Blog Konten Islam: MEMBEDAH KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK (Hipokrit)...?

Tuesday 22 May 2018

MEMBEDAH KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK (Hipokrit)...?

MEMBEDAH   KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK (Hipokrit)


Dasbor "Educasi Islam"


MEMBEDAH ;  KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK 

“Mereka bermaksud dengan sungguh-sungguh menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit , maka Allah menambah (penyebab) penyakit ; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”
(QS. Al-Baqarah :9-10).


Memang tak bisa dipungkiri lagi, bahwa salah satu sifat paling menonjol yang dimiliki orang munafik adalah menipu. Menipu adalah cara yang dilakukan orang munafik untuk mencederai umat islam. Bahkan, menipu kadang bukan lagi cara. Menipu sudah masuk kategori tujuan.Mereka menipu umat islam karena mereka ingin menipu, itu saja. Nah inilah yang akan kita ulas dalam kajian tafsir kali ini.

Sifat munafik adalah menampakkan kebaikkan dan menyembunyikan keburukkan. Sifat ini ada yang I’tiqadi (berkaitan dengan aqidah), yang membuat kekal pemiliknya dalam neraka. Ada pula yang ‘amali [berkaitan dengan amal perbuatan], yang merupakan salah satu dosa besar. Ucapan orang munafik bertentangan dengan perbuatannya, dan apa yang dirahasiakannya bertentangan dengan apa yang ditampakannya.

Sifat-sifat munafik hanya terdapat dalam surat-surat Madaniyah, karena itu ketika di Mekkah belum ada kasus yang berhubungan dengan sifat-sifat itu. Karena itu Allah mengingatkan perihal sifat-sifat orang munafik, agar orang mukmin tidak tertipu dengan penampilan luar mereka. Sebab salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan menipu.

Menipu, menurut Kamus Bahasa Indonesia , berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong dan palsu , dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Menurut Quraish Shihab, penulis Tafsir Al-Misbah, menipu adalah upaya mengelabui pihak lain untuk menjerumuskan orang lain dalam kesulitan tanpa disadari olehnya. Penipuan juga berarti upaya menampakkan pertolongan padahal dibalik itu ada kerugian bagi pihak lain.Itu dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Orang-orang munafik ketika bergaul dengan orang-orang mukmin pada zaman Rasul bertujuan untuk mendengarkan rahasia untuk kemudian dibocorkan kepada pihak lawan,atau mereka bergaul dengan tujuan menutup-nutupi kemunafikkan mereka sehingga terhindar dari sanksi yang dapat dijatuhkan kepada mereka.

Tapi, mereka keliru. Sebab, sebenarnya mereka itu tidak menipu kecuali hanya menipu diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar bahwa mereka merugikan diri sendiri, atau bahkan tidak memiliki sedikit kesadaran pun, baik menyangkut bahaya yang dapat menimpa mereka maupun kesadaran menyangkut yang bermanfaat atau berakibat buruk buat mereka.

Kata Ibnu Katsir , pengarang Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Allah pasti akan membalas tipu daya mereka itu . Sebab, jika dalam kehidupan dunia ini mereka menipu kaum mukmin, maka sebenarnya mereka menipu diri sendiri, karena perbuatan itu tampak jelas bagi mereka. Bahkan, perbuatan itu akan memberikan kematian pada diri mereka sendiri.

Kematan disini mengandung arti banyak. Kematian bisa bermakna berhentinya perilaku mereka , karena Allah langsung menghentikan tindakan mereka. Kematian berarti azab atau siksa pedih. Kematian juga bisa berarti datangnya penyakit berat kepada mereka. Itu semua disebabkan karena kaum mukmin adalah kelompok orang yang sangat dicintai Allah swt.

Sementara itu, Sayyid Quthb memotretnya ini lebih jauh kedalam. Menurut Dia, seperti yang tercatat dalam Kitab Tafsir Fizalil Quran, ayat ini menerangkan tentang hakikat hubungan anatara Allah dan kaum mukmin yang begitu dekat dan erat. Allah menjadikan sifat orang mukmin sebagai sfat-Nya. Urusan orang mukmin adalah urusan-Nya sehingga Allah selalu membelanya. Ibaratnya, jika Allah hendak tertipu maka kaum muslimin merasa tertipu. Jika kaum mukmin ditipu , maka Allah pun ditipu.

Inilah karunia luhur dan mulia, Karunia yang mengangkat kedudukan kaum mukmin dan hakikat mereka pada tingkat yang paling tinggi. Hal ini memberikan kesan bahwa hakikat iman di alam semesta merupakan hakikat paling besar dan paling mulia. Karunia ini juga mendatangkan ketenangan dalam hati orang mukmin tanpa batas.

Pada saat bersamaan, kata Sayyid Quthb, ayat ini sekaligus merupakan ancaman yang menakutkan bagi orang yang mencoba melakukan tipu daya terhadap orang-orang mukmin yang hendak mengganggu mereka. Ayat ini sebagai peringatan keras kepada orang-orang munafik bahwa serangan mereka itu bukan kepada orang mukmin saja, tapi sekaligus terhadap Allah Yang Maha Perkasa. Hal ini dipahami sebagai upaya memerangi Allah apabila mereka memerangi para kekasih-Nya. Sebab, orang mukmin adalah kekasih Allah.

