Blog Konten Islam: MENINGGAL setelah Kumandangkan Adzan dan SHOLAT SUNNAH QABLIYAH

Sunday 1 April 2018

MENINGGAL setelah Kumandangkan Adzan dan SHOLAT SUNNAH QABLIYAH

MENINGGAL setelah Kumandangkan Adzan dan SHOLAT SUNNAH QABLIYAH

Sebentar lagi saat magrib tiba Achmad Matin yang akrab dipanggil Aceng sudah rapi sekali petang itu ia mengenakan baju koko dengan warna abu-abu dengan peci di kepala dan sarung.

Seperti hari-hari biasa menjelang magrib lelaki itu tengah mempersiapkan diri untuk mengerjakan sholat magrib berjamaah di musholla al – Huda yang berjarak 150 m dari rumahnya. Selagi ehat dan nyawa dikandung badan, tak ingin sekalipun ia meninggalkan sholat berjamaah, rasanya rugi sekali jika tidak mengikuti jamaah.

Karena fadhilah sholat jamaah lebih utama ketimbang sholat sendirian. Hari itu langit diatas kota bekasi terlihat cerah. Lalu lalang kendaraan yang melintas di jalan raya lamat-lamat terdengar dari rumah Aceng.

Setelah segelas air putih diminumnya, Aceng segera melangkahkan kakinya menuju musholla. Sejenak ia menatap langit. Senja itu, kelelawar sudah mulai berkeliaran, burung-burung seriti berterbangan hendak kembali kesarangnya seolah menguas langit yang memancarkan semburat merah pertanda malam sebentar lagi tiba.






Seulas senyum kerap menghiasi bibirnya setiap ia bertemu orang-orang yang menyapanya disepanjang jalan. Tak berselang lama, Adzan Magrib pun berkumandang. Aceng sudah berada di mushalla dan segera menunaikan sholat Magrib berjamaah. Ba’da Magrib , Aceng berzikir sejenak seperti biasanya.

Lantas disela-sela menunggu waktu Isya’ Aceng bercengkerama dengan jamaah lain di Mushalla. “ Sehabis sholat Magrib dan zikir, kita ngobrol-ngobrol, bercengkrama sesame jamaah “ tutur H. Husaidi “ ketua Mushalla Al-Huda, saat diwawancarai Majalah Hidayah.

Waktu sholat Isya’ menjelang H. Jamhari memukul beduk, pertanda masuk waktu Isya’. Aceng yang kebetulan masih memiliki wudhu bersiap-siap mengumandangkan Adzan. Kebetulan saat itu ia bertindak sebagai muadzin di Mushalla Al-Huda.

Semuakalimat Adzan telah selesai dikumandangkan. Tanpa ada komando, para jamaah langsung melaksanakan sholat Qabliyah dua rakaat, tak terkecuali Aceng. Para jamaah di mushalla sungguh tak melihat gejala apapun dalam diri Aceng.

Semuanya normal-normal saja. Mulai takbir hingga menjelang tahiyat. Akan tetapi begitu sujud kedua di rakaat kedua yang semestinya dilanjutkan dengan tahiyat, lelaki setengah baya itu tak dapat menguasai tubuhnya lagi. Perlahan-lahan tubuh Aceng mendadak oleng ke kiri seperti hendak salam terakhir.

Tubuhnya tersungkur dan langsung tak sadarkan diri. Kontan saja pemandangan ini mengagetkan seisi jamaah yang ada di mushalla itu. H. Nashim yang posisinya disebelah kanan Aceng dan sudah selesai mengerjakan sholat Qabliyah sempat berkata “ Lho …lho…lho…” begitu mengetahui tubuh Aceng oleng sebelum menyelesaikan sholat Qabliyahnya.

Ia segera menghampiri Aceng yang tertelungkup. H. Husaidi yang baru saja menyelesaikan Qabliyahnya ikut membantu. Tubuh Aceng diangkat kemudian dicoba diberikan segelas air Aqua , namun rupanya Aceng sudah tak bergerak lagi.

Mulutnya diam seribu bahasa dan sudah tak dapat meminum air aqua yang diberikan kedua temannya tersebut. Kedua matanya sudah mengatup. Sadar bahwa sudah tak ada respon lagi dari Aceng, para jamaah kemudian merebahkannya.


Tentu saja kondisi ini membuat bapak-bapak yang bermaksud menjalankan sholat Isya’ berjamaah agak panic lima menit berlalu tanda-tanda kehidupan Aceng sepertinya sudah tidak ada lagi.

Sampai akhirnya kepastian itu datang setelah dilakukan pemeriksaan oleh dr. yang sengaja dipanggil ke mushalla. dr. itu pun menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda bahwa sudah tidak ada lagi tanda kehidupan dalam tubuh Aceng. Ya Aceng sudah meninggal dunia.

“ Inna Lillaahi wa inna illaahi raaji’uun” , serentak jamaah mengerubungi tubuh Aceng berucap. Berita kematian Aceng santer terdengar di sekitar mushalla.Warga berdatangan dan tumpah ruah disekitar mushalla.

Ada rasa penasaran mengingat senandung adzan Isya’ yang dikumandangkan Aceng masih mereka dengar namun tak berselang lama mereka mendengar kabar kematiannya.

