juga boleh ikut membacanya”, terang ustadz.


“Tapi amanat suami saya dia tidak boleh dibacakan Tahlil dan Yasin pak ustadz”, jawab sang istri.


“Amanat itu boleh kita langgar kalau memang tidak baik, bukita serahkan saja pada Allah Insya Allah Dia akan memberikan jalannya “, terang ustadz lagi. Perempuan itu mengangguk-anggukan tanda setuju.


Akhirnya, ia bersama keluarganya dan langsung dipimpin oleh ustadz mulai membacakan Yasin dan Tahlil. Ketika dibacakan Yasin dan Tahlil. Nafasnya tidak lagi berdegup kencang , sudah agak menurun. Rupanya itu yang ingin diucapkan oleh Abduh saat sakaratul mautnya, yaitu dibacakan Yasin dan Tahlil. Namun ia tidak bisa mengungkapkannya.


Ketika bacaan Yasin dan Tahlil selesai. Tak lama kemudian Abduh pun meregang nyawa. Ia pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya setelah sekian lama bergelut dalam sakaratul maut yang menakutkan. Ia pun terbebas dari siksa sakaratul maut.


Jenazah Abduh kemudian dikubur. Setelah itu tinggallah kisah memilukan tentang Abduh sewaktu hidupnya. Rupanya sikap Abduh yang membenci Yasin dan Tahlil telah menyadarkan sitrinya. Ia dan keluarganya pun kembali pada tradisi kedua orang tuanya, yaitu sering baca Yasin dan Tahlil.


Sebuah tradisi yang bersumber dari sunnah Rasul dan dipraktekkan oleh mayoritas umat islam seluruh dunia dahulu hingga sekarang. Namun, kemudian segelintir orang yang datang mengaku-ngaku sebagai penegak sunnah Rasul lantang berbicara dan membidahkan bacaan Yasin dan Tahlil. Sebuah sikap yang menyalahkan pendapat mayoritas ulama.


Dari kisah ini juga bisa kita ambil pelajaran janganlah kita bersumpah atas sesuatu yang sebenarnya diperbolehkan bahkan (Sunnah) untuk melakukannya. Misalnya, bacaan Yasin dan Tahlil. Janganlah kita bersumpah untuk tidak dibacakan Yasin dan Tahlil ketika meninggal dunia. Sebab selain sunnah, bacaan Yasin dan Tahlil merupakan ayat Al-Quran juga. Dan Tahlil merupakan untaian dzikir yang dianjurkan oleh Nabi untuk kita lakukan juga. Jadi, tidak ada yang salah ketika seseorang mengamalkan Yasin dan Tahlil.


Kita tidak boleh melakukannya. Yang dilarang adalah ketika kita mengatakan bahwa bacaan Yasin dan Tahlil adalah Bid’ah dan pelaku bid’ah akan masuk neraka. Sebab yang tahu urusan seseorang masuk neraka atau surganya Allah swt hanyalah Allah swt. Selama itu seperti yang dikatakan diatas, bacaan Yasin dan Tahlil adalah tradisi yang memang telah dipraktekan para ulama sejak dahulu. Dan para ulama itu tentulah bukan orang-orang yang bodoh. Mereka adalah orang-orang yang ahli dibidang al-Quran dan hadits serta hukum islam.


(Wallahu A’lam Bisshawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 19 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...