Coba saja anda bayangkan , bagaimana jadinya jika orang yang anda cintai dimusuhi orang lain. Misalnya, istri anda dijahati orang lain atau anak perempuan anda diganggu orang lain, Anda pasti marah bukan..?. Nah, begitu juga Allah. Karena orang mukmin adalah orang yang dicintai Allah maka Allah akan membelanya.

Sama halnya dengan anda. Karena istri begitu cinta dan sayang keada anda, maka anda akan membela dia dalam keadaan apapun. Hal ini merupakan bukti bahwa anda begitu sayang dan cinta pada istri anda. Inilah yang disebut hakikat hubungan dua insane yang saling mencintai.

Oleh karenanya, hubungan Allah yang erat dengan kaum muslimin hendaknya disyukuri dengan baik. Sebab, adanya hal ini akan membawa keabaikkan bagi kaum mukmin. Hati mereka bisa tenang dan tak perlu takut bila ada tipu daya dari kaum  munafik. Penipuan yang dilakukan kaum munafik akan dimusuhi Allah. Mereka lalai bahwa sebenarnya mereka tidak menipu kaum muslimin, melainkan mereka menipu diri mereka sendiri tanpa mereka sadari. Namun begitu, kaum mukmin tetap harus waspada.

Soalnya, orang bijak suatu hari pernah berkata, “Orang-orang munafik sekarang berbahaya daripada orang munafik dizaman Rasulullah”

Orang bertanya kepadanya ; “Mengapa demikian..?.
Ia menjawab, “Sesungguhnya dimasa Rasul mereka menyembunyikan kemunafikannya, sedangkan kini mereka berani menampakkannya”.

Artinya, sifat kemunafikan kini sudah mulai bergeser makna. Jika dulu, orang munafik lebih cenderung sembunyi-sembunyi, maka kini sudah tidak lagi. Kaum munafik justru kini sudah lebih berani terang-terangan memusuhi umat Islam. Mereka menipu umat Islam tanpa perlu sembunyi muka. Mereka juga tak perlu sembunyi untuk mengkhianati umat Islam.
Penyakit hati
Sifat Nifaq, atau munafik , adalah satu diantara sekian banyak jenis penyakit dalam hati. Orang yang selalu menipu , khianat, berdusta, dan sebagainya , adalah bentuk penyakit yang ada didalam hati. Menurut Quraish Shihab , penyakit hati yang dimiliki orang munafik merupaka gangguan yang menjadikan sikap dan tindakan merkea tidak sesuai dengan kewajaran. Ini menjadikan mereka memiliki akhlaq yang sangat buruk. Penyakit itu lahir akibat kemunafikkan mereka.

Disamping hati mereka sudah ada penyakit, Allah kemudian akan terus menambah penyakit itu dalam hatinya. Hal ini dipahami Thahir Ibn ‘Asyura sebagai sift-sifat buruk yang melekat pada diri mereka dari hari ke hari. Akibatnya, sifat buruk yang sudah menjadi penyakit hati itu kian hari kian bertambah seiring dengan berjalannya waktu.

Lantas, kenapa penyakit kemunafikkan terus bertambah ..?. Kata Thahir Ibn ‘Asyura adalah karena sifat kemunafikkan menambah buruk sifat-sifat mereka. Orang memiliki sifat kemunafikan akan selalu menutup-nutupi sifat buruknya itu,sehingga ia tidak pernah mendapat kritik atau nasehat. Ini tidak ubahnya dengan orang yang sakit lalu menutup-nutupi penyakitnya itu, dan ia enggan pergi berobat ke dokter sehingga penyakitnya terus bertambah dari waktu ke waktu.

Disamping itu, kata penyakit yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah ;10 ini mengandung arti bahwa penyakit yang tadinya diderita oleh munafik akan bertambah akibat sifat kemunafikan mereka, sehingga menimbulkan penyakit baru dan komplikasi.
Allah berfirman, “Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah (penyebab) penyakit ;dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta “. (QS. Al-Baqarah : 10) .

Beberapa ahli tafsir memahami kata ‘penyakit’ dalam ayat ini adalah sebagai bentuk keraguan pada islam. Sementara itu, umumnya, kalangan ulama’ tafsir mengartikan sebagai sifat munafik. Abdurrahman bin Aslam mengatakan bahwa penyakit yang dimaksud bukanlah tubuh. Melainkan, penyait disini adalah penyakit hati yang bisa merusak keimanan seseorang.

Bagi Ibnu Katsir, yang dimaksud penyakit adalam ayat ini adalah penyakit hati yang berebntuk keraguan, riya’, dan keji atau jahat. Penyakit ragu karena mereka meragukan Risalah Nabi Muhammad saw dan ajarannya. Dikatakan riya’ karena mereka menampakkan keimanan padahal mereka itu kufur. Dan , dikatakan mereka mengidap penyakit keji karena mereka kufur (kafir), kepada apa yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Seba , tidak diragukan lagi bahwa kekufuran merupakan sifat yang keji.