Mereka haru sekaligus kagum mendengar kematian Aceng yang meninggal dunia setelah mengumandangkan adzan dan sholat Qabliyah Isya’. “ Kita segera gotong rami-ramai kerumahnya.

Ternyata sesampai dirumah pintunya terkunci, istri dan anak-anaknya rupanya tidak ada dirumah namun tak berselang lama mereka pulang”. Ada kesedihan di raut seisi keluarga karena orang terbaik disisi mereka , kini telah meninggalkan mereka. Apalgi istri dan anak-anaknya.

Akan tetapi toh mereka tak bisa berbuat apa-apalagi kecuali menerima dengan lapang dada. Meski sedih, ada setangkup kebahagiaan di wajah sang istri pasalnya diketahui dari penuturan para jamaah di Mushalla Al-Huda bahwa suaminya meninggal sehabis mengumandangkan Adzan dan sholat sunnah Qabiyah Isya’.

Kamis, 20 Mei 2010
Jenazah Aceng dibawa ke Balaraja, Tangerang untuk dikebumikan dimakam keluarganya. Kisah meninggalnya Aceng ini hingga sekarang tetap terkenang hingga sekarang dan menjadi catatan baik, terutama di kampung Buaran Harapan Mulya Kecamatan Medan Satria Bekasi.

Kematiannya dianggap banyak orang sebagai kematian terhormat. 1001 orang mungkin belum tentu ada yang mengalami hal seperti ini. Namun Aceng mengalami kematian yang sangat istimewa, meninggal saat memasrahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah swt.

Inna Sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamatii lillahi rabbil alamiin     ( sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam).

Sewaktu hidupnya, sebenarnya tak ada yang berbeda antara Aceng dengan bapak-bapak yang lain di Kampung Buaran. Jika jam kerja, Aceng juga bekerja untuk nafkah keluarganya. Malahan di mata teman-temannya, Aceng termasuk sosok sederhana yang baikhati dan tak pernah bermasalah dengan orang lain.

Sehari-harinya Aceng bekerja sebagai driver ( supir) pengantar barang. Dari kerjanya itu ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sesuai dengan kemampuannya. Hanya saja, seiring kondisi perusahaan yang sedang menurun, order yang dikerjakan Aceng pun tak seramai dulu.

Banyak karyawan perusahaan tersebut mengundurkan diri. Tapi Aceng tetap bertahan meski penghasilan yang didapat pas-pasan. Namun Aceng tak mengeluh. Ia tetap mensyukuri malahan ia bisa memanfaatkan waktu longgarnya untuk semakin mendekatkan diri kepada allah swt.

Di usianya yang mulai beranjak tua, Aceng merasa sangat lemah dan belum memiliki modal apa-apa saat menghadap Allah swt nantinya. Mungkin selama ini ia sudah menjalankan kewajiban agama, namun ia punya keyakinan bahwa semua itu belumlah ada artinya.

Dari sinilah tampak ada motivasi besar dalam diri Aceng untu terus memperbaiki diri. Ada kesadaran bahwa hidup yang sesungguhnya bukanlah dialam dunia ini, melainkan alam yang nantinya akan menjadi tempat pemberhentian terakhir.

Dunia hanyalah tahap awal untuk menyiapkan segalanya menuju titik tujuan akhir. Jika di dunia ini punya awal yang baik, mungkin perjalanannyajauh lebih baik dan mulus. Sebaliknya, mustahil rasanya akan sampai di titik terakhir ketika tidak tahu harus mulai darimana.

Setidaknya, menurut penuturan H. Husaidi, tiga tahun terakhir Aceng memang lebih giat dalam soal ibadah. Sekuat tenaga ia berusaha taat menjalankan sholat berjamaah lima waktu. Jika tidak berbenturan dengan pekerjaan, Aceng berusaha menjalankan sholat berjamaah di Mushalla Al-Huda, mulai dari Dzuhur hingga Subuh.

Akan tetapi jika hari-hari biasa bekerja, ia akan rutin berjamaah Sholat Magrib, Isya’ dan Subuh. “ Dzuhur, Ashar suka datang , Magrib, Isya’ sampai Subuh itu yang rutin. Aceng rajin berjamaah ke Mushalla ini mungkin lebih dari tiga tahunan” kenang H. Husaidi.

Bukan Jamaah sholat lima waktu yang rajin diikuti Aceng , melainkan juga pengajian rutin yang diselenggarakan di Mushalla Al-Huda. Biasanya Jum’at malam Sabtu. Pengajian yang diisi oleh salah seorang ustadz yang mengaji Fiqih , tafsir, Hadits ini tak mau ia tinggalkan. Demikian pula acara-acara keagamaan dikampung, dahaga Aceng seperti tak tertahankan.

Ketika Ramadhan tiba ketekunan Aceng pun semakin menjadi-jadi. Datang lebih awal ke Mushalla dan mengisinya dengan dzikir dan munajat. Bagi Aceng, ibadah bukan lagi sekedar menggugurkan kewajiban, akan tetapi ibadah merupakan bagian kebutuhan hidup.

Sama pentingnya dengan orang yang harus menjaga kesehatan yang perlu asupan gizi yang cukup agar tetap bisa menjalankan aktivitas hidup dengan baik.
Wallahu ‘alam Bhisawab
( Sumber Majalah Hidayah )
Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...