Kemunafikkan juga merupakan sumber segala petaka. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah telah mengungkapkan bahwa kemunafikan adalah penyakit batin yang sangat berbahaya. Seseorang bisa dikuasai penyakit ini tanpa disadari. Hakikatnya sangat samar atas kebanyakkan orang. Dan biasanya menjadi lebih samar atas orang yang telah terjangkit penyakit ini.Ia mengira telah melakukan perbaikkan namun hakikatnya ia merusak.

KEJIWAAN ORANG MUNAFIK
Para mufasir memahami kemunafikan sebatas penyakit hati. Tapi, tidak hanya dengan para ahli kejiwaan. Mereka justru mendapatkan banyak penemuan terkait dengan ini. Ada implikasi serius pada kejiwaan seseorang yang memiliki sifat munafik. Dalam ilmu kejiwaan seseorang yang memiliki sifat munafik, dalam ilmu kejiwaan, kemunafikan disebut hipokrit.

Ilmu kejiwaan Modern menetapkan bahwa figure seorang Hipokrit adalah sosok orang yang sedang sakit, yang terbelah pada dirinya , seolah dua figure atau profile yang salaing bertikai dalam satu tubuh. Satunya menggambarkan tampilan – tampilan luarnya, yang bisa terlihat dan terdengar oleh siapa saja, seperti halnya pakaian, senyuman dan perkataan. Sedangkan yang lain mencerminkan sifat dalamnya atau muatan dalamnya, yang tidak dapat diketahui oleh siapapu.

Muhammad Kamil Abdushamad, dalam Kitab Al-I’jazul ‘Ilmi Fil Islam ; Al-Quran Al-Karim , mengungkapkan bahwa pertikaian kepribadian orang munafik bersumber dari sifat pribadinya yang menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang amanah dengan dirinya sendiri, terlebih dengan orang lain. Ia mendustai dirinya sendiri agar orang lain menerima atau ridha padanya. Sedangkan, ia mendustakanorang lain agar ia bisa memperdaya mereka mengenai hakikat diri yang sebenarnya.

Namun, dalam realitas yang sebenarnya, ia tidak sanggup memperdayai siapapun, karena perilaku mereka tidak sesuai dengan perkataan. Pertentangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dikerjakan inilah , yang justru akan membongkar kedok dimata orang banyak mengenai hakikat diri yang sebenarnya, walau ia sudah berusaha menyamarkannya.

Dengan demikian, ia sebenarnya sedang memperdayai dirinya sendiri , dan bukan orang lain. Ia pun tidak punya daya sedikit pun untuk memperdayai Allah dan apa yang disembunyikan dalam hatinya.

Ada sebuah analisis kejiwaan untuk mengetahui profil seorang hipokrit. Maka, terkuat didalam suatu kepribadian yang sangat berkonspirasi dengan tabiatnya sendiri. Kepribadian yang menampakkan sesuatu yang tak terbersit dalam hatinya, dan bertindak dalam kegelapan. Hal ini juga mendorong timbulnya fitnah dan desas-desus dengan memakai pendekatan yang samar , terselubung, sistematis dan terorganisir.

Kepribadian seorang Hipokrit layaknya sosok pribadi yang Utilitarian, yaitu suka mengambil keuntungan , mengingat ia bermain pada dua korelasi. Ia berusaha untuk bisa diterima oleh dua kubu yang saling berseteru sekaligus, dengan tujuan meperdayai dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Sikap Ambivalen atau plin-plan seperti inilah yang akan selalu diambil oleh orang –orang yang memiliki sifat Hipokrit. Kemunafikan memiliki rupa dan jenis yang sangat variatif sampai tak terbilang. Diantaranya adalah sifat Tamalluq atau cari muka.

Faktor kejiwaan sebagai pemicu munculnya sifat munafik seperti ini.Para pakar ilmu jiwa menyebutkan karena sifat, “takut” dan “tamak”.

Mencari muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang subur bagai wabah penyakit ditengah masyarakat.  Dr, Karl Young, seorang dokter ternama bidang kejiwaan ,menuturkan bahwa rata-rata penyebab penyakit para pasien yang ditanganinya adalah karena mereka memiliki keimanan dan sifat Hipokrit.

Para pasien yang ditangani selam 30 tahunan itu tiak bisa sembuh, kecuali setelah mereka berusaha mengoptimalkan keimanan mereka yang telah hialng.

Williem James, seorang professor ilmu jiwa di Universitas Harvard Amerika, mengatakan bahwa obat yang paling mujarab terhadap penyakit orang munafik adalah teguhnya keimanan. Bahkan , Dr. Farell juga menyebutkan bahwa orang yang benar-benar memiliki keimanan yang mantap , dan tidak munafik, ia tidak akan pernah mengeluh  sakit kejiwaan atau mentalitas sama sekali.Pikirannya tenang dan kondisi ruhaninya juga sehat. Jika, ruhaninya sehat, maka akan mengantarkan kondisi jasmani yang sehat pula

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -23 Mei 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...